Mohon tunggu...
Jefri Maradi
Jefri Maradi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Teologi

Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belis sebagai Simbol Penghargaan atau Transaksi Pernikahan?

15 Mei 2024   21:24 Diperbarui: 15 Mei 2024   21:35 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Menikah dengan perempuan Indonesia Timur kerap menimbulkan ketakutan. Bagaimana tidak, hal yang paling menakutkan adalah belis. Artinya, menikah dengan perempuan Timur seperti contoh kasus di Sumba itu mahal.

Namun, benarkah belis atau mahar pernikahan adalah biaya transaksi yang mana keluarga perempuan menutut biaya belis kepada pihak mempelai laki-laki?

Belis memang berupa hewan jika di Sumba. Jumlah hewan bergantung dari strata sosial keluarga perempuan dan sesuai dengan kesepakatan adat. Jumlah hewan belis bisa mencapai 50 ekor bahkan sampai ratusan ekor. selain hewan, pihak keluarga mempelai laki-laki juga membawa emas (mamuli) sebagai pendamping dari hewan belis yang dibawa.

Hewan belis bisa berupa kuda, kerbau, dan sapi. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah belis masih relevan untuk zaman sekarang?

Jika dilihat dari model percakapan adat pernikahan, khususnya di Sumba, belis semacam alat tukar dari pihak keluarga mempelai laki-laki kepada keluarga mempelai perempuan. Di tengah pergeseran budaya saat ini, hal ini seperti tidak patut lagi dilakukan mengingat ada aturan yang melarang perdagangan manusia.

Dalam budaya Sumba, belis bukan upaya jual-beli perempuan yang akan diperistri melainkan hal tersebut merupakan jaminan kepada pihak keluarga perempuan betapa berharganya anak mereka. Untuk diketahui manusia tidak bisa dihargai dengan hewan.

Dengan niat yang serius, pihak keluarga mempelai laki-laki memberikan belis kepada keluarga perempuan dengan keberanian dan keyakinan untuk membayar harga. Namun belis bukan berarti menunjukkan bahwa keluarga laki-laki telah membeli seorang perempuan untuk dijadikan istri karena perempuan bukanlah barang dagangan.

Jika keluarga laki-laki belum bisa memenuhi permintaan keluarga perempuan bukan berarti pernikahan dibatalkan melainkan hal itu akan dianggap sebagai utang yang tidak pernah lunas. Karena itu, pihak laki-laki tidak boleh mempermainkan istrinya dengan semena-semena.

Dalam pandangan saya, saya ingin membagikan tiga hal penting terkait belis dalam budaya Sumba.

1. Belis masih relevan untuk dipertahankan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun