Mohon tunggu...
jeo marvian
jeo marvian Mohon Tunggu... mahasiswa

suka makan mie

Selanjutnya

Tutup

Film

Empati, Solidaritas, dan atanggung Jawab: Pesan Moral Film Pengepungan Di Bukit Duri

25 September 2025   18:45 Diperbarui: 25 September 2025   18:41 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film Pengepungan di Bukit Duri (2025) karya Joko Anwar bukan hanya menyajikan ketegangan aksi dan drama, tetapi juga menyimpan banyak pesan moral yang relevan dengan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Dengan latar tahun 2027 yang penuh kekacauan, film ini menyoroti masalah ketimpangan, diskriminasi, pendidikan, dan pentingnya keberanian moral dalam menghadapi krisis. Lewat kisah Edwin dan para siswa di SMA Duri, penonton diajak merenungkan kembali nilai kemanusiaan yang sering kali terlupakan di tengah hiruk pikuk konflik sosial.

1. Pentingnya Empati di Tengah Perbedaan

Salah satu pesan moral utama film ini adalah tentang empati. Di SMA Duri, Edwin berhadapan dengan murid-murid yang dianggap "bermasalah" oleh masyarakat. Banyak dari mereka memiliki sikap keras, kasar, bahkan brutal. Namun film ini menegaskan bahwa perilaku tersebut lahir dari luka sosial: diskriminasi, pengabaian, dan kekerasan struktural. Edwin berusaha melihat sisi manusiawi mereka, bukan sekadar menilai dari permukaan. Pesannya jelas---setiap orang punya alasan di balik sikapnya, dan empati menjadi kunci untuk membuka jalan menuju perubahan.

2. Tanggung Jawab Pribadi dan Keberanian Moral

Edwin sendiri digambarkan sebagai sosok yang membawa beban janji kepada kakaknya untuk menemukan keponakan yang hilang. Ia bukan pahlawan super, melainkan orang biasa yang harus menghadapi situasi luar biasa. Keputusannya untuk tetap berjuang, melindungi keponakan dan murid-murid di tengah pengepungan, menunjukkan bahwa keberanian moral lahir dari rasa tanggung jawab, bukan dari kekuatan fisik semata. Pesan ini relevan bagi siapa pun: dalam kehidupan nyata, sering kali yang dibutuhkan bukan kekuatan besar, melainkan keberanian untuk melakukan hal yang benar.

3. Kritik terhadap Diskriminasi dan Ketidakadilan

Film ini juga sarat dengan pesan tentang bahaya diskriminasi. Latar kerusuhan yang dipenuhi kebencian rasial menggambarkan bagaimana prasangka dan ketidakadilan dapat menghancurkan kehidupan bersama. SMA Duri, tempat yang dianggap sebagai "pembuangan" bagi anak-anak bermasalah, menjadi simbol kegagalan sistem yang tidak memberikan kesempatan adil bagi semua. Pesan moralnya tegas: diskriminasi hanya melahirkan generasi yang terasing, marah, dan rentan pada kekerasan.

4. Pendidikan sebagai Harapan

Meskipun SMA Duri penuh dengan kekacauan, film ini justru menyampaikan harapan melalui pendidikan. Edwin mencoba membangun kepercayaan dan membuka ruang dialog dengan murid-muridnya. Ia menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya soal akademis, tetapi juga tentang membentuk karakter, memberi perhatian, dan menciptakan rasa aman. Moral yang bisa diambil adalah pendidikan sejati harus berpihak pada kemanusiaan, bukan sekadar menjadi sistem formal yang kaku.

5. Menghadapi Trauma dan Luka Sosial

Edwin maupun para murid sama-sama digambarkan membawa trauma masa lalu. Edwin berjuang dengan rasa bersalah dan kehilangan, sementara murid-muridnya membawa luka akibat pengabaian orang tua, kekerasan lingkungan, dan stigmatisasi. Film ini mengajarkan bahwa trauma tidak bisa diabaikan begitu saja; ia harus dihadapi dan disembuhkan. Pesan moral yang tersirat: memaafkan diri sendiri dan orang lain adalah langkah penting menuju pemulihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun