Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Doan Van Hau Mestinya Kena Kartu Merah

7 Januari 2023   07:59 Diperbarui: 9 Januari 2023   09:29 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doan Van Hau/Antara Foto Sigid Kurniawan

Bukan kali pertama ini pemain back kiri Vietnam Doan Van Hau melakukan aksi ganjal keras di lapangan. Bahkan ketika menundukkan Malaysia 3-0 di pertandingan penyisihan Grup B Piala AFF 2022 pada 27 Desember 2022 lalu pun Doan Van Hau juga dikomplain keras. Doan Van Hau adalah juga pemain yang membuat pemain Indonesia Evan Dimas cedera serius di final sepak bola SEA Games 2019.

Indonesia ditahan seri 0-0 di semifinal Leg 1 di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, Jumat (06/01/2023) petang, dengan diwarnai beberapa aksi ganjal keras pemain Vietnam, tanpa kena kartu satupun oleh wasit dari Oman, Mubarak Mazaroua Al Yaqoubi. Pelatih Vietnam Park Hang-seo malah terlihat disorot kamera, menyeringai senang duduk di bangku pelatih, sembari bersilang tangan di dada. Indonesia (PSSI) perlu mengajukan komplain agar wasit lebih tegas saat pertandingan semifinal tandang (away) di Vietnam pada Leg 2 di Vietnam, Senin (09/01/2023) nanti.

Aksi kekerasan yang dilakukan publik Senayan, yang melempari bus pengangkut pemain Thailand pada pertandingan terakhir penyisihan grup A 29 Desember 2022, serta peristiwa Kanjuruhan Malang yang membuat 133 penonton sepak bola tewas pada Oktober 2022, dijadikan alasan bagi pelatih tim Vietnam Park Hang-seo mengajukan pada AFF agar pertandingan semifinal Leg 1 di Gelora Bung Karno keamanannya diperketat. Itu pula salah satu alasan, yang membuat wasit Oman letoy bener memimpin pertandingan. Tiada kartu satupun meski pemain Vietnam jelas-jelas melakukan aksi kekerasan, terang-terangan, nekat

Semakin Nekat di Babak Kedua

Di paruh awal pertandingan, sebenarnya sudah terlihat Vietnam bermain keras. Terlihat, mereka mengawal ketat terus pemain Indonesia, Marselino Ferdinan yang memang terlihat membahayakan pertahanan Vietnam dengan manuver-manuver di arah gawang Doang Van Lam. Marselino beberapa kali terjerembab, digunting pemain-pemain belakang Vietnam termasuk pula Doan Van Hau.

Melihat wasit Oman letoy, hanya mengocehi pemain Vietnam yang main keras, maka  Doan Van Hau merajalela. Tidak hanya satu kali. Dan yang paling keras, adalah ketika mengganjal keras striker Dendy Sulistyawan, pencetak gol di gawang juara bertahan Thailand pada pertandingan sebelumnya. Sehingga Dendy agak lama terkapar. Lagi-lagi, wasit Oman itu hanya mengocehi Doan Van Hau, nyap, nyap, nyap. Gitu doang...

Kalau saja saat itu ada asisten wasit dari peralatan komputer (VAR), seperti yang diterapkan pada pertandingan Piala Eropa maupun Piala Dunia 2022 Qatar yang lalu, hampir pasti Doan Van Hau bisa kena kartu merah. Paling tidak kartu kuning lah. Karena menyolok kerasnya, dan tidak hanya di semifinal Indonesia vs Vietnam. Tetapi juga di penyisihan Grup B lawan Malaysia. Sehingga Malaysia protes keras.

Permainan keras memang jamak terjadi. Dan yang paling spektakuler terjadi di Piala Dunia 1982 Spanyol, ketika pemain berkumis tebal Claudio Gentile berhasil "mematikan" jagoan Diego Maradona dari Argentina, di penyisihan grup 2-1. Serta menyingkirkan Brasil di penyisihan grup 3-2 dan membabat Jerman tidak tanggung-tanggung, 3-1 dalam perjalan Italia Juara. Main keras biasanya merupakan strategi pelatih. Nyatanya, permainan keras Gentile itu didukung pemain belakang Italia waktu itu, Antonio Cabrini dan Gaetano Scirea. Dengan kata lain, main pertahanan "grendel" dan mengandalkan serangan balik merupakan strategi permainan.

VAR Malah Ditolak

Permainan-permainan keras di sepak bola kelas dunia, seperti yang dipertontonkan Italia dengan strategi "Pertahanan Grendel" maupun juga di pertandingan-pertandingan keras di Amerika Selatan, di kejuaraan akbar Amerika Latin, Copa Amerika, melahirkan ide untuk membantu wasit agar bisa tegas memutuskan di lapangan. Dan gagasan Video Assistant Referee (VAR) dimunculkan FIFA lantaran hal-hal itu.

Gagasan Video Assistant Referee (VAR) juga sempat dimunculkan Federasi ASEAN (AFF) apakah perlu dipakai VAR seperti di Eropa dan Dunia. Tetapi karena AFF mewawancara pada narsum yang salah, atau kurang tepat, maka VAR pun ditolak diterapkan di Piala AFF 2022. Wawancara AFF itu, menurut surat kabar Singapura The Straits Times, dilakukan pada Senin dua pekan sebelum ini atas pemain Singapura Irfan Fandi, pemain Filipina Kenshiro Daniels, pemain Kamboja Thierry Bin serta kiper Vietnam Dang Van Lam. Tiga pemain terakhir ini "tidak pro" pemakaian VAR.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun