Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Hampir Digebuki

1 Mei 2021   11:48 Diperbarui: 2 Mei 2021   05:03 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan awal:
1.  Aku = saya.
2. Tulang = bahasa Batak untuk om.
3. Bere = bahasa Batak untuk keponakan.
4. bns = bukan nama sebenarnya.
5. Bait dalam sebuah lagu Batak, Habang Birit-birit, berbunyi:
    Tergantung di Sibolga, 3 orang itu.
    Yang 2 mandor Jawa, 1 lagi orang China.


Kisahnya terjadi di salah sebuah warung di Terminal Pasar Senen. Waktu itu aku sedang ngofi (bukan ngopi: Yuk, Minum Kofi) sambil ngobrol dengan tulang Latteung (bns), seorang mantan pengusaha bus yang sudah kehilangan semua armada yang dia miliki. Entah macam mana, kami jadi bercerita tentang lagu "Habang Birit-birit."

Tulang ini mengisahkan bahwa lagu ini adalah ciptaan bersama banyak orang, yang masing-masing menyumbangkan beberapa bait, jadi keseluruhan lagu terdengar nggak nyambung, tapi kocak banget. Tiba-tiba kusampaikan apa yang terlintas di pikiranku, "Tulang, kurasa sudah saatnya teks dari bait tertentu lagu ini diganti sesuai perkembangan zaman."

Si Tulang sebagai orang lama (pemberani pula), menunjukkan reaksi yang sangat menentang usulanku, padahal belum kuelaborasi. Belum apa-apa beliau ini sudah ngamuk-ngamuk, "Bere, jangan kau sembarangan mengganti teks lagu ini, tak setuju aku."
"Bah, otoriter* juga rupanya Tulang, belum Tulang dengar apa yang mau kuganti, sudah langsung tak setuju Tulang."
"Apa rupanya yang mau kau ganti?"
"3 orang jadi 5 orang, 2 banding 1 jadi 1 banding 4," sahutku.
"Maksudnya?" tanya si Tulang dengan nada penasaran.
"Begini Tulang, demografi di Sibolga sekarang sudah jauh berbeda dengan ketika lagu ini dibuat, jadi ada baiknya kita ganti dari:
Tergantung di Sibolga, 3 orang itu.
Yang 2 mandor Jawa, 1 lagi orang China.

menjadi:
Tergantung di Sibolga, 5 orang itu.
Yang 1 mandor Jawa, 4 lagi orang China.


Mendengar paparanku, mengamuk lagilah si Tulang (kali ini lebih parah, sambil menggebrak meja), "Sekali lagi kubilang sama kau ya, jangan sembarangan kau ganti teks lagu ini."

Melihat situasi tak elok ini, terpaksalah cepat-cepat aku menyingkir. Belakangan, aku diberitahu oleh beberapa orang bahwa ini salah satu lagu favorit si Tulang yang dulu suka dia nyanyikan sambil memainkan gitar untuk mengambil hati calon pacarnya yang sekarang menjadi istrinya, sehuruf pun tak diperkenankannya untuk diganti!

Addendum Pascatayang:
*Kata berbahasa Indonesia ini, otoriter (Inggris: authoritarian), bagi saya agak problematik akibat KBBI yang tidak membedakan "oto," "auto," dan "autho" dalam bahasa Inggris, yang semuanya diadaptasi menjadi "oto,"  lihat artikel saya: Surat Terbuka ke-2 untuk KBBI: Konsonan Rangkap Dua.
Tadinya saya ingin menuliskannya sebagai authoriter, tapi malah berpotensi membingungkan pembaca.

Jonggol, 1 Mei 2021

Johan Japardi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun