Dunia sedang berubah, tetapi apakah kita yang mengendalikan perubahan itu, atau justru kita yang sedang dikendalikan?
The Great Reset bukan lagi teori konspirasi murahan yang hanya muncul di forum-forum gelap internet, melainkan agenda yang terang-terangan dipromosikan oleh World Economic Forum (WEF), organisasi yang punya pengaruh besar dalam membentuk kebijakan global.
Klaus Schwab, pendiri WEF, pernah berkata, "Di masa depan, Anda tidak akan memiliki apa-apa dan Anda akan bahagia."
Kalimat ini lebih terdengar seperti ramalan distopia ketimbang janji akan masa depan yang lebih baik.
Jika kita melihat pola yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, wacana mengenai "pengaturan ulang" ekonomi, politik, dan teknologi global semakin sering muncul dalam berbagai forum resmi, seolah dunia sedang diarahkan ke satu tujuan besar yang belum sepenuhnya kita pahami. Lalu, apa sebenarnya yang sedang terjadi di balik layar?
Ekonomi Digital dan Hilangnya Kepemilikan Pribadi
Salah satu pilar utama dari The Great Reset adalah perubahan dalam cara manusia memiliki aset dan mengakses sumber daya.
Jika sebelumnya kepemilikan pribadi adalah prinsip utama dalam ekonomi kapitalis, masa depan yang diusulkan oleh WEF justru mendorong konsep "akses tanpa kepemilikan".
Hal ini bisa kita lihat dari bagaimana ekonomi digital mulai menggeser kepemilikan konvensional ke arah model berbasis layanan.
Kita tidak lagi memiliki CD atau DVD, tapi berlangganan Netflix dan Spotify.
Kita tidak lagi membeli mobil, tapi menggunakan layanan ride-sharing seperti Gojek atau Grab.