Mohon tunggu...
Jhoni Kristian
Jhoni Kristian Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mari Mulai Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Festival Tabut, Mengenang Peristiwa Tragis, Identitas Budaya Umat Muslim di Bengkulu

19 Desember 2020   09:47 Diperbarui: 19 Desember 2020   10:13 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan sosial masyarakat, tentu terdiri dari berbagai macam latar belakang agama, budaya, suku dan ethnis. Perbedaan inilah yang nantinya akan menjadi ciri khas sekaligus identitas dari masing-masing individu. Begitu pula dengan kebudayaan yang ada, tentu terlahir dengan latar belakang cerita sejarah yang berbeda beda hingga menciptakan adanya keberagaman di masyarakat. 

Dilansir dari sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun. 2010, di Indonesia terdiri dari sekitar 1340 suku bangsa. (Kompas.com). Dengan keberagaman yang dimiliki ini, kehidupan sosial masyarakat yang ada tentu akan sangat beragam. Salah satu kebudayaan leluhur yang masih dipertahankan hingga saat ini di Indonesia ialah Festival Tabut, yang diselenggarakan di Provinsi Bengkulu.

Festival ini merupakan festival kebudayaan yang rutin digelar setiap tahunnya di kota Bengkulu. Tujuan dari diadakannya festival Tabut ini ialah guna mengenang kematian cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Husain bin Ali yang tewas dalam pertempuran di Padang Karbala. Sesuai dengan tujuan dari adanya festival ini, maka tak heran bahwa festival ini juga erat kaitannya dengan salah satu agama besar di Indonesia yaitu Islam. Pelaksanaan perayaan tabut sendiri juga dilaksanakan selama 10 hari selama Bulan Muharram atau tahun baru Islam.

Dalam rentang waktu tersebut, terdapat beberapa rangkaian acara yang sudah diagendakan sesuai dengan kebudayaan turun temurun yang ada, yaitu diawali dengan prosesi Mengambil Tanah dari sebuah lokasi khusus yang di sakralkan dan disebut gerga. Prosesi  yang kedua yaitu Duuduk Penja, prosesi ini ialah mencuci penja atau jari-jari yang terbentuk dari perak, tembaga dan kuningan yang berbentuk jari. Selanjutnya, prosesi ketiga adalah Meradai,kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan dana untuk keberlangsungan acara Tabut. 

Selanjutnya, prosesi yang dilaksanakan adalah Manjara,yakni kegiatan berkunjung pada kelompok Tabut lain untuk beradu alat musik dol (semacam bedhug). Prosesi selanjutnya ialah Arak Penja,yaitu prosesi dimana Penja yang ada akan diletakkan kedalam tabut dan diarak keliling kota Bengkulu. 

Tahap ke enam yaitu Sorban, atay mengarak penja yang ditambah kain putih lalu dimasukkan dalam tabut kecil. Tahap yang ketujuh ialah gam(tenang/berkabung),pada prosesi ini adalah tahap dimana tidak boleh ada kegiatan apapun dalam festival tabut dan harus ditaati. Selanjutnya pada hari ke 9 Muharram akan dilakukan Arak Gendang,yang diawali dengan pelepasan tabut untuk bersanding gerga masing-masing. 

Dan pada hari 10 muharram yaitu proses terakhir dari festival Tabut ialah Tabut Tebuang, dimana pada prosesi ini selurh tabut yang sudah terlibat dalam festival tabut akan diarak bersama-sama menuju padang karbela. Semua tahapan prosesi yang dilakukan tersebut dilaksanakan berdasarkan dengan nilai-nilai religi sekaligus ritual yang sudah turun-temurun dilakukan. 

Sejak tahun 1685 Festival Tabut ini sudah dilaksanakan di Bengkulu, dan menjadi unik karena memiliki kemiripan dengan Upacara Karbala di Iran, hingga memiliki tujuan yang hampir sama pula. Sejak awal proses festival tabut ini dimulai, suasana sekaligus prosesi adat yang dijalankan memang sangat kental dengan kebudayaan muslim. Para tokoh-tokoh adat yang merupakan Keluarga Tabut pun juga akan berpakaian putih dilengkapi dengan kain sorban penutup kepala selama prosesi adat berlangsung. Tak hanya itu, lantunan ayat-ayat al-quran pun juga tak jarang diperdengarkan selama festival ini berlangsung.

Identitas agama Islam memang tidak bisa dihilangkan dalam festival kebudayaan masyarakat Bengkulu ini, hal itu dikarenakan tujuan dari festival ini sendiri yang dilaksanakan untuk mengenang kematian Husein Bin Ali yang merupakan cucu Nabi Muhammad SAW dalam pertempuran di Padang Karbala melawan Kaum Khawarijh. Dalam setiap kebudayaan tentu memiliki identitias dan ciri khasnya masing-masing. Hal ini lah yang membedakan satu budaya dengan budaya lainnya, yang pada akhirnya juga memerlukan sikap toleransi antar sesama guna menciptakan kehidupan masayarakat yang sejahtera.

Keberagaman identitas budaya yang dimiliki bangsa Indonesia hendaknya selalu dijaga, Jangan sampai dilupakan apalagi ditinggalkan. Keunikan dari masing-masing identitas budaya inilah yang menjadi kekeayaan tersendiri dari bangsa kita. Warisan budaya turun temurun yang diciptakan hendaknya jangan sampai tidak dilestarikan, karena pada dasarnya kebudayaan tercipta berawal dari kebiasaan masyrakat sendiri secara berkelanjutan.

Identitas kebudayaan yang dimiliki oleh masing-masing budaya tentu menjadi keunikan serta cirikhas tersendir. Ditengah kebergaman budaya yang tercipta, hal inilah yang menjadi kekayaan tersendiri bagi bangsa Indonesia dalam perjalanan sejarahnya. Kebiasaan masyarakat jaman dulu yang dipercaya dan dilakukan secara turun-temurun inilah yang akhirnya dipercaya membentuk sebuah kebudayaan di masyarakat. Kita sebagai generasi penerus, hendaknya tetap mempelajari, bangga serta turut melestarikan kebudayaan yang ada ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun