Mohon tunggu...
jhon budi
jhon budi Mohon Tunggu... -

Ego para raja, jiwa para pemberontak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Harus Malu?!

28 Januari 2015   08:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:14 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sampai tengah malam, aku masih terjaga, pasalnya aku masih terngiang-ngiang dengan beberapa moment-moment dimana aku mengurungkan niatku untuk membantu, sekarang aku termenung memikirkan apakah benar atau salah atas keputusanku tersebut.

Setelah ku pikir lebih dalam lagi, aku sadar aku telah salah, aku jadi merasa kecewa pada diriku, mengapa saat-saat itu tidak jadi membantu, walaupun, mungkinpun tak seorangpun yang akan membantu mereka dalam kondisi seperti itu.

disaat aku melihat seorang ibu di stasiun tanah abang, sedang menyeret-nyeret sebuah plastik besar berisi belanjaanya dari tanah abang, sedang tangan satu laginya menenteng plastik yang agak lebih kecil, dia terlihat kesusahan, rasa kemanusiaanku terpancing, aku ingin membantu, namun saat hendak menolongnya, terbesit di fikiran, apakah ibu ini pantas untuk di tolong? Pasalnya dia yang menyusahkan dirinya sendiri dengan membeli banyak barang tanpa seorangpun yang membawa kecuali dirinya, lalu mengapa aku harus ikut campur? Dan lagi aku akan merasa malu lantaran sok pahlawan atau mungkin saja itu tak terlalu sulit baginya sehingga dia akan menolak, akan berbeda cerita ketika saat itu yang kulihat adalah orang yang benar-benar sangat membutuhkan pertolongan, maka aku tak akan sampai berfikir 2 kali untuk membantu, itu pun kurasa masih ada rasa malu juga lantaran berada di tempat umum. banyak alasan-alasan untuk menolak menyeruak begitu saja ketika kakiku hendak mendatanginya, entah mengapa..

Begitu juga saat di dalam busway, aku yang berprinsip sangat menghargai wanita tak akan tega membiarkan wanita berdiri disebabkan tak mendapat tempat duduk, walaupun dia seorang yang masih muda, itulah aku, jika aku sedang duduk maka aku akan berdiri untuk mempersilakanya duduk, bagiku sungguh memalukan jika aku tetap duduk sementara ada wanita yang berdiri di depanku, tetapi belakangan entah mengapa aku melanggar kebiasaan itu, saat itu entah mengapa bisa terfikirku bahwa jika aku melakukan hal demikian seolah-olah aku sok pahlawan atau sok keren, pasalnya kewajiban untuk berlaku demikian hanya teruntuk mereka yang telah di prioritaskan, yaitu, lansia, ibu hamil dan ibu yang menggendong bayi. Aku jadi malu untuk melakukan itu, padahal aku merasa sangat gelisah walaupun tampak santai. Lagi-lagi malu kawan..

Pernah juga, saat itu kami sedang berlibur ke sebuah pantai, sesampainya disana, aku mendapati seorang kakek yang sedang bekerja, dari sampanya dia mengangkat karung pasir-berkali-kali, sekilas itu tampak biasa, jelas karna begitulah pekerjaanya sehari-hari, dia pribadi kupikir sudah biasa dengan itu, orang-orangpun tau itu, tapi aku memandangnya berbeda, rasa kemanusiaanku terpangil spontan, namun lagi-lagi saat kaki ingin beranjak, terfikir olehku yang demikian, " ah, sudahlah, bairkan saja", sehingga lagi-lagi kuurungkan niatku. Malam ini, aku berfikir sambil menyesal, Megapa saat itu aku tidak langsung saja membantunya, meskipun aku tahu itu pekerjaanya sehari-hari, artinya andaikata aku saat itu membantunya, kemarin atau esok hari toh dia akan melakukan itu lagi sendiri tanpa bantuan seorangpun, tapi setidaknya saat itu aku meringankan bebanya, atau sekedar menumpahkan rasa kemanusiaanku, oh

Satu hal yang kusadari malam ini, bahwa kebaikan tak butuh alasan, kebaikan tak perlu banyak ba-bi-bu, kebaikan adalah melakukan tanpa perlu di pertanyakan alasanya mengapa harus melakukan itu. aku berharap kedepanya penyesalan ini tak berulang, jika memang rasa kemanusian itu terpanggil, maka jangan sampai rasa malu membatalkan kemulian itu. Aku yakin, saat aku membantu, walaupun terlihat sederhana dimata manusia, tapi mampu membuat allah tersenyum melihatnya.

sadar atau tidak, di era saat ini, manusia sudah mulai kehilangan rasa kemanusiaan, tak banyak orang lagi perduli terhadap sekitarnya, inting tolong menolong sudah mulai luntur di telan ego masing-masing, penderitaan orang lain dianggap masalah masing-masing, merasa bukan kewajiban untuk memabantu, menolong dianggap perbuatan yang memalukan, sesuatu hal yang najis untuk dilakukan, mengotori-kotori tangan saja, kurang kerjaan, ngak jelas, ngak normal/gila dan sebagainya. Era saat ini adalah era dimana pandangan sebuah kenormalan itu telah bergeser, mengapa harus malu?! Jika malupun tak bisa di salahkan juga, manusia memang sering merasa malu tampil berbeda, wajar jika malu, sebab sangat jarang lagi orang-orang menolong, kesibukan dunia telah melumpuhkan hati-hati manusia. mungkin tak hanya aku yang melakukan hal seperti ini, banyak orang di luar sana kurasa melakukan hal yang sama, bahkan ada yang sama sekali tidak tersentuh hatinya. Pada siapa kita harus menuduh?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun