Mohon tunggu...
Jf chan
Jf chan Mohon Tunggu... Penggiat pemberdayaan di Lembaga pemberdayaan masyarakat

Bergerak menebar manfaat Untuk kemaslahatan umat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tokoh Kunci Dibalik Landai nya Suksesi

26 September 2025   05:17 Diperbarui: 26 September 2025   05:17 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kedai Kunci di sebuah Pasar

Tokoh kunci di balik landainya suksesi

Katanya, suksesi kali ini berjalan landai. Tidak ada gejolak, tidak ada benturan keras. Semua rapi, seperti jalan tol baru diresmikan. Tapi jangan lupa, jalan tol itu tidak pernah landai dengan sendirinya---ada "tokoh kunci" yang sigap mengaspal, menutup lubang, bahkan kadang sengaja menaruh portal supaya kendaraan tertentu bisa lewat duluan.

Tokoh ini lihai sekali. Kalau ada calon yang melaju terlalu kencang, langsung dipelankan dengan alasan "demi kebersamaan". Kalau ada yang mogok di pinggir jalan, pura-pura ditolong, padahal sebenarnya dibiarkan biar tambah lama. Hebatnya lagi, ia bisa bikin semua orang percaya bahwa landainya perjalanan ini adalah bukti kedewasaan politik, padahal sebenarnya lebih mirip hasil setelan AC: adem karena diatur suhu, bukan karena alam.

Rakyat pun tersenyum lega, "wah, damai sekali ya! tanpa sadar, damai itu ada harganya. Dan harga itu tentu bukan dibayar dengan uang receh, melainkan dengan kesempatan, arah, bahkan kadang dengan masa depan yang disetel senyap-senyap.

Jadi, kalau ada yang bertanya siapa tokoh kunci di balik landainya suksesi, mungkin jawabannya sederhana: dialah orang yang paling tahu cara meredam suara keras---bukan dengan solusi, tapi dengan tombol mute.

Tokoh kunci di balik landainya suksesi sering dipuji sebagai penyejuk suasana, penjaga harmoni, bahkan "juru damai". Tapi kalau ditelisik lebih jauh, siapa bilang landai itu selalu baik? Kadang landainya suksesi bukan karena jalan memang rata, tapi karena ada tangan dingin yang sengaja menggilas semua tonjolan,entah itu kritik, lawan, atau aspirasi yang dianggap mengganggu.

Ia pandai bermain rem, bukan untuk keselamatan penumpang, melainkan agar kendaraan politik tetap nyaman dikendarai olehnya. Bukan rahasia, "kelandaiannya" justru membuat kompetisi kehilangan daya saing; semua orang dipaksa berjalan pelan, padahal ada yang punya mesin kencang dan ingin melesat.

Tokoh ini lihai menabur citra damai, tapi di baliknya ia sedang merapikan jalur agar suksesi mengalir sesuai rute yang ia gariskan. Tidak ada tikungan tajam, tidak ada tanjakan curam---karena semuanya sudah dipapas rata demi memuluskan arah tertentu.

Jadi, ketika orang-orang bertepuk tangan menyebut "suksesi kali ini berjalan landai," mungkin sebaiknya kita bertanya: landai bagi siapa? Untuk rakyat yang menunggu perubahan, atau justru landai bagi tokoh kunci yang sudah lebih dulu memastikan bahwa arus hanya menguntungkan dirinya?

Goresan Pituluik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun