Mohon tunggu...
Jipriansyah
Jipriansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa

MAHASISWA

Selanjutnya

Tutup

Film

Representasi Budaya pada Film "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck"

16 Januari 2022   01:27 Diperbarui: 16 Januari 2022   02:03 4126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" merupakan adopsi dari novel karya HAMKA yang berjudul sama. Film ini rilis pada tahun 2013, yang di perankan oleh Zainudin (Herjunot Ali), Hayati (Pevita Pearce), dan Reza Rahadian (Aziz). Film ini menceritakan tentang perbedaan budaya yang membuat Zainudin dan Hayati gagal menikah. Yang di kisahkan bahwa Zainudin seorang pemuda yang melarat yang terlahir dari ibu berdarah bugis dan ayah berdarah minang pergi ke kampong halaman ayahnya dan disitulah pertama kali Zainudin bertemu dengan Hayati, ia seorang gadis minang dengan latar belakang keluarga terpandang pada masa itu, hingga akhirnya mereka jatuh cinta satu sama lain. Akan tetapi masyarakat minang menganggap Zainudin bukan bagian dari mereka dikarenakan ibunya berasal dari bugis.

Zainudin yang sudah terlanjur jatuh cinta pada Hayati akhirnya ia melamarnya, namun keluarga dari pihak Hayati menolakya karena perbedaan itu tadi sehingga Hayati di jodohkan dengan Aziz yang dianggap lelaki minang tulen dan kaya raya. Zainudin merupakan keturunan Minang dan Bugis yang tidak mendapatkan pengakuan atas identitasnya itu kerena pada saat ia berada di Batipuh ia dianggap orang Bugis dan dianggap tidak memiliki suku.

Perekonomian Zainudin dengan kondisi yang melaran sengga ia menumpang pada kerabatnya di sumatera, dan Hayati merupakan anak dari keluarga terpandang di Batipuh. Hubungan yang mereka jalani mengabaikan perbedaan kelas sosial yang cukup kentara dan memiliki toleransi dan cendrung ngabaikan perbedaan tersebut.

Perbedaan suku dan kelas sosial yang menjadi konflik pada film ini ataupun pada masyarakat Indonesia. Namun perbedaan suku yang menjadi permasalahan utama yang dimunculkan pada film ini. Apabila dikaitkan dengan isu-isu sekarang, hal itu masih banyak di jumpai di Indonesia, seperti perempuan suku Jawa yang akan menikah dengan suku Batak tidak dapat menikah begitu saja. Karena harus ada persetujuan antara kedua pihak, seperti suku Batak menginginkan prosesi secara adat dan memberi marga kepada calon mempelai perempuan sebelum menikah dan menjadikan bukan lagi suku Jawa. Seperti perbedaan suku dan kelas ekonomi pada film ini menjadi sebuah pertimbangan untuk dilangsungkanya sebuah pernikahan jika dikaitkan dengan konteks Indonesia. Padahal penikahan merupakan ranah pribadi yang sangat penting bagi setiap individu.

Menurut Effendi (1986) mengemukanan bahwa film adalah suatu hasil budaya dan alat kesenian dan sebuah komunikasi massa yang menjadi gabungan dari berbagai teknologi fotografi dan rekam suara. Film sampai saat ini cukup mendapatkan perhatian menjadi suatu media yang berpengaruh di kehidupan manusia. Dan mengenai tentang budaya, ada asumsi bahwa refleksi antara film dan masyarakat, sehingga terlihat didalam film sebagai sebuah refleksi dari kepercayaan dominasi dari sebuah budaya (Turner 1999:152). 

Dalam film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck terdapat nilai-nilai kebudayaan yang menonjolkan simbol-simbol kebudayaan minangkabau pada tahun 1930-an yang sangat kental akan adat dan budayanya. Simbol kebudayaan minangkabau tidak hanya ditampilkan dalam adegan keseharian namun juga dengan adanya adegan yang berbaur sakral bagi masyarakatnya dan tokoh penghulu adat minangkabau. Simbol-simbol minangkabau dalam film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" direpresentasikan melalui penggunaan bahasa, pakaian, dan adat yang di tampilkan dalam film

Jipriansyah, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Ahmad Dahlan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun