Di zaman sekarang, hampir setiap momen bisa diabadikan mulai dari makanan, liburan, hingga ibadah seperti zakat, infak, dan sedekah. Media sosial menjadi ruang untuk membagikan bukan hanya keberkahan, tapi juga citra diri. Fenomena pamer zakat ini muncul ketika kewajiban spiritual berubah menjadi konten yang tujuannya bukan lagi semata karena Allah, melainkan demi pujian dan pengakuan manusia.
Padahal, zakat sejatinya adalah amanah untuk menyucikan harta dan membantu yang membutuhkan. Namun, ketika momen penyerahan zakat ikut dipamerkan di media sosial, niat baik bisa bergeser. Ibadah yang seharusnya tulus karena Allah berubah menjadi tayangan publik, di mana jumlah like dan komentar kadang lebih diutamakan daripada keikhlasan. Di sinilah letak bahayanya, karena riya dan sum'ah dapat menghapus nilai ibadah itu sendiri.
Dalam ajaran Islam, dikenal dua cara beramal: secara tersembunyi (sirr) dan secara terbuka (jahar). Untuk zakat mal yang sifatnya wajib, lebih utama dilakukan secara diam-diam agar martabat penerima tetap terjaga dan niat tidak ternodai. Sedangkan sedekah sunnah boleh ditunjukkan jika tujuannya murni untuk menginspirasi orang lain, bukan untuk menunjukkan diri. Namun ketika niat itu bergeser, amal tersebut menjadi kehilangan makna.
Fenomena pamer zakat dapat mengaburkan esensi keikhlasan. Ibadah yang seharusnya menjadi hubungan antara hamba dan Tuhannya berubah menjadi pertunjukan publik. Martabat penerima juga bisa terluka ketika pemberian ditampilkan secara berlebihan. Lebih jauh, kedermawanan berpotensi bergeser menjadi ajang memperkuat citra sosial, bukan lagi wujud kasih dan kepedulian.
Karena itu, sebelum membagikan momen zakat atau sedekah, penting untuk merenung sejenak: apakah ini benar karena Allah atau sekadar ingin dilihat baik oleh manusia? Melakukan zakat melalui lembaga yang amanah bisa menjadi pilihan bijak tanpa perlu memperlihatkannya di media sosial. Jika pun ingin berbagi untuk menginspirasi, cukup tampilkan dengan sederhana dan fokus pada pesan kebaikannya. Sebab sejatinya, pahala terbesar justru tersembunyi, hanya antara kita dan Allah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI