Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Trip

Kolaborasi Mengiris Hati

9 Februari 2022   23:32 Diperbarui: 9 Februari 2022   23:40 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Bali Bird Park/koleksi pribadi

Dengan optimis Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan," Kolaborasi dan sinergisitas antara stakeholder pariwisata dan seluruh Kementerian/Lembaga terkait serta masyarakat, dapat memberikan impact yang besar terhadap proses pemulihan perekonomian Indonesia salah satunya melalui pariwisata,". 

Kolaborasi yang dimaksud adalah ketika Garuda Indonesia memberikan tiket PP Business Class (Narita-Denpasar) dan (Denpasar-Haneda) via CGK. Bali Tourism Board menyediakan Bus Golden Bird yang merupakan salah satu perusahaan transportasi yang telah ditetapkan sebagai penyedia transportasi transfer Airport DPS ke hotel bubble untuk mengikuti aktivitas Bali Warm Up Vacation, dengan pengawalan dan prokes yang telah dituangkan dalam SE Satgas Covid-19 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri.

Kemudian, Hotel Grand Hyatt Nusa Dua memberikan keringanan harga paket Bali Warm Up Vacation bagi ke 6 WNA Jepang yang mengikuti program kolaborasi penerbangan perdana GA 881 NRT-DPS selama 5 hari termasuk aktivitas selama di Hotel. Serta dukungan Pemda Bali, Kementerian/Lembaga terkait dan TNI/Polri (Detik.com,9/2/2022).

Ya, Bali dibidik sekaligus dipersiapkan sebagai destinasi wisata yang "siap" menerima wisatawan asing bukan tanpa alasan. Hingga pemerintah rela membiayai sebagian biaya perjalanan 6 turis asing Jepang, mereka merupakan travel agents di Jepang dengan Industri pariwisata di Bali yang khusus banyak menangani pasar Jepang. Selain berharap turis asing itu menjadi 'corong' untuk memperlihatkan kondisi wisata di Indonesia yang baik-baik saja. Juga agar perekonomian Indonesia segera pulih melalui pariwisata. 

Keseriusan pemerintah ini juga terlihat dari konsisten mereka menjalankan program Warm Up Vacation , dengan pilihan destinasi Pulau Bali, lantas apa bedanya dengan karantina bagi sesama PPLN (Pelaku Perjalanan Luar Negeri) yang selain turis asing? Warm Up Vacation memberikan keleluasaan karantina, para turis itu masih boleh melakukan aktivitas mereka berlibur dan menikmati suasana di luar kamar karantina mereka namun masih di lingkungan hotel yang tercatat sebagai peserta travel bubble dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. 

Perlakuan istimewa terhadap turis asing ini seakan mengiris hati, wajar jika rakyat merasa cemburu. Ditengah naiknya kasus Covid-19, dimana seluruh rakyat diminta untuk membatasi mobilitas di dalam dan luar negeri, pemerintah justru menyepakati kebijakan Warm Up Vacation. Seluruh jajaran dan lembaga berikut pelaku wisata dan pengusaha bergerak bersama mewujudkan kebijakan itu terterapkan secara nyata. 

Seia sekata dengan Menparekraf, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga merespons pembukaan penerbangan internasional di tengah lonjakan kasus covid-19 varian omicron. Menurut dia, rute internasional dibuka karena sektor pariwisata tetap membutuhkan perhatian di tengah gelombang kasus. "Pariwisata di Bali hanya tumbuh 0,07 persen. Itu masih kecil. Makanya, sektor pariwisata butuh perhatian lebih di tengah peningkatan varian omicron ini," ujarnya dalam seminar ekonomi perayaan Hari Pers Nasional, Selasa (CNN Indonesia,8/2/2022).

Pertanyaannya, benarkah digenjotnya sektor pariwisata akan benar-benar memulihkan perekonomian negara? Mensejahterakan rakyat? Sungguh zalim! Faktanya, pelonjakan penularan Covid-19 bahkan di beberapa wilayah disinyalir sudah masuk varian baru Corona yaitu Omicron tidak dibarengi dengan ketersediaan bed di beberapa rumah sakit, mahalnya tes PCR, langkanya beberapa bahan kebutuhan pokok, berbagai biaya yang merangkak naik, seperti listrik, air, kesehatan, sekolah dan sebagainya. Pengangguran semakin bertambah, kriminal meningkat berikut orang yang mengalami depresi. 

Rakyat pun jenuh dengan keberanian penguasa menangani pandemi dengan berputar pada PPKM, Vaksin dan protokol kesehatan. Bukannya Lockdown. Yang benar, keadaan akan semakin memburuk, sebab rakyat yang sakit dipaksa terus menaati penguasa. 

Logikanya jika SDMnya sakit, dalam kondisi kualitas buruk akankah mampu mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang maksimal? Apalagi jika dihubungkan dengan pariwisata, sungguh jauh api dari panggangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun