Mohon tunggu...
Jeehan Fidya Ramadhani
Jeehan Fidya Ramadhani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student

Pelajar Global Prestasi School

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Keberagaman Ekonomi: Jejak Desa Buntu, Wonosobo

1 April 2024   10:45 Diperbarui: 1 April 2024   11:08 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi warga di Desa Buntu, Wonosobo, menjadi rich tapestry yang memperlihatkan kehidupan ekonomi pedesaan yang khas di Indonesia. Terletak di lingkungan yang mungkin terisolasi secara geografis, namun semangat berusaha warga Desa Buntu tidak pernah padam. 

Mereka tetap aktif dalam berbagai kegiatan ekonomi, dengan pertanian tetap menjadi tulang punggung utama perekonomian, menempatkan mayoritas penduduk sebagai petani. Keberadaan tanah yang subur dan iklim yang mendukung memberi mereka kesempatan untuk menghasilkan beragam tanaman seperti padi, jagung, teh, bawang merah, dan jenis lainnya.

Namun demikian, keberagaman ekonomi di Desa Buntu tidak hanya terbatas pada sektor pertanian. Sebagian warga juga terlibat dalam usaha peternakan seperti beternak ayam, sapi, dan kambing. Usaha-usaha kecil seperti warung, tukang kayu, dan tukang batu juga tersebar di sepanjang desa, memberikan ragam peluang mata pencaharian tambahan bagi penduduk.

Tantangan ekonomi tidak dapat dihindari dalam keseharian mereka. Akses terhadap pasar yang terbatas dan infrastruktur yang kurang memadai membuat beberapa warga kesulitan untuk mengembangkan usaha mereka. Fluktuasi harga komoditas pertanian juga menjadi masalah serius, menghadirkan tantangan dalam mendapatkan pendapatan yang stabil bagi para petani.

Namun, semangat gotong royong dan kebersamaan masih kuat di Desa Buntu. Warga secara konsisten bekerja bersama untuk mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi, seperti dengan membentuk koperasi atau kelompok petani untuk meningkatkan daya tawar mereka di pasar.

Dalam wawancara, Bu Dariyah, seorang petani Desa Buntu berusia lima puluh tahun, menjelaskan betapa tidak mudahnya menjadi seorang petani di sana. Dengan penghasilan sebesar satu juta rupiah setiap tahun, ia mencerminkan perjuangan para petani dalam menghadapi tantangan ekonomi dan fluktuasi harga komoditas. Namun, semangatnya untuk tetap bertahan dan berusaha tidak pernah padam.

Dengan melimpahnya sumber daya alam dan semangat kerja keras penduduknya, Desa Buntu memiliki potensi besar untuk terus berkembang secara ekonomi. Melalui upaya bersama antara pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat sendiri, diharapkan bahwa Desa Buntu dapat mengatasi tantangan ekonomi dan mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik bagi seluruh warganya. Dengan terus menguatkan fondasi ekonominya dan memperkuat kolaborasi di antara para pemangku kepentingan, Desa Buntu bisa menjadi contoh bagi perkembangan ekonomi pedesaan di Indonesia.


Di samping upaya ekonomi yang sedang berjalan, Desa Buntu juga telah mulai melihat potensi dalam sektor pariwisata. Keindahan alam yang mempesona, seperti perbukitan yang hijau dan sungai yang jernih, menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang mencari pengalaman alam yang autentik. 

Beberapa inisiatif lokal telah dilakukan untuk mempromosikan pariwisata pedesaan, termasuk homestay dan tur petani yang memungkinkan pengunjung untuk merasakan kehidupan sehari-hari di desa dan belajar langsung dari aktivitas pertanian yang dilakukan oleh penduduk setempat. 

Dengan terus mengembangkan sektor pariwisata secara berkelanjutan, Desa Buntu memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan lokal, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperluas jaringan ekonomi mereka, sehingga memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat desa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun