Mohon tunggu...
Jamal Jati Harun
Jamal Jati Harun Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi "Ater-ater, Ter-ater, Ateran" Sebagai Penguat Rasa Peduli Pada Hari Raya Idul fitri

9 April 2025   21:20 Diperbarui: 9 April 2025   21:20 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ater ater dari atas (dokumentasi pribadi)

Sebagai putra daerah lumajang penulis mendapatkan tugas untuk memenuhi mata kuliah sejarah lokal dimana rentan waktunya dibulan sebelum atau setelah lebaran, setelah mencari beberapa sumber saya menemukan beberapa tradisi dan juga menemukan artikel yang menjelaskan tentang tradisi yang berada di lumajang yang berjudul "Kajian Semiotik Budaya Masyarakat: Nilai Keislaman Dalam Tradisi Ter-Ater Di Lumajang" yang ditulis oleh Jailani & Rachman (2020). Penulis berterima kasih karena membuka pikiran penulis. Sebagai putra daerah lumajang penulis juga melakukan tradisi "ter-ater" karena merupakan tempat tinggal dan tanah kelahiran penulis. Namun fokus dari tradisi yang ditulis penulis adalah ater-ater di bulan syawal tepatnya 7 hari setelah sholat idul fitri. Ter ater  atau yang disebut juga dengan ater-ater merupakan tradisi dimana orang orang sekitaran lumajang memberikan makanan ke sanak saudara. Ater-ater yang dilakukan pada hari raya ketupat, hari raya ketupat sendiri merupakan hari ketujuh  setelah selesai sholat idul fitri.

Penulis dalam pengalamnnya sering melakukan ater ater, isi dari ater ater tersebut bermacam macam seperti wadah yang diisi oleh nasi terlebih dahulu dan atasnya di kasih lauk dan yang terakhir ada makanan tradisional seperti nogosari,lemper, kucur, gedang goreng lalu dibungkus dengan sebuah tas kain dan masih banyak lagi. Namun untuk Ater-ater di hari ketujuh setalah sholat idul fitri merupakan makananya hampir sama namun dalam sepengetahuan penulis kalau ater-ater di waktu tersebut kebanyakan ketupat dan gengan kelah pateh dalam bahasa indonesianya adalah kuah santan yang berisi ayam tahu tempe dan banyak lagi.

Menurut artikel yang ditulis  Jailani, & Rachman (2020) dalam perkembangan era digital ini tradisi dari "ter ater" tetap melekat pada masyarakat lumajang dan terus melestarikan budaya tersebut dan bahkan sudah berjalan sampai puluhan dan ratusan tahun. "ter ater" sendiri atau juga yang disebut mengahantarkan makanan juga tergantung pada bulan dan makanan yang di hantarkan namun fokus dari penulisan artikel ini adalah hari raya idul fitri dan 7 hari setelah sholat ied.  Masyarakat lumajang menyebutnya dengan " telasan ketopak" atau dalam bahasa Indonesia  hari raya ketupat atau yang bisa disebut juga dengan "telasan pettok" atau yang disebut juga dengan hari raya ke tujuh. Bahasa-bahasa tersebut adalah bahasa madura mengingat masyarakat Lumajang sebagian banyak maduranya.

Pengharapan dari "ter ater" ini di bulan syawal tepatnya pada 7 hari setelah sholat idul fitri dengan adanya tradisi tersebut membuat orang-orang menjadi lebih peduli dan mempererat silaturahmi dan tentunya ada interaksi antar masyarakat menjadi lebih hidup. Dimana makanan yang dibagikan di bilang cukup sederhana namun bukan sederhana tersebut yang diharapkan namun pertemuan antar masyarakat dan menguatnya rasa peduli yang terjadi disaat memberi makanan atau diberi makanan tersebut. Penulis pada hari ketujuh setelah sholat idul fitri juga ke pantai dalam hal ini bersama keluarga besar membawa makanan dan ketupat mandi di pantai selatan untuk bentuk puncak dari lebaran dan rasa syukur tersebut.

Jailani, A. K., & Rachman, R. F. (2020). Kajian Semiotik Budaya Masyarakat: Nilai Keislaman Dalam Tradisi Ter-Ater Di Lumajang. Muharrik: Jurnal Dakwah Dan Sosial, 3 (02), 125--137.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun