Mohon tunggu...
Jennifer Kristal
Jennifer Kristal Mohon Tunggu... -

Just an ordinary person who loves writing

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mungkinkah Jokowi Meminang Ahok?

9 Mei 2014   10:49 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:41 1964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menunggu sampai kapan Jokowi membeberkan nama cawapresnya, rasanya debar jantung sudah mirip dentum Gangnam Style saja.

Saya pribadi maklum dengan kegalauan Jokowi. Memilih cawapres itu kan ibaratnya milih calon istri/ suami. Semua kriteria diteropong dari segala sudut. Makanya nggak heran kalau Jokowi dan paracapres lain sampai saat ini masih galau menentukan "soulmate"nya itu, meskipun nama cawapresnya sudah semakin mengerucut.

Baru-baru ini Jokowi bilang, kriteria cawapresnya itu maunya sih jago hukum, jago ekonomi, disamping tentunya yang bisa diajak kerjasama.

Kalau saya boleh kasih saran ke pak Jokowi, (maaf nih Pak sebelumnya), mbok ya jangan cari yang perfect, Pak. Susah! Ada yang jago hukum tapi lemah di Ekonomi, dan sebaliknya. Ada yang jago dua-duanya tapi chemistrynya nggak ada. Malah kacau balau, kan?

Menurut saya sebagai orang awam, cawapres nggak harus menguasai banyak bidang, karena kan bisa diserahkan kepada Menteri-menteri yang ahli. Cawapres adalah kepanjangan tangan dari capres. Namanya aja kan wakil? Jadi tugasnya ya membantu capres merealisasikan program-programnya. Untuk itu kriteria yang paling penting ialah bisa dipercaya dan diajak kerjasama, selain tentunya berpengalaman dengan urusan birokrasi.

Saran saya untuk Pak Jokowi sih, seperti nyari calon istri/suami saja. Waktu kita memilih calon istri/ suami, masak kita lebih milih calon yang jago masak, jago nyari duit, atau jago ngurus rumah ketimbang orang yang kita cintai? Tentu tidak, kan? Buat apa jago nyari duit tapi berselingkuh? Buat apa jago masak tapi matre? Dan buat apa juga jago ngurus rumah tapi nggak rela berkorban?

Yang jadi pertimbangan saat menikahi pasangan ialah karena ada kecocokan, punya visi misi sama, sehingga kalau berjalan bersama pasangan kita merasa aman, percaya dan yakin tujuan kita akan tercapai. Begitu kan kira-kira?

Karena itu menurut saya nggak usah repot-repot mencari cawapres yang super duper hebat. Carilah pendamping yang bersedia membantu sepenuh hati dan membela kita dalam suka duka.

Satu setengah tahun sudah membuktikan kalau Jokowi-Ahok pasangan yang saling melengkapi, saling membela satu sama lain.

Contoh :

Jokowi dituduh nggak fokus ngurus Jakarta gara-gara nyapres, giliran Ahok yang bela, Kata Ahok: “Jokowi fokus urus ibukota kok, meski nyapres”

Waktu Jokowi dituduh penipu oleh Gerindra, Ahok malah membela. “Termasuk saya, dong?”

Melihat pada lembaran memori tersebut, kenapa harus pusing mencari calon lain yang belum tentu cocok, kalau sudah ada yang teruji di depan mata?

Mungkin ketakutan terbesar yang masih mengganjal ialah timbulnya isu sara. Menurut saya, sekarang pun isu itu sudah berhembus, dengan atau tanpa Ahok. Cuma kadarnya saja nanti yang lebih tinggi. Namun, "Jokohok" sudah membuktikan tegar menghadapi isu itu sewaktu Pilkada lalu. Jadi, kenapa harus takut? Selama kita berada di jalan benar dan punya tujuan tulus untuk membangun negeri ini, rasanya Ra Po Po, Pak! Nggak ada salahnya dicoba. Malah disinilah kebhinekaan kita sebagai bangsa plural diuji.

So, ayolah Pak Jokowi!

***

NB: Peace untuk rekan semua! Berbeda boleh tapi tetap untuk Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun