Dunia perkuliahan dipenuhi oleh berbagai label. Ada si "kupu-kupu" (kuliah-pulang, kuliah-pulang) yang fokusnya hanya pada buku dan IPK. Di sisi lain, ada si "kura-kura" (kuliah-rapat, kuliah-rapat) yang jadwalnya sangat padat dengan berbagai agenda organisasi, dan sering kali mengorbankan waktu belajar.Â
Dilema ini menjadi perdebatan abadi di kalangan mahasiswa: mana yang lebih penting, akademik atau organisasi? Pertanyaan ini bukan sekadar tentang pilihan gaya hidup, tetapi tentang strategi mempersiapkan masa depan di tengah tuntutan dunia kerja yang semakin kompleks. Banyak yang terjebak dalam pandangan ekstrem, seolah-olah kita harus memilih salah satu dan mengorbankan yang lainnya.
Padahal, data dan realitas di lapangan menunjukkan gambaran yang lebih seimbang. Menjadi mahasiswa yang aktif dan unggul dalam akademik bukanlah hanya sebuah utopia. Kuncinya terletak pada satu kata: keseimbangan.
Angka Bicara: Apa Kata Riset?
Sebelum kita terjebak dalam berbagai asumsi, mari kita lihat apa yang dikatakan oleh penelitian. Banyak yang beranggapan bahwa aktif di organisasi pasti akan mengorbankan prestasi akademik. Namun, beberapa studi menunjukkan hasil yang mengejutkan, yang pastinya berbeda dengan asumsi kita.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Competitiveness Universitas Muhammadiyah Makassar menemukan bahwa terdapat peningkatan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) pada semua informan setelah mereka bergabung dalam organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa solidaritas dan pola hidup saling membantu dalam organisasi justru memberikan manfaat besar bagi mahasiswa dalam menghadapi persoalan akademik.
Studi lain dari Universitas Palangka Raya bahkan lebih spesifik. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa mahasiswa dengan tingkat keaktifan organisasi "sangat aktif" memiliki rata-rata IPK tertinggi (3.60), dibandingkan dengan mereka yang "aktif" (3.31) dan "cukup aktif" (3.36).
Lalu, mengapa mitos "organisasi mengganggu kuliah" begitu kuat?
Jawabannya sering kali bukan pada "apakah" kita berorganisasi, tetapi "bagaimana" kita menjalaninya. Masalah muncul ketika manajemen waktu berantakan dan prioritas menjadi kabur. Ketika rapat hingga larut malam lebih sering dilakukan daripada membuka buku, di situlah timbul berbagai masalah.
Pedang Bermata Dua: Manfaat vs. Risiko
Keikutsertaan dalam organisasi kemahasiswaan ibarat memegang pedang bermata dua. Jika digunakan dengan benar, ia akan menjadi senjata ampuh. Namun jika salah, ia bisa melukai diri sendiri.