Gelombang kekerasan yang dilakukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) terhadap warga sipil, khususnya perempuan, kian menjadi sorotan tajam. Di berbagai wilayah pedalaman Papua, OPM disebut kerap menjadikan perempuan sebagai sasaran kekerasan fisik dan seksual. Berbagai laporan dari masyarakat lokal mengungkap bahwa perempuan bahkan dipaksa melayani kebutuhan kelompok bersenjata, dijadikan tameng manusia, dan mengalami perlakuan tidak manusiawi lainnya.
Tokoh perempuan Papua, Mama Yohana Wenda, menyampaikan kecaman keras terhadap aksi brutal OPM. Ia menegaskan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah bentuk penghancuran nilai kehidupan masyarakat Papua. "Perempuan Papua adalah simbol kehidupan dan ketahanan. Jika mereka disakiti, maka tak ada lagi nilai perjuangan. OPM sudah berubah jadi alat kekuasaan, bukan pembebasan," ujar Mama Yohana dengan nada kecewa.
Sikap diam para pemimpin OPM yang tinggal di luar negeri juga menuai kecaman dari tokoh gereja asal Kabupaten Puncak, Pendeta Desiana Gobai. Ia menilai bahwa para elite OPM tidak memiliki tanggung jawab atas kekerasan yang terjadi di Papua. "Mereka hidup nyaman di luar negeri sambil bicara revolusi, tapi di Papua, perempuan kami diperkosa dan diperlakukan tidak manusiawi. Ini bukan perjuangan, ini pelanggaran berat terhadap kemanusiaan," tegas Desiana dengan suara lantang.
Ketua Dewan Adat Wilayah Lapago, Elias Itlay, juga mengkritik keras kekejaman OPM. Ia menyatakan bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan nilai budaya Papua yang menjunjung tinggi perlindungan terhadap perempuan. "Perempuan itu dilindungi dalam adat kami. Mereka (OPM) bukan pahlawan, mereka pemangsa rakyat sendiri. Ini tidak bisa dibiarkan," ujarnya tegas, mendesak aparat keamanan dan lembaga terkait untuk segera bertindak.
Kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh OPM di Papua adalah kejahatan yang tidak bisa ditoleransi. Aksi ini tidak hanya mencoreng nilai kemanusiaan, tetapi juga menghancurkan struktur sosial masyarakat Papua. Semua pihak, baik pemerintah, aparat, maupun organisasi sipil, didesak untuk segera melakukan investigasi dan memberikan perlindungan maksimal kepada warga sipil, khususnya perempuan yang menjadi kelompok paling rentan di daerah konflik.
#StopKekerasanOPM #SavePerempuanPapua #KemanusiaanDiPapua #PapuaButuhPerlindungan #OPMBrutal #PapuaBicaraFakta #HentikanKejahatanOPM #PerempuanPapuaBersuara
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI