Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama FEATURED

Hari Perempuan Internasional untuk Para Penjaga Perdamaian Dunia di Zona Perang

8 Maret 2021   08:00 Diperbarui: 8 Maret 2022   05:11 2191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kontingen penjaga perdamaian dari Indonesia yang dikerahkan ke UNFIL, Lebanon pada tahun 2012 | Foto diambil dari LowyInstitute.org/UN Photo

Ucapan terima kasih UN Peacekeeping kepada Indonesia | Foto diambil dari Peacekeeping.un.org
Ucapan terima kasih UN Peacekeeping kepada Indonesia | Foto diambil dari Peacekeeping.un.org

Personel perempuan dalam Kontingen Garuda

Patut berbangga diri, Indonesia adalah salah satu dari negara yang rutin bahkan dipuji oleh PBB karena aktif mengirimkan pasukan perempuan penjaga perdamaian. 

Di Indonesia, mereka yang rela mengorbankan nyawanya untuk perdamaian dunia disebut sebagai Kontingen Garuda atau Pasukan Garuda.

Dikutip dari artikel Kementerian Luar Negeri Indonesia (29/08/20), terdapat 5.327 perempuan Indonesia atau 6,4% dari 82.245 yang ikut serta membawa perdamaian dunia di zona perang dan pasca perang. 

Sebagai salah satu penyumbang personel wanita terbesar, mereka tersebar di Lebanon, Kongo, Afrika Tengah, Sudan Selatan, Darfur, Mali dan Sahara Barat. 

Indonesia yang aktif dalam usaha membangun perdamaian dunia pun sudah mengirim pasukan perempuan sejak tahun 1999, di mana saat itu terdapat 570 personel perempuan.

Peacekeeper perempuan dari Indonesia | Foto diambil dari Twitter/IndonesiaUNNy
Peacekeeper perempuan dari Indonesia | Foto diambil dari Twitter/IndonesiaUNNy

Lebih efektif dibanding rekan prianya

Peran para perempuan berjasa ini tentu bukan tanpa bukti. Mereka dipastikan terus memberikan dampak positif dalam zona perang, khususnya dalam mendukung peran perempuan dalam membangun perdamaian dan melindungi hak-hak perempuan.

Dikutip dari PBB, personel perempuan sukses dalam melakukan peran yang sama, dengan standar yang sama, dalam kondisi yang sama sulitnya seperti rekan laki-lakinya. 

Mereka juga memiliki kemungkinan yang lebih kecil dibanding rekan laki-lakinya untuk menggunakan kekerasan (para peacekeepers ditekan untuk menggunakan kekerasan sekecil mungkin) dan lebih mudah membangun kepercayaan dengan komunitas di daerah konflik.

Penulis mengambil contoh di Namibia, Rwanda, dan Afrika Selatan, dimana masyarakat lokal menganggap penjaga perdamaian perempuan lebih efektif dalam menyelesaikan permasalahan kekerasan, kurang mengancam dan lebih terbuka kepada masyarakat.

Dapat bersosialisasi langsung dengan perempuan dan anak perempuan di zona perang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun