Mohon tunggu...
Jetho Lawet
Jetho Lawet Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah menghidupkan yang telah mati

Mahasiswa Sanata Dharma Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cintaku Gugur di Jogja

28 Juli 2019   10:10 Diperbarui: 28 Juli 2019   10:14 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mencintaimu dalam diam dengan bibir yang tak banyak berceloteh mungkin mengecewakanmu. Namun, itulah caraku mencintaimu. Mencintai dalam bentuk yang sederhana, tanpa kata di ujung bibir. Aku tahu kamu pasti menyangka bahwa cinta yang kumiliki aneh bin ajaib. Kamu bahkan menolak dan memutuskanku dengan alasan yang tak masuk akal. Hanya karena aku tak banyak bicara di hadapanmu. 

Aku menjadi bingung, salahkah mencintaimu dalam diam? Mungkin menurut kamu cinta yang real adalah cinta dengan bibir penuh kata. Bagiku tidak. Sebab bibir itu bisa bohong. Apa yang di bibir tak selalu sejalan dengan apa yang ada di hati.

Ujian tengah semester telah usai. Aku bergegas membereskan pakaian, melipat dan menyimpannya dalam koper. Sore ini aku harus berangkat ke Surabaya sebab tiket pesawat dari Surabaya menuju Flores telah di-booking untuk keesokan harinya. 

Tiba-tiba handphoneku berdering. Sebuah pesan singkat masuk ke dalam keranjang kotak masuk whatsappku. Aku mengambil hp dan membaca pesan yang berbunyi,"Kita putus".

Pesan yang begitu singkat, padat, dan menyakitkan. Tanpa titik dan tanpa penjelasan sebab akibat yang panjang lebar. Seketika langit terasa seperti runtuh di hadapanku. Hati jadi remuk berkeping-keping. Lemas semua tubuhku seperti ditimpa beban berkapasitas 100 kilogram. 

Rasa-rasanya hendak membatalkan keberangkatan. Aku ingin menghampirinya di kos. Meminta penjelasan yang dapat dipahami oleh akal sehat. Namun, waktu sudah tidak memungkinkan untuk menemuinya.

Aku mencoba untuk menelepon. Jawaban yang aku dapatkan hanyalah nomor yang Anda tujui sedang tidak aktif. Dengan hati yang patah, aku bertolak menuju Surabaya. Perjalanan  dengan menumpangi bus Eka seperti sebuah jalan salib panjang tanpa golgota. Sungguh membebani.  Pikiranku terbang jauh ke masa lalu, masa dimana masih tertanam cinta yang begitu kuat. Masa penuh kebahagiaan sebagai sepasang kekasih.

Wanita yang resmi menjadi pujaan hati sejak 10 April 2013 itu sempat membuat pikiran saya dikerubuti oleh sejuta rasa. Penasaran, ingin tahu, dan cinta. Awal pertemuanku dengannya berlangsung tanpa sengaja di depan sekolahnya. 

Waktu itu mataku menangkap sesosok wanita yang nampak berlari kecil seperti dikejar penjahat  di siang bolong. Ketika berpapasan, ia kemudian melambatkan langkah kaki. Tak ada sepatah dua kata yang terlontar dari bibirnya yang mungil. Hanya senyum yang disuguhkan pengganti sapaan. Ia kemudian lewat begitu saja. Sementara mataku terus menguntitnya dari belakang hingga ia hilang di balik pagar sekolah.

Perjumpaan yang begitu singkat ternyata menyisahkan kenangan yang mendebarkan hati. Kenangan yang membuatku semakin penasaran karena ketidakpastian tentang siapakah nama sosok wanita itu? Dimanakah rumahnya? Sederet pertanyaan ini memacu niat untuk mencari tahu lebih jauh sosok wanita misterius itu. Tak peduli aku dengan cap manusia tukang kepo yang akan ditempelkan kepadaku. 

Aku hanya perlu kepastian atas ketidakpastian dirinya. Satu hal yang aku tahu pasti adalah raut wajah  sempat direkam dan disimpan dalam memori jangka panjang. Wajah dengan proporsi yang sempurna. Tekstutrnya persegi seperti Angelina Jolie dengan rahang dan  dagu yang sedikit menonjol. Bibirnya tipis dibalut gincu kecoklatan setipis debu pada kaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun