Mohon tunggu...
Diding Sutardi
Diding Sutardi Mohon Tunggu... Nelayan - seorang ASN yang suka menulis

bukan penulis andal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komunitas, Inspirasi dan Pembentukan Karakter

2 April 2015   16:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:37 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saat salah seorang sahabat bercerita tentang sebuah komunitas sosial yang baru saja diikutinya, saya langsung begitu antusias untuk turut berpartipasi dalam kegiatan dari komunitas tersebut. Sebut saja, komunitas itu adalah Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau (KIJP). Selain karena bidang pekerjaan saya berhubungan dengan sektor kelautan dan perikanan, dimana salah satu objeknya adalah pengelolaan pulau-pulau di Indonesia. Namun, kesempatan bertemu orang-orang baru dari lain profesi serta aktivitas sosial yang dilakukan menjadi ketertarikan saya bergabung dalam komunitas ini.

KIJP semakin menarik untuk saya ikuti, ketika tahu bahwa tujuan dari kegiatan yang dilakukan berkontribusi terhadap pendidikan dan pembentukan karakter anak bangsa. Secara spesifik, yakni untuk membangun inspirasi anak Indonesia dengan sasaran anak usia sekolah dasar di daerah kepulauan. Daerah yang notabene jangkauan akses pendidikannya bisa dibilang masih rendah jika dibandingkan di kota-kota besar. Kebanyakan anak-anak disana masih belum terbuka wawasannya, terutama dalam menentukan bidang pekerjaan yang akan ditekuninya kelak.

Pernah suatu hari, dalam kunjungan pekerjaan ke sebuah pulau di wilayah timur Indonesia, saya bertanya kepada salah seorang anak setempat 'apa cita-citanya jika sudah besar nanti ?' Lalu si anak tadi terlihat bingung dan tidak menjawab. Kemudian saya pun bertanya kepada orang tuanya, mereka berharap anaknya bisa meneruskan profesi ayahnya sebagai nelayan tradisional. Padahal anak itu bisa saja kelak menjadi seorang nakhoda dengan kapal yang lebih besar dan modern, tentunya jika si anak sadar dan memahami akan hal itu. Tidak buruk memang, namun sangat disayangkan jika ini hanya sebatas profesi turun temurun. Selanjutnya ketika ditanya tentang pendidikan sang anak, mereka lantas menjawab cukup hanya sampai sekolah dasar saja.

Dalam hal ini terlihat bahwa orang tua terkesan mengesampingkan pendidikan anaknya karena alasan pekerjaannya yang tidak memerlukan pendidikan tinggi. Lain halnya jika si anak bercita-cita menjadi seorang Dokter misalnya, mungkin pendidikan akan lebih menjadi prioritas. Namun sepengetahuan saya, sebagian besar orang tua akan menyerahkan sepenuhnya cita-cita apa yang ingin diraih dan lantas kemudian mendukungnya. Seperti halnya yang dilakukan kedua orang tua saya terhadap saya.

Keterbatasan akses informasi tentang berbagai macam profesi serta ketidakhadiran sosok figur sukses di wilayah pelosok/kepulauan menjadi penyebab utama rendahnya tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan. Kendati demikian, pemahaman secara komprehensif dan mendalam akan suatu profesi sangat dibutuhkan, setidaknya agar anak menjadi terinspirasi untuk melakukan hal serupa dalam mewujudkan cita-citanya. Contoh paling mudah, semisalnya untuk menjadi seorang guru minimal harus bisa membaca dan menulis. Lebih jauh, hal ini akan bermuara pada tumbuhnya kesadaran akan pentingnya pendidikan dalam menunjang kehidupannya kelak.

Disinilah perlu adanya pemahaman akan pentingnya peran sebuah komunitas sosial untuk memperkenalkan beragam profesi yang bertujuan membangun inspirasi anak-anak Indonesia. Selain untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan, kontribusi komunitas sosial ini juga sangat diperlukan dalam pembentukan karakter bangsa. Banyak penelitian menyebutkan bahwa pendidikan bangku sekolah (formal) saja tidak cukup untuk membentuk karakter anak. Bahkan sebagian lagi menyebutkan, komunitas sosial berkontribusi lebih besar dibanding pendidikan formaldalam hal pembentukan karakter anak.

Sebut saja misalnya karakter peduli lingkungan, karakter ini bisa dibangun seperti melalui kegiatan lingkungan yang diselenggarakan oleh KIJP di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Dimana, anak-anak diajak untuk bisa memilah sampah dan diajarkan untuk mencintai lingkungan sekitar. Pendekatan yang dilakukan pun berbeda dari pendidikan formal, yakni dengan cara yang menyenangkan melalui kegiatan permainan yang kompetitif dan menjunjung tinggi sportifitas. Sehingga memberikan kesan yang mendalam bagi anak, dengan begitu berpengaruh pada pembentukan karakternya.

Kemudian contoh lainnya, dalam kegiatan serupa dengan mengenalkan budaya dan permainan tradisonal. Dengan harapan terbentuk karakter cinta tanah air dan jiwa patriotisme dari masing-masing anak. Yang menarik adalah ketika anak diajak untuk bisa mengembangkan potensi diri dan mengasah jiwa social responsibilty, yakni melalui nonton film bareng yang sangat menginspirasi "Cita-citaku Setinggi Tanah". Tak hanya anak-anak di pulau, kegiatan KIJP juga menyasar pada orang tua murid dan masyarakat sekitar melalui kegiatan masyarakat seperti penayangan film dan pengabdian sosial masyarakat.

Dalam komunitas ini, Kelas Inspirasi menjadi kegiatan pokok/utama yang dilakukan. Layaknya seorang guru, di hari yang telah ditentukan atau disebut Hari Inspirasi, setiap relawan atau inspirator di setiap kelas bertugas memberikan pengajaran. Bedanya, disini relawan memiliki misi khusus untuk memperkenalkan profesi masing-masing dan memberikan pemahaman yang komfrehensif dan mendalam terkait profesi tersebut. Tentunya dengan cara yang positif, mudah dipahami dan menyenangkan, sehingga memberikan kesan mendalam bagi anak-anak. Setiap kelas tentunya akan membutuhkan penanganan yang berbeda-beda.

Berkaca dari hal itu, menjadi relawan dalam Kelas Inspirasi ini bukan perkara mudah. Pasalnya, dibutuhkan keterampilan khusus karena relawan tidak terbiasa untuk memberikan pengajaran di kelas. Namun tak usah khawatir, setiap relawan dibekali tentang hal itu disaat briefing sebelum keberangkatan. Jujur saya sendiri cukup kewalahan meskipun telah melakukan persiapan sebelumnya. Mengingat karakter anak untuk setiap individu dan usia berbeda-beda dan tak bisa ditebak. Justru itulah tantangan yang memberikan kesan dan pengalaman yang tak terlupakan bagi para relawan, terutama bagi saya pribadi.

Di KIJP, setiap orang dari berbagai profesi bergabung dan saling mengenalkan profesi masing-masing kepada anak-anak di sekolah sasaran. Dengan harapan setiap anak bisa terinspirasi dan memiliki semangat yang tinggi untuk menggapai cita-citanya. Sehingga secara tidak langsung karakternya dapat terarahkan dan terbentuk sejak dini.

Bercerita tentang pengalaman saya setelah bergabung dan mengikuti kegiatan Kelas Inspirasi di SDN Pari 02 Pagi di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Senin (30/3) yang lalu. Pandangan saya akan pentingnya peran komunitas dalam dunia pendidikan di Indonesia menjadi semakin lebih terbuka.

Hal ini juga mengingatkan kembali, saat dimana saya masih duduk dibangku sekolah dasar. Saat itu, saya tidak tahu akan menjadi apa kelak. Hingga akhirnya saya menyatakan ingin menjadi seorang insinyur pertanian, itupun setelah menonton sinetron 'Aku Ingin Pulang' yang ditayangkan di televisi. Saya terinspirasi oleh sosok Wahyu, peran dalam sinetron tersebut. Saya pun terpacu untuk bisa menuntut ilmu setinggi-tingginya hingga mencapai bangku kuliah, sama halnya yang dilakukan Wahyu.

Kebetulan orang tua saya bekerja sebagai buruh tani di desa. Berkat inspirasi yang ditularkan oleh sosok Wahyu itulah maka saya tidak terjebak dalam profesi yang sama seperti Ayah saya. Meskipun hal itu merupakan pekerjaan yang sangat mulia, bagi keluarga kami khususnya. Teringat jelas dalam ingatan, bagaimana Ayah saya bekerja membanting tulang untuk mewujudkan cita-cita anaknya menjadi insinyur. Orang tua saya telah berhasil menyekolahkan saya hingga sarjana dan menjadikan saya satu-satunya seorang sarjana di desa kala itu.

Meskipun takdir dan keberuntungan berkata lain, setidaknya saat ini saya tidak perlu melakukan pekerjaan berat seperti halnya Ayah saya lakukan waktu dulu. Pekerjaan saya saat ini sebagai Public Relation Officer, diibaratkan seperti hobi yang dibayar. Melalui bidang pekerjaan yang saya tekuni ini, minat dan hobi saya dalam hal menulis, photography dan traveling dapat tersalurkan dengan baik.

Berangkat dari pengalaman hidup, saya ingin terus memberikan kontribusi dalam membangun inspirasi anak-anak Indonesia. Seperti halnya yang dilakukan sosok Wahyu kepada saya. Itulah alasan mengapa saya bergabung dengan KIJP. Semoga bisa terus bergabung di batch berikutnya dan seterusnya.

Tak hanya membangun inspirasi anak Indonesia, KIJP juga telah berhasil menularkan virus inspirasi bagi saya pribadi. Hingga akhirnya saya tidak bisa berhenti untuk terus berpikir mengenai bagaimana pandangan saya terhadap peran komunitas dalam membangun karakter bangsa. Jika sudah begini, saya tidak akan benar-benar berhenti untuk berfikir sebelum menuangkannya ke dalam sebuah tulisan. Itulah alasan mengapa saya membuat tulisan ini. Semoga juga dapat memberikan informasi yang inspiratif bagi para pembaca sekalian.

Terima kasih KIJP, untuk pengalaman yang berharga dan tak terlupakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun