Hanya saja, bila  air bersih yang dialirkan (dengan pipa kecil) dari pengunungan mengalami masalah, penduduk terpaksa berjalan kaki ratusan meter ke hutan untuk mendapatkan air minum. Penulis sendiri pernah mengalaminya ketika masih duduk di bangku SD.
Kini, semua rumah penduduk di desa tersebut sudah mendapatkan air bersih. Mereka bergotong-royong membangun jaringan air bersih dari pegunungan hingga ke semua rumah penduduk. Meskipun demikian, hingga kini penduduk desa tetap memanfaatkan air hujan di rumah maupun di ladang.
Belajar dari Daerah Pedalaman
Pemanfaatan air hujan yang dilakukan oleh penduduk di daerah pedalaman tersebut menjadi pelajaran berharga. Masyarakat pedalaman yang sering dicap memiliki pengetahuan rendah, pada kenyataannya bisa melakukan hal sederhana tetapi memiliki makna yang luar biasa.
Bagi penduduk desa, pemanfaatan air hujan berarti penghematan, kebersihan, adaptasi dengan lingkungan, dan pemanfaatan barang bekas. Baik di rumah maupun di ladang, pemanfaatan air hujan dapat menghemat penggunaan air dari mata air, maupun penghematan dalam hal waktu.
Di pemukiman penduduk, mereka yang keluar masuk lewat pintu depan, seringkali menyediakan penampungan air hujan di depan rumah dengan memanfaatkan wadah bekas. Air hujan tersebut digunakan untuk mencuci kaki sebelum memasuki rumah. Â Kadang air tersebut juga dimanfaatkan untuk membersihkan teras rumah dan mencuci kendaraan.
Apa yang dilakukan oleh penduduk pedalaman tersebut bisa juga dilakukan oleh penduduk kota. Bagi masyarakat kota, pemanfaatan air hujan tidak hanya bermakna pada penghematan, kebersihan (sanitasi), tetapi juga sejalan dengan peningkatan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Andaikan penduduk kota memanfaatkan air hujan untuk merawat bunga dan tanaman rempah, tentu bermanfaat bagi lingkungan dan juga ekonomi. Air yang tadinya terbuang percuma, bisa digunakan untuk mendukung pekarangan yang indah dan pemenuhan kebutuhan dapur.
Di beberapa tempat, di kota maupun desa, terjadi krisis air atau kekeringan. Mereka sangat kesulitan dalam mengakses air bersih. Maka, pemanfaatan air hujan merupakan solusi efektif untuk jangka panjang. Tinggal bagaimana menampung, menyaring, dan mengolah air hujan tersebut agar bisa dimanfaatkan secara langsung.
Perlu ada gerakan bersama untuk memanfaatkan air hujan dalam mengatasi krisis air bersih. Pemerintah, akademisi, peneliti, media, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), Kompasianer, dan semua elemen perlu memikirkan dan mendorong gerakan ini.
Penutup