Zaman sekarang, jadi guru nggak cukup cuma bisa ngajar. Harus bisa bikin modul, ikut pelatihan daring, nulis esai ilmiah, ikut komunitas belajar, dan kalau lagi apes ikut Zoom dari subuh sampai magrib yang isinya lebih banyak "cek sound" ketimbang ilmu. Nah, di tengah huru-hara ini, muncullah para penyelamat umat: para fasilitator. Harusnya mereka ini pembina kompetensi, tapi kok malah jadi fasilitator joki?
Lucunya, yang pakai joki bukan cuma guru yang "kesusahan", tapi justru dibantuin sama mereka yang jadi wajah resmi peningkatan mutu. Jadi pembimbing pelatihan satu minggu, seminggu berikutnya buka jasa titip tugas via Google Form atau WhatsApp. Dari fasilitator jadi subcontractor. Dari pendidik jadi penyedia jasa.
Nyatanya, praktik joki antar guru ini makin ke sini makin luwes kayak sinetron jam prime time banyak yang nonton, tapi pura-pura nggak tahu.
Di grup WhatsApp guru, biasanya muncul promosi semacam ini:
"Butuh bantu perangkat ajar Kurikulum Merdeka? Lengkap dari A sampai Z, harga bersahabat, tinggal kirim nama dan NUPTK. Amanah dan terpercaya."
Kalau bukan karena malu, mungkin sudah ada tagline: Jasa Joki Pendidikan, Mengabdi dalam Diam.
Fenomena ini bukan hal baru, tapi tetap saja bikin mengelus dada. Gimana nggak? Guru yang seharusnya menjadi ujung tombak kejujuran dan keteladanan, malah ikut-ikutan cari jalan pintas. Mulai dari tugas PPG, pelatihan daring, AKM, perangkat ajar, sampai karya tulis untuk naik pangkat semua bisa diwakilkan. Syaratnya satu: ada cuan.
Padahal, para fasilitator ini bukan orang sembarangan. Mereka terpilih setidaknya begitu kata SK karena kompeten, berdedikasi, dan punya semangat berbagi. Tapi entah semangat berbagi ilmunya yang kelewat semangat, atau kantongnya yang sudah terlalu tipis, mereka jadi sibuk "berbagi tenaga" untuk ngerjain tugas guru lain.
Biasanya, promosinya kalem:
"Bantu teman-teman guru yang kesulitan teknis atau tidak sempat."
Padahal kalau jujur, artinya:
"Gue yang kerjain, lo yang dapat sertifikat, asal cuannya ada"
Dan jangan salah, bisnis ini ramai. Apalagi pas musim LMS mepet deadline, atau waktu PPG dan pelatihan daring berseliweran. Tarikannya kenceng, cuannya lumayan. Satu tugas bisa dihargai dari 50 ribu sampai ratusan ribu bahkan jutaan, tergantung jenis dan tingkat keribetan. Kalau satu fasilitator punya 20 "klien" saja, ya tinggal hitung sendiri omzetnya. Nggak kalah dari jualan skincare.