Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wanita Menjadi Tulang Punggung, Haruskah?

6 April 2021   22:30 Diperbarui: 6 April 2021   22:34 4047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: desain pribadi

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga menyebutkan bahwa angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) perempuan tahun 2019 masih berada di bawah laki-laki yaitu 69,18 sedangkan nilai IPM laki-laki adalah 75,96. 

Angka ini menunjukkan realita masih banyaknya ketimpangan yang dihadapi perempuan, mulai dari ekonomi hingga kasus kekerasan yang menimpa perempuan. Konstruksi sosial budaya ( patriaki) di masyarakat ikut menyumbang rendahnya kualitas perempuan Indonesia, yaitu menempatkan posisi perempuan lebih rendah daripada laki-laki. 

Indonesia, menurut McKinsey Global Institute Analysis, dapat meningkatkan pendapatan domestik bruto (PDB) sebesar USD 135 miliar per tahun di tahun 2025, dengan catatan partisipasi ekonomi perempuan terus ditingkatkan pula.

Budaya patriarki menurut menteri Bintang harus dihilangkan meskipun sulit. Namun, ia meyakini dengan adanya kerja sama, kerja keras, serta kegigihan dalam memperjuangkannya, cita-cita untuk menghilangkan budaya patriarki di Indonesia bukanlah hal yang mustahil (kemenpppa.co.id, 25/3/2021)

Kemenpppapun berpendapat ada kesalahan pemaknaan gender oleh masyarakat, yaitu gender hanya dimaknai pada perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan dalam arti biologis. Pemaknaan gender mengacu pada perbedaan laki-laki dan perempuan dalam peran, perilaku, kegiatan serta atribut yang dikonstruksikan secara sosial (Kementerian PPPA).

Yang seharusnya adalah kesetaraan gender mengacu pada persamaan hak, tanggung jawab dan kesempatan antara perempuan dan laki-laki dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan (UN Women).

Benarkah demikian? Haruskah wanita menjadi tulang punggung , agar bisa produktif secara finansial sehingga IPMnya meningkat? Hingga isu gender menjadi salah satu hal penting yang dicantumkan dalam berbagai dokumen perencanaan pembangunan, baik pada tingkat nasional maupun global.

Isu gender juga menjadi salah satu poin dalam tujuan pembangunan berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) yang tercantum dalam tujuan ke-5 yakni "Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan". Selain secara khusus dicantumkan dalam tujuan kelima, isu gender juga tercakup pada hampir seluruh tujuan dalam SDGs.

Maka program ini menghimbau pemerintah untuk mendorong partisipasi perempuan dalam pasar tenaga kerja adalah dengan memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan untuk memasuki lapangan usaha tertentun(kumparan.com, 1/11/2020).

Pembangunan manusia berbasis gender ini terus menerus digaungkan. Dari tahun ke tahun tak juga menunjukkan hasil yang sukses. Kaum wanita malah kian tertindas dan terpaksa keluar rumah, dari peraduan dan pelukan anak-anaknya dimana semestinya ia mendidik mereka, untuk menyambung hidup. Sebab suaminya menganggur dan sulit mendapatkan pekerjaan. 

Jelas program ini hanya membebek agenda global tanpa serius merumuskan akar masalah, tantangan dan kebutuhan negeri ini terhadap kualitas SDM nya. Jelas ke depannya akan berpotensi kontraproduktif yaitu memunculkan masalah baru serta mengalihkan energi dan dana pembangunan dari penyelesaian persoalan di depan mata. 

Omong kosong jika pemberdayaan perempuan hanya sekadar memberi mereka kesempatan bersosialisasi dan berprestasi, menghasilkan banyak uang. Tanpa membicarakan perbedaan fisik diantara laki-laki dan perempuan. Sangat mustahil, sebab faktanya fisik wanita dan laki-laki memang berbeda. Itulah mengapa Islam memberikan taklif amanah berbeda. 

Jika menyangkut kedudukan di hadapan syariat, jelas laki-laki dan perempuan sama, mereka harus bertakwa, jujur, amanah dan tidak berbuat dosa atau merugikan orang lain dan diri sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT Allah berfirman dalam Alquran an-Nisa:97 yang artinya: 

"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami berikan padanya kehidupan yang baik." (QS an-Nisaa: 97). 

Sedangkan amanah atau kewajiban khusus diberikan berbeda sebab Allah menciptakan fisik keduanya berbeda. Dan ini tak bisa dipaksakan berada pada ranah yang sama, apalagi untuk sama-sama berdaya secara ekonomi. Misalnya kepada laki-laki, Allah mewajibkan untuk mencar nafkah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al Baqarah : 233 Artinya: 

"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang Ma' Ruf".

Jelas dalam ayat di atas kewajiban keduanya tak bisa saling menggantikan, sebab laki-laki tak bisa menyusui berikut proses kehamilan, kelahiran dan pengasuhan. Sementara perempuan pun tak bisa menafkahi yang berarti dia akan meninggalkan kewajiban pokoknya. Dan jelas dia akan dianggap berdosa.

Jika kedua fungsi dan kewajiban yang diberikan Allah SWT berjalan sesuai peruntukannya, bisa dipastikan bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar, kuat dan mandiri. Namun tak bisa jika tetap menggunakan sistem aturan hari ini, dimana perempuan ditempatkan di tempat-tempat yang strategis namun tak menyelamatkan ia dunia akhirat. Sebagai muslim tentunya syariat Allahlah yang tertinggi.

Bangsa ini membutuhkan pembangunan berbasis ideologi Islam agar terwujud solusi bangsa, SDM unggul dan kaum perempuan pencetak generasi pembangun peradaban cemerlang. Sebab hanya Islam yang mampu menyentuh akal sehat menjelaskan kepada manusia, secara detil dan menentramkan hati tentang bagaimana posisi keluarga, negara masyarakat dan apa-apa yang dipersoalkan sekaligus solusinya.

Hal ini pula yang tidak terdapat dalam agama atau kepercayaan yang lain. Allah mengatur detil setiap apa yang akan kita kerjakan dengan aturan yang baku sebagaimana firman Allah swt "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Alquran). 

Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya." (QS:An-Nisaa : 174-175).

Wallahu a' lam bish showab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun