Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Eling Lan Waspodo

5 Juli 2020   00:17 Diperbarui: 6 Juli 2020   08:42 2621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suharto dan Jokowi, diolah oleh penulis

Meski segala prestasi mencengangkan telah ditorehkan, Ahok tak serta merta mendapat dukungan partai politik agar bisa mencalonkan diri kembali untuk periode 2017-2022. 

Hingga akhirnya, sejumlah masyarakat yang tetap menginginkan kepemimpinannya berlanjut, menggalang pengumpulan KTP dan tanda tangan yang dipersyaratkan untuk pencalonan dari jalur independen.

Tapi, di tengah berbagai upaya untuk menjegal dan mendiskriditkan kerja maupun dirinya pribadi, hal itu justru mempertajam perbedaan kelompok di tengah masyarakat. Antara mereka yang mengagumi dan mendukungnya. Dengan sebagian lain yang membenci dan ingin menyingkirkannya.

Upaya pengumpulan tanda tangan dan salinan KTP yang digalang "Teman Ahok" tersebut, sesungguhnya berhasil jauh melampaui kebutuhan minimum. Lebih dari cukup untuk modal dukungan mencalonkan diri.

Justru saat itu, setelah berbagai persoalan antara pendukung dan pembencinya di lapangan semakin meruncing, PDIP akhirnya menawarkan diri untuk mencalonkan beliau, bersama Nasdem. Partai besutan Surya Paloh itu, sudah menyatakan dukungan sejak jauh hari sebelumnya. Tapi suara atau kursi mereka di DPRD tak mencukupi.

Di tengah semua itu, terjadilah peristiwa pemelintiran rekaman ucapan beliau yang mengandung penyebutan ayat suci Al Quran. Hal yang kemudian berkembang liar dan mengarah kepada kebencian antar umat beragama. 

Memancing berbagai pihak terlibat yang sebagian besar bukan untuk menengahi, menjernihkan suasana, dan mengupayakan kedamaian. Tapi malah memperuncing perseteruan.

Tak kurang dari Ma'ruf Amin, Wakil Presiden yang kini telah resmi mendampingi Joko Widodo pada periode 2019-2024, saat masih menjadi Ketua MUI, turut meluncurkan fatwa bahwa pernyataan Ahok di pulau Pari, Kepulauan Seribu, sebagai menghina Al Quran dan ulama Islam. 

Kemudian terjadilah demonstrasi massa besar-besaran di kawasan Tugu Monas Jakarta yang dikenal dengan istilah 411 dan 212 itu. Keduanya berlangsung di penghujung tahun 2016.

Bagaimana pun, Ahok yang ketika itu berpasangan dengan Djarot, melalui pemilihan 2 putaran, akhirnya dikalahkan oleh Anies Baswedan yang berpasangan dengan Sandiaga Uno.

***

Pecah Belah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun