Masyarakat Luas
Keadaan1. Data Kemiskinan
Apabila indicator kemiskinan tersebut kita ubah sedikit saja menjadi misalnya masyarakat dengan pendapatan kurang dari Rp. 1.000.000/kapita per bulan, tentu jumlah penduduk kategori miskin masih sangat banyak. Bahkan, bisa jadi mayoritas penduduk Indonesia masih masuk dalam kategori miskin.
Penulis tidak punya data akurat mengenai data kemiskinan selain mengacu pada data BPS. Tapi, poin yang ingin penulis ketengahkan adalah bahwa kemiskinan masih merupakan persoalan masyarakat Indonesia secara umum.
2. Kemiskinan dari kacamata Holistik
Bila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, kemiskinan merupakan persoalan berbagai aspek kehidupan. Tidak saja soal ekonomi, karakter individu masyarakat pun mengalami kemiskinan. Apa saja kemiskinan itu ?
- Miskin Kepedulian : Sudah tidak perlu kita sangkal, kepedulian kian hari kian jarang ditemui. Orang-orang (termasuk penulis sendiri) Â sibuk dengan smartphone-nya masing-masing, kapan pun dan dimana pun berada. Waktu beraktivitas sosial yang bagus untuk melatih rasa simpati dan empati (kepedulian) kepada orang lain pun tersita. Manusia semakin sibuk dan mementingkan dirinya sendiri. Ini realita jaman, tak perlu disangkal. Kita sedang mengalami krisis kepedulian.
- Miskin Kreativitas : Entah kenapa, keengganan mengubah nasib masih menjadi perkara biasa di masyarakat. Masyarakat merasa keadaannya baik-baik saja. Atau mungkin ada pemahaman bahwa kehidupannya memang sulit, tapi keinginan untuk bertindak mengubah nasib masih nihil. Menurut penulis ini berkaitan dengan tak ingin berusaha dan bekerja keras (malas) dan tak ingin berinovasi (tidak kreatif). Sehingga keadaan tersebut membawa masyarakat kepada lingkaran kemiskinan, lagi dan lagi. Kenyataan inilah bagi penulis merupakan miskin kreativitas dan kemalasan.
- Miskin Berpikir Kritis : Poin ini merupakan bagian penting. Kritis adalah indikasi bahwa seseorang berpikir. Masyarakat yang tidak kritis menunjukkan masyarakat yang tidak berpikir. Meresahkan bukan ? Sebenarnya ini berkaitan dengan keadaan penjinakkan pada masyarakat yang terjadi sejak individu masih anak-anak. Individu sejak kecil sudah terbiasa dengan keadaan tunduk. Ini tentu berpengaruh pada cara berpikirnya dikemudian hari, tidak terbiasa berpikir kritis. Berpikir tidak kritis inilah yang menurut penulis menjangkiti masyarakat banyak. Berimplikasi kepada mudahnya menerima informasi dan budaya yang tidak relevan dengan kehidupan.
Perilaku Figur Publik dan Kemiskinan
Dari kenyataan tentang kemiskinan, timbullah pertanyaan demi pertanyaan. Seperti misalnya apa saja yang menyebabkan kemiskinan ? Atau kebiasaan-kebiasaan apa (pada tingkat individu) yang membuat masyarakat terjerembab lagi dalam kemiskinan ? Kenapa ada orang yang sangat kaya-raya ditengah-tengah masyarakat yang amat miskin ? Dan banyak pertanyaan lagi.
Tentu bila membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan sangat panjang. Dan tentu membutuhkan penjelasan para ahli, yang kompetensinya tidak dimiliki oleh penulis saat ini.
Namun penulis ingin mengulas mengenai bagian yang cukup umum ditemui sekaligus semakin dianggap normal berkaitan dengan kemiskinan, yaitu perilaku figur publik ! Apa persoalannya ?
1. Gaya Hidup Mewah menjadi Standar
Menjadi biasa ketika kita menyaksikan siaran selebriti yang sedang mempertontonkan kehidupannya yang mewah. Rumah yang luas dan megah, mobil seharga milyaran rupiah, tas dan sepatu bernilain jutaan atau puluhan juta rupiah, dan banyak lagi.