Apabila dilaksanakan sesuai jadwal, maka Olimpiade Musim Dingin ke-24 ini akan dilaksanakan pada 4 hingga 20 Februari 2022 di Beijing dan Hebei. Pertandingan yang akan diikuti 65 negara ini beberapa waktu ini merebut perhatian masyarakat Internasional setelah meningkatnya seruan boikot dari berbagai pihak.
Bahkan disebut sebagai "olimpiade genosida", Nikki Halley selaku Mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB terus menyuarakan pendapatnya untuk menekan Pemerintah Amerika Serikat untuk memboikot olimpiade kali ini.Â
Dikutip dalam cuitan Twitter Halley pada 28 Februari 2021, ia menyatakan "Kita harus memboikot Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing. Ini akan menjadi kerugian besar bagi para atlet kita, tetapi kita harus mempertimbangkan genosida yang terjadi di China dan kemungkinan China akan membuat kengerian yang lebih besar di masa mendatang".
Berhubungan erat dengan permasalahan pelanggaran Hak Asasi Manusia etnis Uighur, boikot ini diserukan guna memastikan China menghentikan pelanggaran HAM dan tindakan buruk yang selama ini dilakukan oleh pemerintah China guna mengatasi perbedaan pendapat. Seruan boikot ini sebelumnya sudah pernah dilakukan 13 tahun yang lalu, tepatnya ketika Olimpiade Musim Panas yang diselenggarakan di Beijing pada tahun 2008.
Namun saat itu International Olympic Committee (IOC) selaku penyelanggara olimpiade justru menyatakan pertandingan ini diselenggarakan guna meningkatkan Hak Asasi Manusia di China. Sayang sekali, klaim ini sepertinya berlawanan arah jika kita melihat isu-isu pelanggaran HAM di China setelah tahun 2008.
Hingga sekarang IOC pun belum memberikan respon resmi dalam menaggapi seruan boikot tersebut. Walaupun begitu, dikutip dari Dick Pound selaku Wakil Presiden IOC ia menyatakan bahwa jika boikot dilakukan pun hal tersebut tidak akan memberikan dampak apapun kepada masalah pelanggaran HAM di China. Justru ia menyatakan bahwa boikot akan memberikan dampak buruk kepada atlet yang mewakilkan negara yang memboikot olimpiade ini.
Xinjiang Papers, dokumen rahasia yang bocor
Permasalahan etnis Uighur di China disebut-sebut menjadi alasan dari seruan boikot Olimpiade Beijing 2022. Walaupun pemerintah China sudah membantah pelanggaran Hak Asasi Manusia di kamp-kamp penahanan hingga kerja paksa, sebuah dokumen rahasia yang dibocorkan oleh The New York Times justru memperburuk citra China.
Pada 16 November 2019, The New York Times merilis sebuah artikel berisi dokumen rahasia milik pemerintah China. Dokumen yang berisi 400an halaman ini disebut-sebut sebagai sebuah kebocoran data terbesar dari pemerintah China. Dokumen tersebut berisi kebijakan rahasia mengenai penahanan massal masyarakat yang berasal dari agama dan etnis minoritas.
Selain kebijakan rahasia tersebut, dokumen yang bocor ini juga menuliskan pidato-pidato Presiden China Xi Jinping kepada pejabat lokal Xinjiang pada tahun 2014 yang selama ini tidak dipublikasikan.Â
Salah satu pidato yang disorot adalah Presiden Xi yang menyerukan "tidak ada ampun sama sekali" dalam memberantas "terorisme dan separatisme". Dokumen ini sukses semakin memperburuk citra China setelah rangkaian bantahan pemerintah China akan keberadaan kamp-kamp di Xinjiang.