Mohon tunggu...
Jerry Bambuta
Jerry Bambuta Mohon Tunggu... Konsultan - Christian Nationalism, IT Expertist, Sociopreneur Trainer

Direktur dari MATCON Sulawesi Utara, MATCON adalah akronim dari Mapalus Tech Connection dan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang IT Development. Secara spesifik, menangani jasa dalam bidang Website Development, Software Development, Rural Network Solutions dan IT Consulting/Training. Di samping itu, berperan sebagai pembina GENTA SAKTI Sulawesi Utara, GENTA SAKTI adalah akronim dari Gerakan Pertanian Desa Produktif yang bergerak dalam gerakan swadaya masyarakat desa dalam pemberdayaan masyarakat petani/nelayan dan pelaku UKM desa. Di luar wilayah Sulawesi Utara, bergerak dalam jejaring GEMPUR atau Gerakan Membangun Papua Produktif, GEMPUR adalah sebuah misi sosial masyarakat Papua yang terfokus untuk membangun literasi dan kemandirian sosial dari generasi muda Papua melalui pemberdayaan kewirausahaan berbasis sumber daya lokal, berbasis jaringan dan berbasis pemberdayaan sumber daya manusia unggul.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Urgensi Membangun Literasi Masyarakat Indonesia

22 Oktober 2019   08:45 Diperbarui: 22 Oktober 2019   09:08 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

(Sebuah Introspeksi Kritis Terhadap Realitas Ironis Tingkat Literasi Masyarakat Indonesia Di Tengah Era Kompetisi Global)

Sebuah entitas masyarakat local akan mampu bersaing di tengah era kompetisi global ketika memiliki kompetensi yang mumpuni. Realitas kompetisi hari ini membuat kepemilikan kompetensi yang berdaya saing mutlak di miliki dan bukan lagi sebatas kebutuhan alternative. 

Persaingan pasar bebas hari ini mulai terasa bukan lagi sebatas wacana tapi sudah terasa sebagai realitas tantangan di tengah masyarakat lokal kita. Kompetisi global telah memicu terjadinya inovasi berkelanjutan (sustaining innovation) yang kian pesat membuat persaingan global kian terasa dalam setiap ruang lokalitas di Negara kita. Contoh yang kontras akan hal ini terlihat saat hadirnya taxi online seperti gojek dan grab membuat transport konvensional seperti angkot dan ojek mulai tergusur. 

Sektor usaha ritel nasional sempat mengalami anjlok bukan karena pasar mengalami kelesuan tapi karena media social seperti facebook, instagram dan whatsapp telah menjadi medium e-commerce yang sangat agresif menyuburkan online shooping. 

Ritel yang selama ini menjadi "middle supplier" antara produsen dan konsumen kena imbas penurunan karena kian suburnya online shooping memotong "overlapping market" antara produsen dan konsumen. Akibatnya akses negosiasi dan transaksi dagang antara produsen dan konsumen bisa terhubung secara langsung bukan lagi dengan metode dagang manual yang terbatas tapi metode dagang digital yang lebih praktis dan inovatif.

Menyadari realitas kompetisi di atas mau tidak mau dan siap atau tidak, sebuah entitas masyarakat local mutlak mengasah kompetensi dalam berbagai bidang keahlian dengan mengkontekstualisasinya dengan kebutuhan daya saing masa kini. 

Teknologi dalam hidup manusia terus berevolusi progresif dengan laju yang kian pesat bukan lagi dalam hitungan interval waktu tahun tapi detik. Sehingga kualitas sumber daya manusia di bangsa ini harus di tingkatkan sedemikian rupa dan di harapkan membuat kita menjadi tuan di bangsa sendiri. 

Kemampuan berdirikari sebuah bangsa tidak bisa di pisahkan dari peran sector pendidikan yang berperan sebagai "katalisator" keunggulan sumber daya manusia unggul bangsa. Pendidikan berbasis keterampilan (skill -- based education) harus menjadi salah satu pilar pendidikan yang tidak bisa di abaikan untuk menjawab kebutuhan kompetensi di atas. 

Pendidikan berbasis keahlian baik secara formal maupun non formal akan memberikan kontribusi konstruktif sehingga masyarakat memiliki keterampilan yang bisa langsung di aplikasikan dalam dunia kerja. 

Selain itu, pendidikan berbasis keterampilan akan mendorong masyarakat sanggup menciptakan berbagai unit usaha mandiri (wirausaha). Sector pendidikan bisa di katakan adalah generator vital dalam menggerakan produktifitas sebuah Negara untuk melaju dalam tingkat pembangunan dalam berbagai bidang.

Memiliki proyeksi pembangunan bangsa dalam skala jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang hebat sekalipun jika tanpa di barengi dengan konstruksi kualitas sumber daya manusia unggul melalui pembanguanan sector pendidikan akan sulit tercapai. Bagaimana dengan kuaiitas sumber daya manusia di Indonesia? Salah satu indicator yang kerap kali di pakai dalam riset evaluasi tingkat kualitas sumber daya manusia adalah angka literasi. 

Menurut National Institute For Literacy menjelaskan pengertian literasi sebagai suatu kemampuan tiap individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung serta memecahkan suatu masalah pada tingkat keahlian yang di perlukan dalam suatu pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Pengembangan kultur literasi secara linier akan berdampak pada terbangunnya kompetensi social masyarakat. 

Pengembangan kultur literasi akan memberikan manfaat yang besar ke dalam masyarakat yaitu terjadinya kemampuan penambahan kosakata, mengoptimalkan kerja otak, menambah wawasan dan informasi baru, mempertajam diri dalam menangkap makna suatu informasi tertentu, mengembangkan kemampuan verbal, melatih kemampuan berpikir dan menganalisa, meningkatkan focus dan konsentrasi dan melatih dalam hal menulis serta merangkai kata yang bermakna kritis.

World Economic Forum pada tahun 2015 sepakat dalam pengelompokan enam literasi dasar yang memiliki segment-segment yang spesifik yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi financial, literasi budaya dan literasi kewarga negaraan. Dalam survey literasi yang di lakukan oleh OECD (Organisation For Economic Co-operation & Development) bertajuk Program For International Student Assessment (PISA) menunjukan bahwa Indonesia hanya berada pada tingkat 62 dari 70 negara yang menjadi responden. 

Indonesia pada tingkat 62 hanya memiliki skor 395,3 dan berada jauh di bawah Singapore dengan skor 556, Vietnam dengan skor 495 dan Thailand dengan skor 415. Skor PISA ini di ukur dengan tiga indicator kualitas pendidikan yaitu kemampuan matematika, ilmu sains dan membaca. Data perpustakaan Nasional pada tahun 2017 mencatat bahwa minat bangsa masyarakat kita masih sangat rendah. 

Durasi membaca per hari rata-rata dari orang Indonesia adalah 30-59 menit per hari, itu artinya kurang dari 1 jam per hari. Masyarakat yang berada pada Negara-negara berkembang rata-rata menghabiskan waktu membaca 6-8 jam per hari. Minat baca Indonesia masih berada jauh di bawah standard UNESCO yang menganjurkan membaca paling minimal 4-6 jam per hari.

Dalam artikel bertajuk "TEKNOLOGI MASYARAKAT INDONESIA : MALAS BACA TAPI CEREWET DI MEDIA SOSIAL" yang di publikasi di situs Kominfo pada tahun 2017 mengutip data dari UNESCO bahwa minat baca masyarakat Indonesia berada pada angka 0,001%, itu artinya dalam 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang gemar membaca, Ironisnya, dari total populasi 264 juta jiwa penduduk Indonesia sebanyak 171,17 juta jiwa atau sekitar 64,8% yang sudah terhubung dengan internet. Angka ini meningkat dari tahun 2017 saat angka penetrasi internet di Indonesia tercatat sebanyak 54,86%. 

Dari seluruh pengguna internet di Indonesia di dominasi oleh usia 15-19 tahun. Rentang usia tersebut sangat rentan dengan konten-konten destruktif dalam internet, baik itu pornografi maupun hoax dan ujaran kebencian. 

Data lainnya dari Wearesocial tahun 2017 menunjukan bahwa orang Indonesia dalam sehari bisa tahan menatap layar gadget hingga 9 jam per hari. Tidak heran jika Indonesia tergolong Negara keempat terbesar sebagai Negara teraktif pengguna smartphone setelah China, India dan Amerika.

Menurut pakar psikologis, secara alami setiap orang punya kecenderungan untuk mempercayai informasi yang mudah di cerna. Berdasarkan penelitian pemindaian aktivitas otak, saat kita berhasil memahami sebuah fakta atau pernyataan tertentu, otak akan memproduksi hormon dophamine, hormon ini akan membuat seseorang merasa lebih nyaman, bahagia dam merasa positif. 

Sebaliknya, jika otak menerima informasi yang rumit dan butuh analisis mendalam, maka bagian otak yang mengatur rasa sakit dan muak akan menjadi lebih aktif. Kita harus sadar bahwa banyak berita hoax, hate speech dan framing opinion di bangun dengan kerangka ini, akibatnya sangat kuat mempengaruhi publik yang minim literasi. 

Secara natural manusia, sangat rentan dengan paparan hoax dan ujaran kebencian yang destruktif. Oleh karena itu, membangun kultur literasi adalah hal mutlak di tengah masyarakat.

Jika kita kaji uraian data di atas, maka tidak heran jika masyarakat kita sangat mudah terseret dengan agitasi dan propaganda hoax dan ujaran kebencian. Bahkan di setiap momentum politik,sebaran hoax dan ujaran kebencian merajalela sedemikian rupa. Shafiq Pontoh dari CO-FOUNDER PROVETIC  menjelaskan bahwa jenis hoax yang paling dominan adalah isu sosial politik. 

Berdasarkan hasil penelitian terkait, hoax dalam masalah sosial politik mencapai angka 91,8%, masalah SARA mencapai angka 88,6%, kesehatan mencapai 41,2%, makan/minum mencapai 32,6%, penipuan keuangan mencapai 24,5% dan Iptek mencapai 23,7%. 

Dari penelitian di atas, maka kita bisa melihat bahwa hoax yang paling dominan adalah masalah sosial politik dan SARA, dan kita semua tahu kedua tema tersebut kerap kali menggelindingkan "isu-isu panas" yang sangat berbahaya terhadap solidaritas kebangsaan. Menurut saya, melawan hoax bukan dengan viralisasi slogan "SAY NO TO HOAX" tapi mutlak membangun system konstruksi literasi ke setiap lapisan masyarakat kita.

Hal ironis lainnya adalah jumlah alokasi anggaran pemerintah dalam sector pendidikan sepertinya belum secara signifikan mendongkrak kualitas pendidikan di Negara ini. Dalam APBN 2019, alokasi anggaran pendidikan menghabiskan 20% dari total APBN. Nominal 20% tersebut mencapai angka Rp 492,5 triliun. 

Angka ini meningkat 12% di banding tahun sebelumnya sebesar Rp 435 triliun. Tapi faktanya, kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh dari yang di harapkan. Semoga hal ini bisa menjadi catatan yang mutlak di perhatikan oleh pemerintahan Jokowi -- Mar'uf dalam memimpin Indonesia selama 2019-2024. Penataan keberpihakan anggaran juga harus di sertai dengan sikronisasi keberpihakan system kebijakan strategis dan tepat sasaran.

Rentetan data dan fakta yang di urai di atas tidak bisa kita anggap sebelah mata. Krisis literasi sama artinya dengan krisis kompetensi sebuah Negara. Kompetensi sebuah Negara tidak bisa di bantah turut menyokong pertahanan sebuah Negara terhadap potensi asing yang ingin melemahkan Negara. Seiring lajunya perkembangan teknologi digital yang kian pesat turut membuat konsep konflik antar Negara pun berubah. Dulunya, perang klasik antar Negara selalu identik dengan perang konvensional melalui agresi senjata militer. 

Potensi konflik antar Negara yang perlu kita waspadai hari ini adalah "PROXY WAR". Proxy war tidak melalui kontak kekuatan militer tapi melibatkan arena tarung dalam berbagai aspek kehidupan sebuah bansga, seperti aspek politik, ekonomi dan social budaya. Proxy war secara praktis adalah konfrontasi dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi langsung dengan alasan menghindari resiko konflik langsung yang destruktif. Dalam proxy war, sulit sekali di lihat siapa kawan dan siapa lawan karena di lakukan oleh "non state actor" di bawah kendali oleh Negara tertentu.

Indikasi dan potensi proxy war di Indonesia bukan tanpa sebuah dasar, kita harus sadar bahwa Negara besar Indonesia sangat menjadi incaran kepentingan asing karena Negara kita memiliki potensi kekayaan alam yang sangat besar (negeri yang menjadi surga bahan mentah). Ditambah lagi secara geografi ekonomi, Indonesia berada di poros kawasan konsumsi dan produksi yang vital bagi ekonomi dunia.

Indonesia berada pada posisi penentu dalam lalu lintas ekonomi dunia. Letak geografi strategis di mana Indonesia di apit oleh benua Asia dan Australia dan di apit oleh dua samudera yaitu samudera pasifik dan atlantik. 

Menyadari realitas ini sangat besar kemungkinan Indonesia menjadi "battle ground" dari kekuatan modal dari kepentingan-kepentingan asing. Di tengah fakta literasi masyarakat yang minim dan berhadapan dengan potensi konflik ini akan membuat kita sebagai Negara sangat rentan dengan infiltrasi pelemahan dari internal Negara.

Kesimpulannya, kualitas literasi di bangsa ini mutlak di tingkatkan sedemikian rupa sampai pada tingkat melahirkan kompetensi yang membuat masyarakat dan bangsa kita sanggup untuk berdikari. Bukan hal yang mudah saat kita melihat hari ini kian maraknya kultur koruptif dan dominannya masalah social masyarakat yang kompleks. Menjadi pesimis hanya karena di intimidasi oleh realitas ironis sekitar kita hanya akan membuat kita menjadi "korban perubahan" dan gagal menjadi "pelaku perubahan". Kita tidak boleh kehilangan optimisme sebagai bangsa yang besar untuk membangun daya saing dan pertahanan bangsa yang solid. 

Bukan hal yang berlebihan, jika kita memiliki cita-cita dan impian membuat wajah masa depan bangsa ini menjadi lebih gemilang. Beragam jalur perjuangan bisa di tempuh dan salah satunya adalah konstruksi literasi unggul dalam masyarakat. Aktivitas membaca, menulis, riset dan bernalar kritis-obyektif tidak bisa hanya menjadi sebatas program dalam kurikulum pendidikan tapi harus di "habituasi" menjadi gaya hidup masyarakat kita. 

Pola edukasi berbasis data dan fakta serta kulturisasi riset dalam masyarakat harus di tanam lebih massif sehingga akan melahirkan entitas masyarakat yang kuat berakar dari segi ideology Negara, cakap dengan kompetensi berdaya saing dan memiliki pandangan visioner dalam melahirkan terobosan-terobosan inovatif.

Salam Inovasi dan Solidaritas,
Langowan, 22 Oktober 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun