Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Masa Pandemi Covid-19, Saya "Terpaksa" Cenderung Mengindividu

22 Juli 2020   20:14 Diperbarui: 22 Juli 2020   20:11 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pandemi Covid-19 telah berdampak terhadap berbagai lini kehidupan sehari-hari. Tak terkecuali terhadap bagaimana manusia bersikap, bertindak atau berperilaku untuk mengantisipasi penyebaran karena vaksin penangkalnya hingga kini belum ditemukan.

Update dari https://covid19.go.id/ hingga 22 Juli 2020 tercatat jumlah pasien positif yang terpapar virus mencapai 91.751 orang, sembuh 50.255 orang dan meninggal 4.459 orang.

Dilihat angka perkembangannya walaupun cukup fluktuatif namun ketika virus ini masuk dan menginfeksi WNI sejak 2 Maret lalu -- jumlahnya saban hari terus bertambah. Tercatat puncak tertinggi penambahan kasus terjadi 9 Juli lalu yaitu 2.657 orang dinyatakan positif Covid-19 dalam sehari.

Data tersebut belum termasuk mereka yang tergolong kontak erat (dulu disebut ODP), kasus suspek (dulu disebut PDP), dan kasus konfirmasi tanpa gejala/asimptomatik (dulu disebut OTG) yang sesungguhnya sudah terpapar virus namun belum dilakukan uji swab/PCR -- sehingga diperkirakan jumlah yang terpapar dan yang meninggal bisa lebih.

Menghadapi kondisi demikian pemerintah cq. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama lembaga terkait yang tergabung dalan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 hingga tingkat daerah telah menyikapi untuk menekan angka kematian dan meningkatkan kesembuhan para pasien.

Lantas, sebagai warga negara, apa dan bagaimana yang perlu kita perbuat dalam keikutsertaan pengendalian bencana non alam (Covid-19) yang banyak merenggut nyawa dan mengganggu berbagai aktivitas tersebut?

Mengingat saya sebagai orang awam, barang tentu hal yang mendesak dilakukan adalah berupaya seoptimal mungkin mencegah agar tak tertular atau menularkan "mikro-organisme jahat" bernama virus corona yang sudah empat bulan lebih merambah seluruh wilayah negeri, tak kunjung reda.

Di lingkungan tempat tinggal saya sendiri (wilayah DIY), walaupun disebutkan sebagai salah satu provinsi terbaik dalam penanganan Covid-19 bukan berarti DIY telah bebas pandemi. Selanjutnya baca ini.

Perkembangan kumulatif warga terinfeksi virus di DIY memang sempat sehari/dua hari stagnan -- tetapi di hari kemudian jumlahnya masih bertambah, bahkan tanggal 21/7/2020 kemarin terjadi lonjakan cukup signifikan yaitu mencapai 28 orang terinfeksi Covid-19.  Baca di sini.

Hingga tulisan ini disusun (22/7), tercatat data warga positif terinfeksi 486 orang, sembuh 332 orang, meninggal 14 orang. Sedangkan yang masih dalam proses tercatat 174 orang, meninggal 33 orang. Mereka yang dikategorikan kontak erat (dulu disebut ODP) tercatat sebanyak 8217 orang. Sumber.

Dari tampilan data tersebut menggambarkan di antaranya bahwa memasuki fase persiapan menuju adaptasi kebiasaan baru (dulu disebut new normal) ternyata perkembangan kasus Covid-19 belum bisa dinyatakan aman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun