Mohon tunggu...
jody aryono
jody aryono Mohon Tunggu... Konsultan IT dan Developer Sistem Berbasis AI | Assesor LSP Informatika

Seorang Senior IT Konsultan Teknologi dan juga Edukator Koding dan Kecerdasan Artifisial, yang fokus pada pengembangan Sistem berbasis AI dan solusi digital untuk instansi pemerintah, masjid, dan komunitas. Aktif menulis seputar teknologi, produktivitas, serta pemanfaatan kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari. Topik favorit saya antara lain: AI, dakwah digital, coding, dan edukasi masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

RCC dalam Perspektif Islam: Menakar Ulang Makna Kompetensi dan Amanah

28 Juli 2025   05:30 Diperbarui: 28 Juli 2025   06:52 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bersama Master Asesor Dok. Ibu Uning Peserta RCC

RCC dalam Perspektif Islam: Menakar Ulang Makna Kompetensi dan Amanah

1. Ketika Meja Ujian Menjadi Mihrab Pertanggungjawaban

Di sebuah ruang pelatihan yang tampak biasa saja, suasana mendadak hening. Seorang asesor duduk berhadapan dengan perangkat asesmen yang disusun oleh rekannya. Tak ada gemuruh debat, hanya sorot mata yang menyiratkan kesungguhan... seperti hendak menguji bukan hanya kelengkapan dokumen, tapi juga kejujuran niat. Di sinilah RCC (Recognition of Current Competency) menjadi lebih dari sekadar prosedur administratif. Bagi seorang muslim, ia bisa menjadi ruang tafakur.

2. Bukan Sertifikat, Tapi Amanah Ilmu yang Dipertanggungjawabkan

Dalam Islam, ilmu adalah amanah. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya, maka ia akan dikekang dengan kendali dari api neraka pada hari kiamat." (HR. Abu Dawud). Maka, ketika seseorang mengaku kompeten—dan meminta rekognisi atas kompetensinya—yang sedang dipertaruhkan bukan hanya nilai, tapi integritas. RCC, dalam konteks ini, menjadi alat ukur kejujuran terhadap amanah keilmuan.

3.Kesesuaian dengan Prinsip Syariah: Objektif, Adil, dan Transparan

Salah satu nilai dasar dalam sistem asesmen RCC adalah keadilan—dan ini selaras dengan ajaran Islam. Penilaian harus berbasis bukti (evidence-based), tidak bias, serta transparan. Allah berfirman: "Dan janganlah kebencian terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa." (QS. Al-Ma’idah: 8). Dalam konteks RCC, ini menuntut asesor untuk tidak menilai berdasarkan simpati, senioritas, atau relasi personal.

4.Standar Nasional dan Prinsip Syariah: Titik Temu dalam Profesionalisme

Prinsip STAR (Situation, Task, Action, Result) dan sistem validasi seperti TS, TMS, CMS, JRE yang diterapkan dalam RCC, pada hakikatnya menekankan pada ikhtiar yang terstruktur dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini sejalan dengan semangat Islam dalam itqanul ‘amal—menyempurnakan pekerjaan, sebagaimana sabda Nabi: "Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila mengerjakan suatu pekerjaan, ia menyempurnakannya." (HR. Al-Baihaqi).

5.Kesalahan Umum:Dianggap Formalitas Tanpa Makna

Sayangnya, banyak peserta atau bahkan asesor memandang RCC sebagai formalitas semata. Seakan-akan cukup menunjukkan tumpukan dokumen atau lembar jawaban tanpa kesungguhan isi. Padahal dalam Islam, segala amal akan ditimbang bukan dari banyaknya, tapi dari keikhlasannya: "Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya." (HR. Bukhari dan Muslim).

6.Mewujudkan Profesionalsime Islami Lewat RCC

RCC bukan hanya tentang “apakah saya layak”, tapi “apakah saya sudah benar-benar memberi manfaat”. Asesor yang menilai dan peserta yang dinilai, keduanya berada dalam posisi yang sama: berusaha menunaikan hak atas ilmu. Di sinilah RCC menjadi sarana muhasabah (introspeksi) profesional.

7.Ketika Evaluasi Menjadi Ladang Pahala

Dalam tradisi Islam, menilai dengan adil adalah amal saleh. Bahkan Nabi SAW bersabda bahwa satu keputusan adil dari seorang hakim bisa menjadi pembuka surga. Maka, bagi asesor RCC, proses validasi bukan hanya tentang menyelesaikan tugas, tapi peluang mencatat amal dalam lembaran kebaikan.

8.Membawa Nilai-nilai Islam ke Dalam Praktik Profesional

Agar RCC tidak terjebak dalam sekadar seremoni formal, nilai-nilai Islam harus terus diinternalisasi: amanah, kejujuran, keadilan, tanggung jawab. Praktik RCC yang berlandaskan nilai-nilai ini akan melahirkan tenaga profesional yang bukan hanya kompeten, tapi juga beretika.

9.Refleksi: RCC Adalah Jalan Sunyi Menuju Pertanggungjawaban

RCC, jika dijalani dengan jujur, bisa menjadi pengalaman spiritual. Kita sedang diuji: apakah ilmu yang kita miliki benar-benar bermanfaat? Apakah kita menyembunyikan ketidaktahuan dengan bersembunyi di balik sertifikat? Ataukah kita benar-benar siap menyandang gelar profesional dengan segala risikonya di dunia dan akhirat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun