Mohon tunggu...
Jhon Rivel Purba
Jhon Rivel Purba Mohon Tunggu... ASN Peneliti di BRIN

Hidup sederhana dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Aspirasi dari Depok, Pendidikan Bermutu untuk Semua

19 Agustus 2025   19:52 Diperbarui: 27 Agustus 2025   17:35 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sekolah dasar negeri di Depok, Jawa Barat (Dokumentasi pribadi, 2025)

Indonesia baru saja merayakan hari kemerdekaan yang ke-80 tahun. Salah satu tujuan kemerdekaan tersebut adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan pembangunan pendidikan yang merata di seluruh wilayah Indonesia.

Sesuai dengan konstitusi, semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan bermutu. Pertanyaannya, apakah semua warga negara telah mendapatkan pendidikan bermutu? Tentu jawabannya belum 100 persen.

Pemerintah telah berusaha mewujudkan pendidikan bermutu dengan berbagai kebijakan dalam bidang pendidikan. Namun, permasalahan pendidikan di negeri ini sepertinya bagai benang kusut. Diantaranya adalah kesenjangan pendidikan, minimnya fasilitas pendidikan, rendahnya kesejahteraan guru (honorer), pemanfaatan teknologi, dan kurang kolaborasi.

Baca juga: Anak-anak Bangsa

Satu langkah positif ketika pemerintah lewat instansi pendidikan berupaya mendengar aspirasi guru, orang tua siwa, komunitas, dan siswa itu sendiri untuk pembenahan pendidikan nasional. Aspirasi ini sangat penting guna mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.

Menurut saya selaku orang tua siswa dan sekaligus pengamat pendidikan, masalah mendasar dalam pendidikan kita adalah minimnya sarana dan prasarana pendidikan. Permasalahan ini berkembang melahirkan permasalahan yang lain seperti rendahnya kualitas pendidikan dan meningkatnya anak putus sekolah.

Minimnya sarana dan prasaran pendidikan terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, terutama di pelosok desa. Diantaranya adalah keterbatasan gedung sekolah, ruang kelas, ruangan tidak layak pakai, bangku dan meja yang rusak/minim, buku dan perpustakaan, lapangan olahraga, akses internet, dan sebagainya.

Kita sering menyaksikan di media tentang anak-anak di pedalaman yang sulit mengkases  pendidikan karena lokasi sekolah sangat jauh dari rumah siswa. Mereka terpaksa berjalan kaki ribuan meter menuju sekolahnya. Beberapa siswa bahkan harus melewati perairan untuk bisa sampai ke sekolahnya.

Keterbatasan tersebut berdampak buruk pada proses belajar mengajar. Tidak sedikit anak usia sekolah terpaksa putus sekolah. Sebagian dari mereka menjadi buta huruf. Seperti di salah satu kampung di Dusun Kaudani, Buton Tengah, Sulawesi Tenggara, ratusan anak putus sekolah karena keterbatasan akses pendidikan (Kompas, 2/5/2025). Sepertinya akan sulit mencapai pendidikan bermutu ketika akses terhadap pendidikan masih terbatas.

Tidak hanya di pelosok desa, keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan juga terjadi di kota. Di Depok, kota yang dikenal sebagai kota pendidikan yang berbatasan dengan Jakarta, permasalahan ini terjadi hingga sekarang. Hal ini sangat terasa saat penerimaan siswa baru di sekolah-sekolah negeri.

Pendidikan di Depok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun