"Si Rahmat ini beruntung sekali ya memiliki pasangan setia seperti kekasihnya," celetuk Bu Hamid.
"Yang wanita dengannya tadi itu istrinya, ya?" tanyaku.
"Belum, sih. Lebih tepatnya hampir menjadi istrinya."
"Loh, kok bisa?"
"Tepat sehari sebelum mereka menikah, si Rahmat kecelakaan tertabrak truk saat sedang mempersiapkan acara pernikahannya. Alhasil keesokannya alih-alih menuju pelaminan, mereka justru menuju ruang pembiusan. Sampai sekarang sepertinya mereka belum sempat melangsungkan pernikahan yang tertunda karena masih sibuk dengan fase penyembuhan."
Saya kemudian tertegun, betapa setianya pasangan yang Rahmat miliki. Di saat ia berada di salah satu titik terendah dalam hidupnya, justru pasangannya tetap memilih untuk setia mendampingi dan mengurusinya. Mungkin ini adalah makna dari kalimat "Cinta bukan sekedar tentang fisik, namun masalah hati".
Bisa jadi kita mencintai seseorang karena fisiknya, namun ketika suatu saat fisiknya berubah akankah kita tetap mencintainya? Seiring waktu berjalan, penuaan pada tubuh ini pasti akan terjadi. Keriput perlahan muncul menghiasi kulit, uban mulai menampakkan diri di helaian rambut, perut kian membuncit, dan tubuh mulai rentan terkena penyakit. Hanya 1 hal yang tidak akan berubah seiring berlalunya sang waktu, yakni hati. Ia masih menjadi sosok yang sama sejak dulu.
Pasangan terbaik bukan tentang mencari fisik sesempurna yang kita inginkan, namun bagaimana kita merasa nyaman untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan. Sehingga jika kelak sepasang insan telah menua bersama, ia tidak akan pernah merasa kehilangan sosok yang dicintainya sejak pertama.
Oleh karena itu, cintai hatinya bukan fisiknya.