Di tengah tekanan inflasi dan gaya hidup konsumtif, mengelola keuangan seringkali terasa seperti pertarungan harian---terutama bagi keluarga muda yang baru merintis rumah tangga. Namun, siapa sangka bahwa kunci menghadapinya justru bisa dipelajari dari kehidupan anak kos yang kerap dianggap "ahli survival" di tengah keterbatasan? Artikel ini mengupas strategi jitu para mahasiswa perantau dalam mengatur uang jajan bulanan, yang ternyata relevan diterapkan untuk mengoptimalkan anggaran keluarga. Â
Dari kebiasaan mencatat pengeluaran harian di notes usang hingga seni berburu diskon di warung tetangga, anak kos membuktikan bahwa hidup hemat bukan berarti hidup susah. Misalnya, trik "50-30-20" ala mereka---50% untuk kebutuhan primer, 30% untuk tabungan darurat, dan 20% untuk hiburan---ternyata selaras dengan prinsip perencanaan keuangan profesional. Tak hanya itu, budaya "nongkrong hemat" di kedai kaki lima atau kreasi masakan murah dari bahan seadanya menjadi bukti bahwa kreativitas bisa mengubah keterbatasan jadi peluang. Â
Melalui wawancara dengan psikolog keuangan dan kisah inspiratif keluarga muda yang sukses meniru pola ini, artikel ini menyajikan langkah-langkah praktis: mulai dari aplikasi pengelola budget gratis hingga cara mengedukasi anak tentang nilai uang sejak dini. "Prinsipnya sederhana: prioritaskan kebutuhan, bukan keinginan. Tapi, jangan lupa sisakan ruang untuk kebahagiaan kecil, seperti jajan es krim di Minggu sore," ujar Rina, ibu dua anak yang berhasil mengurangi utang kartu kredit setelah mengadopsi metode "ala anak kos". Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI