Mohon tunggu...
Jim jim
Jim jim Mohon Tunggu... Auditor - Penikmat

Ngteh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Penuh Jeritan

14 November 2020   21:58 Diperbarui: 14 November 2020   22:01 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setetes gelapnya malam memberikan warna berbeda, di atas langit, hitam tanpa lintang, burung cabak enggan mengepak, sebagian mahluk nyaman di tempatnya.
Hari itu Urfi memutuskan untuk tidak ikut liburan bersama keluarganya ke Bandung, karena ada alasan lain. Alhasil ia kesepian. Kemudian mengajak teman karibnya bernama Nabila JKT48 untuk menemani malam itu yang mulai terasa berbeda.
"Nob (panggilan akrab Nabila) nanti malam nginep di rumah Urfi yh, mumpung lagi sepi kita bisa perang bantal, sampe pagi hehe". Ajak Urfi kepada seorang gadis yang tengah asyik bermain ponsel.
"Ga ah males Upi mh (panggilan manja Urfi) ngiler tidurnya". Sahut singkat Nabila.
"Ihhh, udah ngga lah, itu kan pas cape doang" bela Urfi kesal.
"Awas kalo ngiler nanti tak jitak". Tambah Nabila sembari mengelus rambut Urfi.
"Mending Upi ngiler, daripada kamu ngorok hehe". Urfi tak mau kalah mengejek.
"Ya udah kita buktikan nanti siapa yang jorok tidurnya". Pungkas Nabila mengakhiri percakapan sore itu.
Ketika pagi dan petang suasana rumah Urfi begitu nyaman, rumah yang cukup besar hanya dihuni oleh Abah, umi dan Urfi saja. Sebenarnya Urfi mempunyai 4 saudara namun karena kedua kakaknya sudah berkeluarga dan kedua adiknya tinggal di pondok, alhasil rumah itu terasa sepi, terlebih lagi di depan rumah terdapat tempat pemakaman umum yang menambah kesan seram bagi siapa saja  pertama melihatnya.
Menjelang Maghrib terlihat iring-iringan rombongan membawa jenazah menuju tempat pemakaman itu yang secara otomatis akan melewati depan rumah Urfi.
"Itu apaan yah Nob, kok rame-rame gitu" tanya urfi penasaran.
"Mungkin orang kampung sebelah banyak yang ninggal, itu ada kerandanya" Nabila menunjuk ke arah jenazahnya.
"Eh nob ga usah di tunjuk-tunjuk Pemali" sahut urfi sembari memperingatkan Nabila.
"Ih upi jaman udh maju masih aja percaya gituan". Nabila berusaha membela diri.
"Bukan gitu Nob, itu juga termasuk adab" urfi menyanggah.
"Bisa-bisa nanti kamu didatengin loh, hehehe". Urfi menambahkan sembari terkekeh.
"Ga usaha nakut-nakutin yang ada nanti kamu yang disamperin sama tuh mayit, hehehe". Balas Nabila mengakhiri percakapan.
Maghrib pun menjelang, kawanan burung kuntul kembali ke sarangnya, hiruk pikuk kehidupan di desa begitu terasa, anak-anak kecil berlarian ke sana kemari, bersama orang tuanya berduyun-duyun pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah dengan hati riang gembira diikuti suara adzan menggema di seluruh penjuru.
Malam hari itu urfi masih sibuk dengan segala tugas kuliahnya yang kian hari semakin menumpuk, terlebih di masa pandemi ini semua perkuliahan dilakukan secara daring, di lain sisi Nabila sibuk telponan dengan kekasih gelapnya.
"Nob cari makan yuk di luar, kayanya ada mamang penjual nasgor tuh, coba tengok". Suruh Urfi kepada Nabila.
"Iya tuh mang Udin tukang nasgor langganan kita". Sahut Nabila sembari merogoh kantong baju.
"Wah ternyata ga ada apa-apa di kantong baju ini, biasa Upi kan anak baik dan tidak sombong pasti mengerti keadaan begini harus apa , hehehe". Jawab Nabila tersenyum penuh makna.
"Iya tau kok bilang aja minta ditraktir, uhh dasar ga modal hehehe". Sahut Urfi sembari membuka dompet kesayangannya.
Mereka pun meluncur menuju ke tempat mamang Udin biasa mangkal di dekat pos ronda.
"Mang biasa nasgor dua, yang satu pake sambalnya banyak, yang satu gapake lama, hehehe". Pinta Urfi bercanda.
"Ok neng geulis, pesanan segera kami antar". Mang Udin tak kalah menggoda.
Beberapa saat kemudian nasgor nikmat pun tersedia di depan mereka, membuat siapapun ngiler pasti ingin segera mencicipinya.
"Neng tadi sore ada orang meninggal yah" tanya mang Udin kepada mereka berdua yang tengah sibuk menikmati nasgor.
"Iya mang tadi sore ada yang di kubur di pemakaman depan rumah Urfi" jawab urfi singkat.
"Tau ga neng itu mati kenapa" tanya lagi mang Udin.
"Ngga tau mang, lagian kita ga pduli". Sahut Nabila kesal karena diganggu makannya.
"Eh neng geulis ga boleh gitu kalo ditanya, itu orang katanya meninggal karena makan nasgor, tapi bukan nasgor mamang tenang aja hehe". Sahut mang Udin tersenyum kemudian melayani pembali lain yang sudah menunggu.
Nabila dan Urfi sejenak diam saling pandang mulai mencerna kata-kata terakhir mang Udin "mati akibat makan nasgor".
Tiba-tiba merek berhenti makan nasgor dan langsung membayarnya tanpa terimakasih.
"Ini neng kembaliannya, ga di habisin neng itu nasgornya, sayang loh itu" tanya mang Udin penuh perhatian.
"Ngga selera lagi mang, mamang sih tadi bilang ada yang mati karena makan nasgor, kan kita parno, ya udah mang kita pulang dulu, udh malam". Sahut Nabila sembari kesal.
"Pi kamu percaya ga tadi mang Udin itu" tanya Nabila kepada urfi yang sedari tadi terlihat melamun.
"Pi kamu denger ga sih, kok tiba-tiba kamu pendiem gini, jadi takut loh" tanya kembali Nabila.
"Ngga papa nob, upi cuma lagi pusing dikit". Sahut urfi mengelap mulutnya.
"Ya udah yu kita masuk rumah, udah cape nih pengen perang bantal, hehe" pungkas Nabila mengakhiri percakapan di depan rumah itu.
Di dalam rumah urfi masih diam membisu, tanpa kata membuat Nabila kebingungan harus berbuat apa.
"Pi kamu sakit yah, ya udah tidur aja duluan" ujar Nabila menarik tangan urfi untuk masuk kamar.
"Ga nob upi cuma cape aja, bentar lagi juga sembuh" sahut urfi singkat.
Di dalam kamar Nabila kembali sibuk dengan telponan, membahas hal-hal tidak penting.
Tiba-tiba urfi melihat sekelebat bayangan hitam di jendela. Huss,,huss,,huss angin ntah dari mana.
Urfi menarik selimut berharap hanya halusinasi, namun angin semakin kecang, pepohonan depan rumah bergoyang ke sana kemari.
Entah kenapa lampu tiba-tiba mati, Nabila kelabakan mencari penerangan dengan ponselnya.
"Pi kamu dimana, aku takut nih, di pojok itu bukan" Nabila malah berjalan menjauhi kasur menyangka urfi sedang di meja belajarnya.
"Nob, upi disini" sahut urfi membuka selimutnya.
"Hah kamu di situ yah, terus itu bayangan hitam di pintu siapa dong" jawab Nabila keheranan sembari berlari bergabung dengan urfi di dalam selimutnya.
Dari dalam selimut mereka melihat bayangan itu mendekat sambil berkata. "Tttoolloongg sayaa, tolong,,tolong,,tolong .
Haaaaaaa, mereka menjerit bersamaan diikuti dengan nyala lampu kembali.
Semenjak kejadian itu mereka tidak pernah lagi berkata asal kepada orang yang telah meninggal. Dan sejak itu pula mereka menjadi anak baik tidak pernah sompral. Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun