Oleh Bude Binda
Semalam saya berKompasiana sampai pukul 22.00. Karena mulai ngantuk (bahkan saat on line pun sudah sambil tidur, kalau bangun baca lagi tulisan teman-teman di Kompasiana) saya pun mematikan lap top dan tertidur.
Tidur sendiri karena suami pergi penataran di Semarang ternyata tidurku nyenyak. Bahkan tak terbangun di tengah malam, tahu-tahu sudah pagi, jamaah sholat subuh di masjid sebelah sudah mulai pulang, suara mereka terdengar di jalan yang ada di sebelah rumahku.
Barulah saat bangun aku ingat mimpiku. Mimpi gigiku tanggal 2.......sempat sedih juga kok mimpi gigi tanggal? Namun segera kuhibur diri, hanya bunga tidur saja karena kemarin gigiku sempat sedikit senut-senut (bukannya lagunya Sm*sh).
Siangnya aktivitasku seperti biasa, mulang (kalau mengajar nanti tidak mendidik kata mulang dalam bahasa Jawa artinya mencakup mengajar dan mendidik) full, 8 jam pelajaran.
Di sekolah temanku Bu Ir sempat cerita kalau saudaraku ada yang kecelakaan.....
Pulang dari sekolah, saya naik mikro bersama Bu Tatik teman akrabku, mampir ke rumah Bu Sop untuk pesan kudapan/snack untuk Yasinan malam Jumat besok. Pesan combro 80 biji dan agar-agar 90 buah (agar-agarnya dimasukkan ke semacam wadah dari plastik kecil-kecil yang ada tutupnya).
Sepulang dari Bu Sop, naik angkot ke Banjarnegara, ke bank Mandiri Syariah ambil tabungan. Dilanjutkan naik becak ke Plasma Seluler membeli telepon genggam Samsung Galaxy Y untuk mengganti HPku yang rusak parah. Masa sering mengirim SMS sendiri yang tak ada isinya alias SMS kosong.....
Sebenarnya aku malas beli HP baru, soalnya sedang bokek dan rasanya sayang juga tabunganku yang segitu-gitunya diambil untuk beli HP. Namun suamiku yang tahu pusingnya kepalaku kalau HP sedang error yang justru berkali-kali menyuruhku untuk beli HP. Kemarin sebelum ke Semarang dia bilang lagi "Sudahlah beli HP saja, mumpung harganya belum naik, April nanti kalau BBM naik harganya jadi lebih mahal".....
Pulangnya masih mampir ke toko Gloria beli lipstik, hand body, dan sabun mandi.
Saat naik angkot, ternyata sopirnya Mas Mislam, mantan sopir Mbah Saryono. Mbah Saryono adik dari kakekku. Saya pun ngobrol ngalor ngidul dengan Mas Mislam, dari PKL yang menguasai jalan dan trotoar di jalan Veteran, sampai ke hujan deras kemarin. "Mbak, kemarin saat hujan deras ada kecelakan di Gumingsir depan rumah makan padang". "Siapa yang tabrakan Mas?". "Mono dan anaknya Sugeng, Sugeng meninggal dunia, Mono patah tulang". "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun ". Saya pun terdiam dan terkejut. Mono anak bulikku, Lik Khom. Lik Khom sepupu dari ibuku. Sugeng anaknya aku tahu dulu saat kami sekeluarga ke sana saat dia sunat. Sekarang Sugeng telah bekerja di toko Topaz seperti juga Mono bapaknya. Dia telah tumbuh jadi pemuda yang gagah dan tampan. Tuhan berkehendak, maka ajal pun menjemputnya di jalan raya. Mereka naik sepeda motor menyalip bus, dan tertabrak truk dari arah berlawanan......