Setelah mengembangkan hukum untuk gelombang bunyi yang panjangnya mencapai beberapa meter, hukum itu kemudian diterapkan pada gelombang cahaya yang sangat kecil, yang panjangnya hanya beberapa persepuluh ribu milimeter, untuk menghitung gerak cepat dari gelombang matahari yang sangat besar dalam jangkauan luar angkasa yang sangat jauh.
Kasus Denda
Pada 1842, ketika pertama kali menyimpulkan bahwa panjang gelombang bunyi dan cahaya harus berubah, ketika sumber pemancar gelombang mendekat atau mundur, Doppler dengan berani mempostulasikan bahwa inilah persisnya mengapa bintang-bintang berwarnai-warni.
Doppler menduga bahwa semua bintang sebenarnya berwarna putih, namun, banyak yang tampak berwarna karena gerakannya yang cepat relatif terhadap pengamat.
Bintang-bintang putih yang mendekat dengan cepat, mengirimi kita gelombang cahaya yang lebih pendek, yang berwarna hijau, biru, atau ungu. Sebaliknya, bintang putih yang mundur dengan cepat tampak kuning atau merah.
Asli tapi tidak diragukan lagi keliru! Agar mata dapat bisa perubahan warna akibat gerakan, bintang-bintang harus berpacu dengan kecepatan luar biasa puluhan ribu kilometer per detik, yang bahkan kemudian tidak akan membantu, seperti pada saat yang sama sinar biru dari sebuah bintang mendekati bintang putih akan berubah menjadi ungu, yang hijau akan berubah menjadi biru, sedangkan yang ungu akan menggantikan ultraviolet, dan yang merah menggantikan inframerah.
Singkatnya, kita masih harus memiliki komponen lama yang sama dari cahaya putih dan, meskipun ada perubahan umum dalam semua warna dalam spektrum, mata kita tidak akan melihat adanya perubahan warna pada umumnya.
Pergeseran garis gelap dalam spektrum bintang yang bergerak menuju ke atau mundur dari pengamat adalah hal lain. Instrumen sensitif mengenalinya, memungkinkan kita menentukan kecepatan garis pandang bintang. Spektroskop yang baik bahkan bisa menangkap kecepatan satu kilometer per detik.
Fisikawan terkenal Robert Wood mengingat kesalahan Doppler ketika polisi akan mendendanya karena melewati lampu merah. Wood meyakinkan si polisi bahwa saat mengemudi cepat orang akan melihat lampu lalu lintas merah sebagai lampu hijau.
Seandainya polisi itu juga seorang fisikawan, dia bisa saja memberitahu Wood bahwa untuk melihat warna hijau menggantikan warna merah, mobil si pengendara harus bergerak setidaknya 135 juta km/jam, kecepatan yang benar-benar luar biasa.
Wood akan tetap didenda karena melanggar batas kecepatan!
Kepustakaan:
1. Perelman, Y., Physics for Entertainment, Book 2, Shkarovsky, A. (Transl.), Foreign Language Publishing House, Moscow, 1936.
2. Diary Johan Japardi
3. Berbagai sumber daring.
Jonggol, 3 Agustus 2021
Johan Japardi