Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sudah Merdeka tapi Seperti Trotoar

17 Agustus 2018   16:16 Diperbarui: 17 Agustus 2018   16:23 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Ketika tadi kita nyanyikan Lagu Indonesia Raya sambil menghormat bendera meriah putih menuju puncak, sepertinya gambaran nenek moyang berlumuran darah setiap hari selama ratusan tahun muncul ibarat video yang diviralkan.

Tergambar Oom Diponegoro yang gigih berjuang agar masyarakat jangan langsung dibunuh kalau mengatakan pemerintah (penjajah) tidak baik; mungkin seperti yang sering dilakukan Amin Rais saat ini. Tapi Belanda mengelabui Diponegoro dan kemudian dibunuh dengan sadis setelah dipenjarakan secara amat tidak manusiawi yang penjaranya sekarang bisa kita lihat di Kota Tua, Jakarta.

Terlalu banyak video kekejaman penjajah Belanda dan Jepang sebelum bendera merah putih tadi menggapai puncak.

Sambil menapaki trotoar muncul pertanyaan yang sering muncul setiap kita memperingati Proklamasi kemerdekaan yang dibacakan Bung Karno hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 lalu. Pertanyaannya apa arti kemerdekaan bagimu. 

Hampir saja aku terjatuh di trotoar jika kakiku tidak melihat lobang besar tepat di tengah trotoar. Mungkin lobang itu sudah lama dan ada unsur kesengajaan karena banyak sekali penutup trotoar yang terbuat dari besi tebal sengaja diambil orang. Ya arti kemerdekaan memang sudah bebas tapi belum nyaman.

Akhirnya aku mampir di sebuah tempat makan karena tertulis diskon 50% jika pesan bebek. Saat potongan pertama yang begitu lezat dan empuk memanjakan lidah, video lain sepertinya muncul di pikiranku. Seorang ibu tua dibawa ke pengadilan oleh perusahaan besar karena tertangkap tangan mencuri tiga buah kakao. 

Sepertinya video itu mengingatkan aku bahwa aku boleh tinggal di tempat sangat nyaman dan dapat makan di mana saja, dengan pakaian yang sama dengan yang digunakan Ronaldo, Justin Biber, atau Syahrini namun hidup ini hanya singkat dan bukan hanya untuk menyenangkan diri sendiri. 

Hampir saja potongan bebek berikutnya dengan nasi super lezat kehilangan rasa. Kuingat Jokowi yang walau sudah menjadi pengusaha, walikota, gubernur dan kini menjadi presiden tetap saja hidup sederhana. Mungkin hidupku lebih enak dan nyaman walau harus melalui trotoar ini.

Setelah menikmati makanan lezat ini kembali kutelusuri trotoar sepanjang jalan. Ternyata tidak nyaman karena banyak "penghalang" bagi para pejalan kali ini. Aku tak bisa hanya menyalahkan yang naik mobil walaupun semua tahu bahwa penyebab utama kemacetan karena terlalu banyakanya kendaraan dan terlalu sedikitnya jalan yang tersedia.

Ya kalau ditanya seluruh masyarakat Indonesia di usia negara yang ke-73 ini mungkin jawabannya kurang lebih sama: sudah merdeka tapi belum nyaman seperti kondisi trotoar kita ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun