Dengan penuh ketelitian dan keberanian, mereka membungkus jenazah Juliana dalam kantong khusus dan menariknya ke atas menggunakan sistem katrol yang sudah dipasang hari sebelumnya. Pukul 19.15, jenazah berhasil dievakuasi dari jurang dan dipersiapkan untuk dibawa turun dari gunung.
Hari Kelima: Dari Pelawangan ke Rumah Sakit
Rabu, 25 Juni 2025, evakuasi dilanjutkan sejak pagi hari. Pukul 13.51, seluruh tim SAR dan kantong jenazah berhasil tiba di permukaan. Tak lama kemudian, jenazah dibawa ke Pelawangan dan diturunkan menuju Desa Sembalun. Pukul 20.40, jenazah tiba di Resor Sembalun dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Mataram untuk keperluan identifikasi dan proses administratif.
Hari Keenam: Perjalanan Terakhir ke Tanah Air
Kamis, 26 Juni 2025, menjadi hari terakhir Juliana Marins berada di tanah Indonesia. Jenazahnya diterbangkan dari Mataram ke Bali sebelum akhirnya diserahkan kepada perwakilan keluarga dan Pemerintah Brazil. Di negeri asalnya, Juliana akan dimakamkan di kampung halamannya---meninggalkan duka yang dalam bagi mereka yang mengenalnya.
Profil Singkat Gunung Rinjani
Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, bukan hanya ikon wisata dan spiritual, tetapi juga menjadi magnet bagi ribuan pendaki dari dalam dan luar negeri. Berdiri gagah dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut, ia menjadi gunung berapi aktif tertinggi kedua di Indonesia.
Namun, di balik pesona kaldera yang luas, danau Segara Anak yang tenang, dan jalur pendakian yang menantang, Rinjani menyimpan banyak potensi bahaya serius. Tidak sedikit nyawa yang melayang karena abai, tidak siap, atau lengah menghadapi kerasnya alam Rinjani.Â
Berbagai Faktor bisa manjadi Penyebab Kecelakaan saat Mendaki Gunung Rinjani:
1. Medan Pendakian yang Ekstrem dan Menantang
Jalur Pasir dan Kerikil Licin; Terutama di jalur menuju puncak (seperti di area Cemara Tunggal dari Plawangan Sembalun), medan didominasi oleh pasir vulkanik dan kerikil lepas yang sangat licin. Ini membuat setiap langkah terasa berat dan rawan tergelincir, apalagi saat turun. Banyak pendaki melaporkan "dua langkah maju, satu langkah mundur" di jalur ini. Batu Terjal dan Akar Pohon; Beberapa segmen jalur juga berupa batuan terjal dan akar pohon yang licin, terutama setelah hujan atau saat embun tebal. Hal ini meningkatkan risiko terpeleset dan kehilangan keseimbangan.