Sekitar dua atau tiga tahun silam, sekitar 2017, Gus Im menelpon saya, menanyakan nomor telpon sobat kerisnya, Zaenal.Â
Selama ini, Zaenal sudah menyelesaikan berbagai pesanan tempa keris maupun tombak Gus Im, yang selalu tidak lazim dan serba diukur persis.Â
Baik hari saat menempa, bahkan menit detik mengayunkan palu, sampai ukuran panjang bilah, Gus Im selalu pakai hitungan njlimet . Kudu persis, nggak boleh lebih, nggak boleh kurang.
Saya pun siang itu bergegas ke rumah Gus Im di Jalan Radio Dalam, tak jauh dari pasar Mayestik di Jakarta Selatan. Ngobrol lama, sembari menanyakan juga, sobat perkerisan dia nun di Solo sana, Benny Hatmantoro.Â
Benny, adalah juga teman yang sangat sering diajak tukar pikiran, baik soal politik maupun tentang tosan aji sembari ngopi dan nanting keris.
"Saya sakit mas, salam saya untuk Benny dan Zaenal," tuturnya. Ketika itu, Gus Im banyak cerita soal berbagai peristiwa menyangkut rekanan dekat politiknya, Prabowo Subianto. Baik Prabowo dan Megawati, adalah lingkar terdekat dia di politik, di samping juga berbagai tokoh terkenal militer, dari sejak M Jusuf.
Rupanya itu adalah pertemuan terakhir saya dengan Gus Im, yang di perkerisan meninggalkan berbagai jejak eksperimen pembuatan keris, baik eksperimen bentuk, eksperimen tempa meteorite, titanium, sampai.... pistol dengan laras berpamor yang dibuat khusus di Pindad, Bandung.
Selamat jalan Gus Im, yang pagi di awal Bulan Agustus (Sabtu 1 Agustus 2020) ini menghadap Sang Khalik. Semoga dilapangkan jalanmu ya Allah, menuju ke hidup keabadian, di samping Nya.... *
(Jimmy S Harianto, wartawan Kompas 1975-2012 tinggal di Jakarta)