Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Bapak-Bapak Kurang Gaul

Menuangkan khayalan menjadi tulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Serunya Menjadi Pendengar Radio Semasa Muda

5 Oktober 2025   06:10 Diperbarui: 5 Oktober 2025   18:38 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita pun bisa berinteraksi dengan radio-radio tersebut dengan mengirimkan SMS (sebelum ada WhatsApp). Dan ... ini rahasia ya ... Penulis tidak pernah mengirimkan SMS menggunakan nama asli (Andri), tapi menggunakan nama: Jimin, biar lebih ear catching.

Nama Jimin ini adalah nama julukan pemberian teman-teman SMA, karena dulu Penulis memiliki mobil Suzuki Jimny yang kemudian diplesetkan menjadi Jimin. 

Jadi, nama Jimin itu bukan diambil dari nama bintang K-Pop Korea Park Jimin BTS lho yaa ... karena sebelum BTS lahir, Penulis sudah duluan menggunakan nama Jimin.

Nah, pada masanya nama 'Pak Jimin' cukup dikenal oleh para penyiar dan pendengar radio, khususnya Jakarta, karena seringnya kirim SMS yang tak bermakna.

Bayangkan ketika kita sedang frustrasi macet di jalan, satu-satunya hiburan adalah kirim SMS ngasal ke radio-radio tersebut dan kemudian dibahas oleh penyiarnya. Gratis untuk menyenangkan hati.

Kini, setelah menikmati masa-masa indah bermacet-macet ria di jalan raya tiap pagi dan sore sambil mendengarkan radio, kebiasaan berinteraksi dengan para penyiar radio favorit pun meredup. Bukan berarti tidak pernah mendengarkan radio lagi tapi lebih menjadi pendengar pasif.

Kebanyakan para penyiar radio tersebut pun sudah pada pensiun dan digantikan oleh penyiar yang muda-muda. Tapi persahabatan tetap abadi, kami masih saling kontak melalui media sosial. 

Mendengarkan radio tentunya sangat bermanfaat untuk menambah wawasan karena radio adalah salah satu sumber informasi yang cepat dan terpercaya. Tidak seperti aplikasi konten digital lainnya yang informasinya belum tentu benar.

Satu kekuatiran akan radio di era digital ini adalah jika radio memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) sebagai penyiar menggantikan manusia ... Mungkinkah terjadi?

Artikel ini terinsiprasi dari tulisan Ibu Rinta Wulandari: Serunya Menjadi Penyiar Radio Semasa SMA

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun