Mohon tunggu...
Jemi Kudiai
Jemi Kudiai Mohon Tunggu... Pemerhati Governace, Ekopol, Sosbud

Menulis berbagi cerita tentang sosial, politik, ekonomi, budaya dan pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dua Jam Kartanegara, Dua Pemimpin

5 Oktober 2025   11:20 Diperbarui: 5 Oktober 2025   16:19 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua Pemimpin Bangsa (Sumber: JK.doc)

Sore yang teduh di Jalan Kertanegara, Jakarta, menghadirkan peristiwa politik yang menyita perhatian publik. Presiden Prabowo Subianto menerima kunjungan mantan Presiden Joko Widodo. Pertemuan itu berlangsung dua jam, tertutup, tanpa banyak protokol resmi. Namun, justru di balik kesederhanaannya, momen ini sarat makna. Ia bukan hanya pertemuan dua tokoh, melainkan sinyal penting bahwa politik Indonesia telah melampaui rivalitas lama menuju persatuan demi bangsa.

Dari Rivalitas ke Persahabatan Politik

Tidak ada yang melupakan bagaimana Jokowi dan Prabowo pernah bersaing keras. Dua kali berhadap-hadapan dalam Pilpres 2014 dan 2019, perbedaan keduanya sempat memecah belah masyarakat. Namun politik adalah seni rekonsiliasi. Saat Prabowo akhirnya bergabung dalam kabinet Jokowi pada 2019, publik mulai menyaksikan transformasi dari rivalitas menuju kerja sama.

Kini, di Kertanegara, pertemuan dua jam itu melanjutkan narasi persahabatan politik. Pertemuan itu menunjukkan bahwa kepemimpinan Indonesia tidak berhenti pada sebuah periode, tetapi berkesinambungan.

Jokowi: Membawa Warisan Pengalaman

Jokowi telah melalui satu dekade memimpin negara dengan berbagai tantangan. Dari pembangunan infrastruktur besar-besaran hingga mengatasi pandemi COVID-19, Jokowi meninggalkan jejak kebijakan yang masih menjadi bahan perbincangan. Sebagai mantan presiden, wajar bila ia tetap menjadi rujukan.

Pertemuan dengan Prabowo menjadi penting karena ia menyampaikan pengalaman langsung: bagaimana menjaga stabilitas politik di parlemen, mengelola konflik sosial, hingga menghadapi tekanan internasional. Itu semua merupakan "modal pengetahuan" yang tak boleh hilang begitu saja.

Prabowo: Agenda Besar dan Tantangan Baru

Prabowo memulai pemerintahannya dengan visi besar memperkuat kedaulatan bangsa. Dari pertahanan hingga pangan, ia ingin Indonesia berdiri di atas kaki sendiri. Namun, tantangan global begitu nyata: krisis energi, ketegangan geopolitik, dan perlambatan ekonomi dunia.

Dalam konteks ini, mendengarkan pandangan Jokowi adalah strategi bijak. Tidak ada presiden yang bisa memimpin sendirian. Pertemuan itu mencerminkan sikap terbuka Prabowo terhadap masukan. Bukan kelemahan, melainkan bentuk kenegarawanan.

Sinyal Stabilitas Politik

Masyarakat Indonesia membutuhkan rasa aman dan stabilitas. Pertemuan dua pemimpin nasional ini menjadi simbol yang menenangkan. Bahwa meski ada perbedaan politik, komunikasi tetap terjaga.

Sinyal ini penting, terutama karena publik kerap terbelah dalam perdebatan politik. Ketika Jokowi dan Prabowo duduk bersama, rakyat melihat gambaran bahwa kepemimpinan nasional tidak berjalan dalam konflik, melainkan dalam kolaborasi.

Tafsir Pengamat

Banyak pengamat menilai pertemuan ini strategis:

Simbolik: memperlihatkan kedewasaan politik.

Legitimasi: menguatkan posisi Prabowo di awal pemerintahannya.

Strategis: kemungkinan membicarakan isu besar, dari ekonomi hingga pertahanan.

Namun tafsir yang paling penting datang dari rakyat: pertemuan ini adalah isyarat bahwa pemimpin mereka mampu bersatu.

Isu-Isu Kebangsaan

Meskipun tidak ada detail resmi, publik menduga topik pembahasan meliputi:

Ekonomi nasional: kelanjutan hilirisasi dan investasi asing.

Pertahanan: modernisasi TNI dan geopolitik kawasan.

Politik domestik: menjaga harmoni koalisi.

Sosial: mengurangi ketimpangan pembangunan antarwilayah.

Semua isu itu krusial, dan dua jam pertemuan tentu cukup untuk bertukar gagasan awal.

Tradisi Global: Mantan Presiden Sebagai Penasihat

Di negara lain, mantan presiden sering berperan sebagai penasihat moral dan strategis. Di Amerika, Joe Biden kerap berdiskusi dengan Barack Obama. Di Singapura, Lee Kuan Yew meski tidak menjabat tetap memberi arah kebijakan.

Indonesia kini menapaki tradisi serupa. Kehadiran Jokowi sebagai mitra diskusi Prabowo memperlihatkan kedewasaan demokrasi kita.

Politik yang Saling Mendengar

Inti dari politik yang sehat adalah kemauan untuk mendengar. Jokowi menyampaikan pandangan, Prabowo mendengarkan. Itu adalah simbol kesederhanaan yang sarat makna.

Bagi rakyat, pertemuan ini mengajarkan bahwa persatuan lebih penting daripada ego politik. Bahwa bangsa ini lebih kuat jika para pemimpinnya mampu duduk bersama.

Penutup

Dua jam di Kertanegara mungkin terlihat sederhana. Tetapi ia memuat pesan besar: politik Indonesia sedang bergerak menuju kedewasaan. Rivalitas masa lalu bukan lagi hambatan, melainkan bekal untuk membangun kebersamaan.

Dalam suasana dunia yang penuh gejolak, pertemuan Jokowi dan Prabowo memberi harapan bahwa Indonesia tetap stabil. Bahwa pemimpin bangsa ini bisa berbicara dengan kepala dingin, saling menghargai, dan menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya.

Dua jam itu mungkin hanya sekejap, tetapi dampaknya bisa menjadi fondasi persatuan bangsa untuk waktu yang lama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun