Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Menjelajah Jalan di Bawah Tanah Bandara Internasional Yogyakarta

27 Januari 2020   23:32 Diperbarui: 28 Januari 2020   02:53 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
masuk underpass dari pintu timur (dokpri)

Jalan tembus di bawah tanah (underpass) atau terowongan yang terletak di bawah areal terminal Bandara Internasional Yogyakarta, Temon, Kulonprogo telah dibuka untuk umum. 

Soft launching berlangsung sejak Jum'at, 24 Januari 2020 lalu sekaligus merupakan uji comissioning ataupun uji coba menjelang diresmikannya bandara baru pada 29 Maret mendatang.

Terowongan sepanjang 1,406 kilometer ini menghubungkan desa Glagah dan desa Palihan (Jalan Lintas Selatan) dibangun sejak November 2018 hingga Desember 2019 ditangani Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menghabiskan anggaran APBN sebesar 293 miliar.

Telah dibangun dan dibukanya jalan tembus bawah tanah tersebut banyak membawa manfaat, aktivitas kebandaraan dapat berlangsung sesuai perencanaan dan pngembangannya. 

Di samping itu akses jalan lintas selatan yang menghubungkan Purworejo (Jawa Tengah) dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak banyak terganggu, bahkan mobilitas sosial-ekonomi setempat semakin nyaman, aman dan lancar.

Ketika penulis menjelajah lokasi siang hingga petang tadi, berkendara melintas terowongan sepanjang 1,406 kilometer (di klaim sebagai underpass terpanjang di Indonesia) banyak sesuatunya yang menarik dicermati, termasuk dampak terhadap kondisi lingkungan sekitar.

Underpass yang secara keseluruhan panjangnya mencapai 1,406 kilometer ini terbagi atas konstruksi terowongan (slap tertutup) sepanjang 1.095 meter, menjelang pintu masuk atau jalan pendekat sisi timur sepanjang 110 meter dan sisi barat 100 meter, masing-masing dilengkapi sedikit vegetasi.

Ketika memasuki area ini, baik dari arah timur maupun barat kita langsung dipisahkan pembatas jalan, di bagian atas pintu masuk terpampang kalamakara/ornamen figuratif layaknya candi di Jawa, speaker himbauan terdengar di setiap zona sepanjang jalan terowongan agar pengendara berhati-hati.

Di dalam terowongan ada dua lajur berlawanan arah yang disekat batas pemisah hingga pintu keluar, masing-masing lajur memiliki lebar 7,85 meter dengan clearance atas/ketinggian 5,2 meter.

Konstruksi bagian dalam underpass dilengkapi fasilitas pendukung berupa rambu lalulintas seperti larangan berhenti, lampu flip-flop, lampu penerang bagian dalam, 8 pintu keluar darurat, exhaust fan. 

Di setiap ujung lorong ditemui pula rumah pompa dilapisi waterstop berbahan karet untuk beton dinding serta lantai yang berfungsi mengantisipasi luapan/genangan air manakala turun hujan.

Di bagian dalam dinding kanan-kiri underpass berderet dipajang hiasan berupa ornamen seni-budaya khas yaitui Tarian Angguk Putri, Tarian Jathilan, sehingga menambah kenyamanan melintas diliputi estetika yang bernuansa kearifan lokal.

Usainya bangunan infrastruktur transportasi seperti sepintas penulis ceriterakan di atas -- disarankan kepada para pelintas/pengendara untuk selalu mengatur kecepatan ketika berkendara di lingkungan lorong bawah tanah tersebut.

Melintasi lorong halus-mulus yang hampir tidak ditemui permukaan jalan bergelombang ini tak perlu kencang atau ngebut berkendara di dalam terowongan. 

Kecepatan maksimal 40 km/jam (sesuai rambu) sangat dianjurkan untuk menjaga keselamatan dan keamanan bersama. Seperti halnya pepatah lokal: "alon-alon waton kelakon" dalam bahasa Jawa yang artinya yaitu pelan-pelan asalkan tujuan tercapai dengan selamat.

kecepatan maksimum 40 km/jam (dokpri)
kecepatan maksimum 40 km/jam (dokpri)

Sejak dibukanya jalan tembus bawah tanah Jum'at (24/1) lalu, bersamaan akan segera diresmikannya bandara baru akhir Maret mendatang -- telah membuat lingkungan sekitar berbeda dibanding sebelumnya. 

Kondisi jalan yang nyaman untuk dilalui ditambah suasana terang benderang sinar lampu di malam hari semakin menggugah berbagai aktivitas di kawasan ini.

Menurut Pak Didik, warga setempat yang rumahnya berada di sebelah barat underpass menyebutkan "lalu-lalang kendaraan kini semakin bertambah. Kewaspadaan terutama bagi para pengendara/pengguna jalan yang akan atau setelah melintasi underpass perlu kehati-hatian."

Ditambahkan pula, di akhir pekan (Sabtu/Minggu) kemarin, keramaian sekitar kawasan ini cukup terasa, banyak di antaranya ber-selfie ria mengambil gambar dengan latar belakang pintu masuk, mengingat lokasi ini sepertinya telah menjadi ikon baru dengan spot foto yang punya keunikan," ujarnya.

Dari cermatan lebih jauh memang dapat dikatakan bahwa konektivitas antarwilayah, antarkota terutama yang terhubung melalui jalan lintas selatan Pulau Jawa menjadi semakin terfasilitasi dengan telah dibangunnya beberapa infrastruktur pendukung.

Seiring proses pembangunan JJLS yang dirancang sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hingga sekarang di era Presiden Jokowi -- semuanya masih tetap berlangsung secara bertahap, walaupun di beberapa titik terkendala pembebasan tanah.

Pembangunan infrastruktur transportasi antardaerah berjangka panjang tersebut nantinya akan membantu, mempermudah interkoneksi serta meningkatkan berbagai bidang kegiatan sejalan perkembangan daerah khususnya di sisi selatan Pulau Jawa.

Nah, mengacu pada proses pembangunan bandara baru di Yogyakarta beberapa tahun silam (di lokasi sama) yang awalnya berjalan alot, menuai protes masyarakat dibarengi demo, bahkan kasusnya sampai ke pengadilan walau akhirnya dimenangkan pemerintah daerah sehingga pembangunan bandara yang sempat tertunda bisa dilanjutkan.

Agus Parmono, tokoh masyarakat setempat (dokpri)
Agus Parmono, tokoh masyarakat setempat (dokpri)

Mengenai pembangunan underpass ini ternyata pendekatannya berbeda. Adalah Pak Agus Parmono (54) sebagai tokoh masyarakat setempat yang berani tampil di depan terutama menghadapi warga terdampak yang belum memahami pembangunan infrastruktur transportasi untuk kepentingan umum sesuai UU Nomor 2 Tahun 2012.

Intinya, menurut Pak Agus, "setiap warga terdampak perlu diajak berkomunikasi, berdialog dan berdiskusi dalam suasana kekeluargaan. Komunikasi yang dilakukan janganlah hanya bersifat instruksional sehingga warga menjadi pasif, tidak bisa menyampaikan uneg-uneg/pemikiran maupun harapannya."

Lebih penting lagi untuk diperhatikan adalah "melibatkan setiap warga terdampak ikut berperan serta dalam setiap perencanaan proyek pembangunan yang akan dilaksanakan. Masalah-masalah yang muncul dapat terdeteksi sedini mungkin sehingga dapat dipecahkan bersama," imbuhnya, ketika berbincang sore tadi.

Pendekatan demikian ternyata lebih persuasif dan efektif untuk menunjang kelancaran pembangunan underpass yang hingga selesai pengerjaannya menurut Pak Agus tidak mengundang kontra dari warga setempat yang terkena dampak.

Demikian halnya terhadap rencana jalur kereta api yang akan dibangun menuju Bandara Internasional Yogyakarta (target rampung Desember 2020), telah dilakukan pendekatan serupa terhadap seluruh warga terdampak, sehingga diperkirakan dalam pelaksanaannya nanti tidak banyak mengalami kendala.

JM (27-1-2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun