Mohon tunggu...
Junaid Jalal
Junaid Jalal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ingin belajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cebongan: Kepercayaan yang Terkoyak

10 April 2013   22:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:24 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spanduk dukung Kopassus

[caption id="" align="aligncenter" width="437" caption="Spanduk dukung Kopassus"][/caption]

Nama Kopassus, pasukan elit terbaik ke-3 di dunia kembali mencuat akhir-akhir ini. Setelah tahun lalu ( Juli 2012 ) nama satuan elit TNI-AD ini juga melejit karena salah seorang anggotanya (Serda Nicolas Sandi Harewan ) yang tergabung dalam Satuan Gultor 81 berhasil menggagalkan aksi pemerkosaan. Kini dalam 3 minggu terakhir, berita-berita baik media elektronik maupun media cetak masih berputar-putar pada Kopassus terkait masalah penyerangan LP Cebongan yang pelakunya adalah 11 anggota Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan . Kasus ini banyak mendapat sorotan dari masyarakat baik yang mendukung maupun yang mengutuk tindakan tersebut.

Di media massa maupun dari jejaring sosial (facebook), kasus ini terus menjadi trending topic. Di jejaring sosial sendiri, kasus ini sangat mendapat perhatian terlebih lagi saat munculnya akun misterius atas nama Idjon Djanbi yang coba menggambarkan analisanya mengenai kronologi penyerangan sekaligus pelakunya.

Kasus yang berlatar jiwa korsa (baca : balas dendam) ini banyak mendapat dukungan masyarakat. Dukungan pada anggota Kopassus ini terlihat dari pembuatan spanduk yang bertuliskan dukungan mereka hingga munculnya fans page “Satu Miliar Dukungan untuk 11 Kopassus”. Masyarakat yang selama ini resah oleh maraknya aksi-aksi premanisme sangat mendukung dan menyetujui tindakan tersebut. Terlebih lagi, masyarakat bersimpati atas jiwa ksatria mereka, berani secara jujur mengakui perbuatan mereka dan siap bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuat.

Namun dibalik banyaknya dukungan pada Kopassus ada juga yang mengutuk tindakan tersebut sebagai sebuah pelanggaran HAM. Menurut mereka hal tersebut tidak manusiawi dan seharusnya penegakan hukum harus dijalankan sesuai konstitusi dan proses hukum yang ada. Jadi masyarakat semestinya tidak merestui tindakan aparat diluar proses hukum yang ada.

Tapi sampai kapan masyarakat harus menggantungkan harapannya pada konstitusi yang dijalankan tidak sesuai dengan harapan masyarakat? Masyarakat saat ini sudah kehilangan kepercayaan pada proses penegakan hukum di Negara ini. Masyarakat merasa tidak mendapatkan jaminan keamanan, jadi rasanya wajar bila aliran dukungan semakin besar datangnya dari masyarakat yang haus akan rasa aman dan keadilan atas tindakan 11 anggota Kopassus tersebut.

Proses hukum dan konstitusi yang tidak kunjung menunjukkan taringnya pada perilaku premanisme, membuat masyarakat seolah merasa tindakan-tindakan seperti ini jauh lebih memberi rasa aman. Masyarakat yang dihantui oleh rasa was-was oleh aksi premanisme akhirnya seperti mendapat angin segar dan rasa aman dengan tindakan penyerangan ini. Kerinduan akan rasa aman menjadi terobati, seolah hadir sosok pahlawan yang lebih bisa melindungi mereka, ketimbang terus-terusan kecewa pada konstitusi dan proses hukum yang tidak sesuai harapan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun