Mohon tunggu...
Juniardi SIP, MH
Juniardi SIP, MH Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Kota Metro, 3 Juli 1975. Dilantik menjadi Komisioner KOMISI INFORMASI Provinsi Lampung Periode 2011-2014 dan menjadi Ketua. Sebelumnya, aktif di berbagai Surat Kabar lokal dan nasional. Harian Lampung Post (2003-2011), dan kontributor media massa nasional. Pembina Parmuka Mahir Lengkap Tegak Dega, Anggota Dewan Kehormatan Daerah PWI Cabang Lampung. Menyelesaikan pendidikan hingga S- 1 di Kota Metro dan melanjutkan jenjang pendidikan Magister di Universitas Lampung, lulus dengan predikat cumlaude. Mengikuti Pertukaran Pemuda Antar Provinsi tahun 1998 dan menjadi alumni The Future Divice Leader tahun 2010. Pelatihan mediator bersertifikat yang diselenggarakan Institute for Conflict Tranformation (IICT) tahun 2012. Memperoleh penghargaan Kamaroedin dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung tahun 2012. Penulis buku “Hak Anda Mendapatkan Informasi”, Indepth Publishing, 2012

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kejujuran

20 Februari 2013   07:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:00 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tentang Kejujuran
Kejujuran sebuah kata yang sangat sederhana tapi sekarang menjadi barang langka dan sangat mahal harganya. Memang ketika kita merasa senang dan segalanya berjalan lancar, mengamalkan kejujuran secara konsisten tidaklah sulit, tetapi pada saat sebuah nilai kejujuran yang kita pegang berbenturan dengan perasaan, kita mulai tergoncang apakah tetap memegangnya, atau kita biarkan tergilas oleh keadaan.
Perjalan, sore pukul 16.00, hujan gerimis. Saya mengantarkan rekan saya ke sebuah bengkel mobil, tempat mobilnya yang rusak disana. Sudah sejak tiga hari lalu, mobil itu berada disana. Belum juga disentuh sang montir, karena belum diberi uang untuk membeli alat alat yang dibutuhkan untuk memperbaiki mobil itu.
“Butuh brapa mas kira-kira, untuk beli alat-alatnya,” kata teman ku kepada si montir. “Sekitar satu jutaan mas.” Jawab Montir.
Temanku, kemudian merogoh sakunya, dan ku lihat menghitung uang pecahan Rp100 ribuan dan Rp50 ribuan. Dan diserahkan kepada si Montir. Montir itu kemudian menghitung kembali uang yang diberikan temankku. “Ko 11 mas, (Satu juta seratus),’ kata Montir itu, sambil mengembalikan kelebihan Rp100 ribu kepada temaku. Uang itu dikembalikan dan diambil temanku kemudian dimasukkan ke sakunya. Kulihat mereka berbincang-bincang dan kemudian temanku mengajak pergi.
“Aku sengaja melebihkan uang tadi,” kata teman, berkata pada ku meski tanpa ku tanya. “Ya, aku tau, kamu mau menguji kejujurannya,” kata ku.
“Ya, jaman sekarang sulit mencari orang jujur. Apalagi dikota, yang hidupnya serba materi. Semua hanya diukur oleh uang,” jawab teman, sambil sedikit membuka kaca mobil, karena menghidupkan sebatang rokok .
“Tapi, ada juga mereka yang berpendapat, jujur jaman sekarang bakal tertindas, dan ditinggal yang lain. Dan siap hidup susah,” jawabku memancing pembicaraan.
“Ya, aku sendiri tidak jujur. Tapi juga tidak suka dengan orang tidak jujur. Heheheeh” candanya.
“Berarti, karena kamu suka berbuat tidak jujur. Makanya juga selalu curiga dengan setiap orang, apalagi terkait bisnis. Begitu,”
“Ya, bengkel sekarang banyak yang nakal. Apalagi tidak kenal, nanti kita dibohongi. Ini itu, itu ini, dan semua minta bayar. Kalo bengkel nya orang kenal, mungkin lebih enak, dan kita tidak dibohongi,” kata Dia. “Jadi orang tadi sudah yakin dia akan jujur,” kataku.
“Belum tentu juga, tapi dengan ujian tadi saya anggap ada niat baiknya. Jika tadi dia tidak mengembalikan, berarti harga kejujurannya hanya segitu. Dan mungkin cukup disitu saja, kita dandan disana, dan akan tersebar ke banyak orang. Dengan sendirinya rejekinya akan hilang,” katanya.
“Bukahkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, merupakan anjuran dari Allah dan Rasulnya. Banyak ayat Al Qur'an menerangkan kedudukan orang-orang jujur. "Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke sorga, begitu pula seseorang senantiasa jujur dan memperhatikan kejujuran, sehingga akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya.” Kata berhadis.
“Ya, Sebaliknya, janganlah berdusta, sebab dusta akan mengarah pada kejahatan, dan kejahatan akan membewa ke neraka, seseorang yang senantiasa berdusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta dalam HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas'ud kan,” “hahahaha,” kami tertawa.
Semoga saja, masih ada orang orang jujur, yang mau bekerja keras dengan keringat untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, sehingga menjadi berkah. Amin.
(Juniardi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun