Mohon tunggu...
jhoe manik
jhoe manik Mohon Tunggu... -

simple is the best

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dear Mr Pakar, Please dehhhh!!!!

11 November 2014   03:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:07 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PAKAR vs AHLI

Pakar atau ahli ialah seseorang yang banyak dianggap sebagai sumber tepercaya atas teknik maupun keahlian tertentu yang bakatnya untuk menilai dan memutuskan sesuatu dengan benar, baik, maupun adal sesuai dengan aturan dan status oleh sesamanya ataupun khayalak dalam bidang khusus tertentu. Lebih umumnya, seorang pakar ialah seseorang yang memiliki pengetahuan ataupun kemampuan luas dalam bidang studi tertentu. Para pakar dimintai nasihat dalam bidang terkait mereka, namun mereka tidak selalu setuju dalam kekhususan bidang studi. Melalui pelatihan, pendidikan, profesi, publikasi, maupun pengalaman, seoran pakar dipercaya memiliki pengetahuan khusus dalam bidangnya di atas rata-rata orang, di mana orang lain bisa secara resmi (dan sah) mengandalkan pendapat pribadi.

Membicarakan tentang ahli atau pakar di negara ini sangatlah bergama dan sangat memusingkan kepala.semua pakar hampir ada,dari ahli/pakar agama,politik,komunikasi politik,kenegaraan,budaya dan sebagainya yang sangat susah untuk dijabarkan satu persatu.tidak salah memang jika setiap orang menjadi pakar,sebagai warga negara yang biasa saja atau tidak ahli dalam hal apapun maka saya juga sangat mengacungi jempol buat para ahli yang sering terpampang di layar televisi atau media online atau cetak.sekali lagi,sebagai warga yang hanya bergelar 'rakyat biasa saja' maka saya sangat penasaran dengan bagaimana mereka meraih gelar mereka menjadi pakar.

Untuk Ekonomi,biasanya mereka rata-rata besar dan dapat gelar dari sekolah luar negeri,ada yang di Amerika atau di Eropa atau tak jarang juga di dalam negeri atau sekitar Asia.begitu juga dengan pakar tata negara,politik atau yang lain.biasanya mereka tamatan dari luar negeri.

Tetapi akhir-akhir ini,sejak tahun 1998/9 di negeri ini muncul pakar-pakar yang menjamur di negeri ini.ada yang baru pulang dari luar,atau yang hanya sekedar muncul setelah lenyapnya masa orde baru.pakar-pakar inipun memberikan ide kenegaraan atau berbicara di media televisi yang dapat menggeser pola fikir penontonnya kearah pola pikir sang Pakar tersebut.tidak salah memang,karena jika sudah bergelar pakar,maka ada unsur penelitian didalam setiap kalimat yang dia ucapkan dan itu bisa dipertanggungjawabkan secara ilmu yang mereka dalami.

Untuk Ekonomi misalnya,mereka banyak mendalami polsa ekonomi yang liberal atau aliran apapun itu namanya dan jika kita teliti lebih jauh maka mereka bisa mendetailkan segala alsan yang mereka kemukakan didalam setiap lembar buku yang mereka baca atau yang sudah mereka pelajari.sehingga mereka mempunyai dasar untuk berbicara atau mengungkapkan segala ide atau gagasan yang ada dalam benak mereka dengan atas dasar pola pendididkan yang sudah mereka tempuh.

Kini,di era globalisasi ini begitu banyak ahli yang bekerja di segala sektor kehidupan.tapi banyak juga mereka yang hanya sekedar sebagai 'pakar' bicara saja.contoh real yang nyata adalah betapa derasnya hujaman atau kritikan kepada Presiden Jokowi akhir-akhir ini.mulai dari pakar budaya,hukum,tatanegara,ekonom atau politik.ada yang berbicara pada logika sebagai 'pakar' dan tak jarang pula mereka berbicara hanya sebatas luapan dari emosi saja.Coba kita ingat betapa seorang 'Budayawan' Ridwan Saidi begitu kerasnya mengkritik Jokowi dengan sebutan yang sudah di luar batas sebagai budayawan.ada juga pakar ekonomi atau hukum tatanegara yang tak kalah lebih 'extreme' mengkritik kebijakan Presiden baru Indonesia ini.

Seperti kata orang berpendidikan lain yang banyak di negeri ini,jadi pemimpin janganlah 'anti-kritik' ,tetapi harus terima kritik dari 'rakyat'.jika pemimpin tidak boleh anti-kritik,saya sebagai rakyat biasa boleh juga dong meminta para ahli ini untuk 'anti-emocritic' yang artinya pantang juga dong mengeluarkan kritik yang hanya berlandaskan emosi sesaat saja.kata pasarnya adalah jangan mengkritik hanya karena sakit hati tidak mdiangkat jadi pejabat atau sebagai bagian dari kekuasaan yang ada.jika pemerintahan anti-critict itu sudah otoriter namanya.jika pemerintah yang terlalu mendengarkan semua mulut berbicara,maka kapan pemerintah bekerja?

bisakah para ahli atau pakar ini mengadakan 'diskusi nasional' misalnya para ahli ekonomi berkumpul dalam suatu forum dan menyampaikan ide ekonomi negara yang bagus untuk negeri ini.setelah selesai maka hasil dari diskusi ini dimuat dalam satu laporan atau makalah dan hasilnya disampaikan kepada pemerintah???? begitu juga halnya dengan pakar politik,tata negara,hukum,budaya atau kemanusiaan dan juga HAM.

Kenapa para paker ini tidak membuat diri mereka menjadi lebih berguna bagi Bangsa ini,daripada hanya berkomentar di media televisi,online atau cetak yang justru memperkeruh situasi negeri ini.karena jika hanya bicara saja bisa menyelesaikan masalah maka dari 1000 tahun yang lalu negeri ini sudah menjadi negeri yang ditakuti oleh dunia,bahkan lebih besar dari kekaisaran Roma.tapi untuk membuat Bangsa ini baik,solid dan besar bukan hanya berbicara dong,tetapi ketika menyelaraskan otak dengan otot dalam perbuatan yang nyata.

Jadi jangan salahkan kami rakyat biasa ini untuk menyukai Jokowi yang suka 'blusukan' atau para menterinya sekarang ini.sama seperti kta JK bahwa pemimpin sekarang ini harus 'believe with your eyes'.bukan pemimpin asal senang atau ABS,asal bos senang.jangan salahkan kami menyukai Jokowi-JK dan para menterinya yang lebih suka terjun kelapangan langsung daripada kami pusing mendengarkan para ahli berbicara di media dengan segala pola fikir yang mereka bangun 'agar' benar dimata publik tetapi tidak pernah mereka aplikasikan dalam kehidupan nyata.

So,para 'pakar' yang saya hormati yang ada di negeri ini,jadilah pakar yang tidak hanya bicara.tetapi kami akan jadi lebih hormat kepada anda jika gelar 'pakar' anda diselaraskan juga dengan berbuat.tohhh negeri ini tidak akan berjalan hanya dengat tangan seorang Presiden dan wakilnya yang hanya dibantu oleh para menteri.tetapi negeri ini akan bisa berlayar di samudera dunia jika setiap orang mengambil perannya dan menjalankannya dengan sebaik mungkin.pakar menjadi pakar dan mampu memberikan solusi yang tepat.jika sesama pakar saja belum saling memahami bagaimana bisa kami mengakui 'kepakaran' anda?

Sama seperti kata Jokowi-JK dalam pidato kenegaraan dalam pelantikannya,nelayan kembali berlayar,petani kembali ke sawah,pekerja kembali bekerja,dan pns kembali melayani masyarakat.

Saran saya,pakar kembalilah menjadi pakar dengan membuat solusi,bukan merecoki negara ini hanya dengan komentar.jika ada yang salah dimata para pakar tentang cara berjalan pemerintaha,kritisi saja,tetapi jangan hanya kritisi saja tetapi selipkanlah solusi yang tepat sesuai dengan kepakaran anda.

Mari kita majukan negeri yang kita sayangi ini dengan cara yang baik dan benar dengan menjalankan kemampuan terbaik kita bukan hanya dengan berbicara saja tetapi menyelaraskan otak-otot dalam tindakan.

Salam Indonesia Raya,Indonesia Hebat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun