Mohon tunggu...
Johani Sutardi
Johani Sutardi Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan Bankir Tinggal di Bandung

Hidup adalah bagaimana bisa memberi manfaat kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Boneka Beruang Cokelat Kecil, Kado Ulang Tahun Pertama Putriku

8 Maret 2020   11:56 Diperbarui: 8 Maret 2020   12:20 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tanggal 16 Juni 1996 jatuh pada hari Sabtu. Hari itu aku libur dari kegiatan on the job training di Cabang BRI Surakarta-Sudirman. Seperti hari-hari lain di Bulan Juni matahari bersinar sepenuh hari sejak fajar hingga senja. Pukul 8 pagi udara sudah hangat, pintu-pintu kamar kos dibiarkan terbuka agar udara segar leluasa masuk tanpa hambatan yang bertukar dengan udara pengap semalaman. 

Pintu kamar kosku juga terbuka, tetapi untuk keluar masuk sedikit terhalang dengan hiasan berupa kombinasi bunga dan bintang dari kertas warna-warni yang disusun beruntai dengan benang kasur. Di samping pintu ditaruh meja pendek dan kursi kecil dari kayu. Di atasnya dibuat hiasan kertas berwarna yang dibuat seperti jendela empat kotak, seperti di pintu bergelantungan pula bunga dan bintang-bintang kecil dari kertas berwarna. Dari depan tampak kamar kos yang sebenarnta tak berjendela itu seperti berdaun jendela kotak-kotak, klasik dan elok, bertirai hiasan bunga dan bintang-bintang gemerlap.

Menginjak usia bulan ke 12, Putri -anak perempuanku, bukan saja sudah pandai berdiri, melainkan sudah mulai belajar berjalan. Berjalan "lelengkah halu" kalau kata emak -ibuku, istilah bagi batita yang sedang belajar berjalan. Satu langkah maju, langkah berikutnya jatuh. Lalu bangkit lagi, melangkah lagi jatuh lagi. 

Lama-lama mulai bisa beberapa langkah, baru kemudian terjatuh. Akhirnya, ia dengan gemilang bisa melangkah dengan tertatih-tatih tanpa terjatuh. Mulai melangkah dari ujung pintu berakhir sampai di ujung tempat tidur. Jarak tempuhnya satu setengah meter, tidak kurang. Istriku gembira, aku ternganga.

Aku bersyukur tumbuh kembang bayiku terbilang normal. Beruntung tak pernah sakit berat, selain hanya sedikit demam atau sesekali diare, sehingga ia tumbuh dan berkembang tanpa hambatan berarti. Usia sebulan tampak gemuk ginuk-ginuk, bulan kedua sanggup menggenggam bulan ketiga mulai mengoceh. 

Saat pindah ke Solo masuk ke bulan keempat sudah bisa mengangkat wajahnya saat tengkurap. Usia lima bulan sangat lucu, bergerak mengesot dengan perut. Bulan ketujuh, kedelapan sudah pandai merangkak ke sana-kemari kadang harus dikejar-kejar karena merangkak keluar jauh dari kamar kos menelusuri selasar masuk ke kamar sebelah. Sembilan bulan ia berdiri, lalu menginjak usia bulan ke-12  sudah bisa berjalan, tertatih-tatih.

Putri kecilku sangat pandai menggembirakan orangtuanya dengan kegembiraannya. Ia suka bercerita kepadaku bahwa hidup itu tak sulit-sulit amat -dengan bahasanya sendiri. Walaupun yang kudengar cuma, "Aoh-aoh, ta-ta, da, pa, ma, na." Tetapi, aku paham dengan bahasa tubuhnya. 

Tak harus ke Lapangan Manahan, tak perlu ke Taman Sriwedari, atau ke mal di Beteng di seputar kamar kos ia sudah cukup puas untuk bersenang-senang dan berprestasi bahkan. Puncak prestasinya adalah melangkah -dengan sedikit gontai, dari pintu sampai ujung tempat tidur. Di ujung pintu ia terkekeh, istriku tertawa dan aku melongo. Semua senang.

"Kapan ulang tahunnya?"
"Minggu depan."
"Ayo kita rayakan!"

Aku terdiam, bukan karena aku tak sanggup secara ekonomi untuk merayakannya, melainkan karena dalam keluargaku tidak memiliki tradisi perayaan. Untuk sekedar pesta ulang tahun sederhana sekalipun, bahkan. Tetapi Vika -tetangga kamar, bersemangat. Jumat malam ia menyulap teras di depan kamar kosku menjadi sangat indah dipandang. Ia bekerja di kelab malam dan di tempatnya bekerja banyak bahan-bahan dari kertas berwarna-warni bekas pesta.

Aku membayangkan besok pagi bayi kecilku bergembira dalam pesta ulangtahunya yang pertama. Ia akan meniup lilin dan memotong kue tart dibantu oleh mamanya. Sementara itu teman-teman sebayanya menyanyikan lagu happy birthday. Lalu ia akan menerima kado, menyalami semua yang hadir untuk melambungkan doa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun