Mohon tunggu...
Joanna Atha Clarissa
Joanna Atha Clarissa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswi dari program studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital Universitas Negeri Jakarta angkatan 2023 yang gemar berorganisasi.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Masa Depan Kurikulum Merdeka: Apa yang Perlu Diperbaiki?

13 Juni 2024   18:13 Diperbarui: 13 Juni 2024   18:25 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kurikulum Merdeka, yang diluncurkan beberapa tahun lalu, diharapkan menjadi angin segar dalam sistem pendidikan Indonesia. Mengusung prinsip kebebasan dan kemandirian belajar, kurikulum ini bertujuan untuk menghasilkan generasi yang kreatif, kritis, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Namun, seiring berjalannya waktu, berbagai tantangan dan kendala mulai muncul, menuntut evaluasi dan perbaikan yang mendesak.

Salah satu tantangan utama dalam implementasi Kurikulum Merdeka adalah kesenjangan kualitas guru. Tidak semua guru siap dan mampu mengadopsi metode pembelajaran baru yang lebih fleksibel dan berpusat pada siswa. Banyak guru yang masih terjebak dalam pola pengajaran konvensional yang cenderung satu arah. Untuk mengatasi hal ini, peningkatan kualitas pelatihan dan pendampingan bagi guru harus menjadi prioritas utama.

Perbedaan akses terhadap teknologi juga menjadi hambatan signifikan. Di kota-kota besar, akses internet dan perangkat teknologi cukup memadai, namun di daerah terpencil, siswa dan guru seringkali kesulitan mengakses materi pembelajaran online. Pemerintah perlu mempercepat pembangunan infrastruktur digital di seluruh pelosok negeri agar semua siswa dapat merasakan manfaat dari Kurikulum Merdeka.

Kurikulum Merdeka mengedepankan evaluasi berbasis kompetensi daripada sekadar menghafal materi. Namun, penerapan sistem ini masih menghadapi berbagai kendala, termasuk ketidakjelasan kriteria penilaian dan kurangnya alat ukur yang tepat. Penilaian harus mencerminkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, berkolaborasi, dan berinovasi, bukan hanya sekadar kemampuan menjawab soal ujian.

Peran orang tua dalam mendukung pembelajaran anak di rumah menjadi semakin krusial. Namun, banyak orang tua yang masih kurang memahami bagaimana cara mendampingi anak belajar dengan metode Kurikulum Merdeka. Sosialisasi dan pelatihan bagi orang tua perlu ditingkatkan agar mereka dapat berperan aktif dalam proses pendidikan anak.

Dunia saat ini berubah dengan sangat cepat. Kurikulum Merdeka harus responsif terhadap perkembangan teknologi dan tren global agar relevan dengan kebutuhan masa depan. Integrasi materi mengenai literasi digital, pemrograman, dan keterampilan abad ke-21 lainnya harus terus ditingkatkan. Kurikulum juga harus fleksibel agar dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Untuk menyiapkan siswa yang siap kerja, kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri sangat penting. Kurikulum Merdeka harus mengakomodasi kebutuhan industri dengan memasukkan keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia kerja. Program magang dan kerjasama dengan perusahaan dapat menjadi solusi untuk mengurangi kesenjangan antara teori yang diajarkan di sekolah dan praktik di lapangan.

Masa depan Kurikulum Merdeka tergantung pada sejauh mana kita mampu mengatasi berbagai tantangan ini. Diperlukan komitmen dari semua pihak, termasuk pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat luas untuk mewujudkan pendidikan yang merdeka, berkualitas, dan inklusif. 

Dengan melakukan perbaikan yang tepat, Kurikulum Merdeka memiliki potensi besar untuk mencetak generasi penerus yang siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Transformasi pendidikan bukanlah pekerjaan satu malam, tetapi dengan langkah yang tepat, masa depan cerah bagi Kurikulum Merdeka bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun