Mohon tunggu...
Jeba
Jeba Mohon Tunggu... -

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seandainya Prabowo, Fauzi Bowo

25 Agustus 2014   19:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:36 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1408946064265185629

Maka tidak akan ada kebencian berlarut-larut antara dua kubu. Masyarakat secara umum tidak terganggu dan media serta kehidupan 'normal' kembali. Masyarakat internasional akan semakin menghargai dan menilai lebih tentang demokrasi di negara tercinta ini. Tidak semua negara dapat menjalankan proses pemilihan dan berlangsung demokratis seperti negara kita. Praktis baru pilpres ke III kali ini pelaksanaan Pilpres di negeri kita dilakukan secara langsung.

Kedua belah pasang yang 'bertanding' tetap menjadi anak bangsa yang membanggakan, tetap karib dalam dinamika bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi itu sendiri sebagaimana tekad dari mulai 'tanding'; "Siap menang, siap kalah".

Masih baru, tapi telah menunjukkan kemajuan luar biasa apalagi dengan metode perhitungan dan disaksikan secara terbuka oleh semua pihak maka pilpres kali ini benar-benar memegang record sebagai pilres terbaik. Dari segi kemajuan tehnologi, kita pun sesuka hati bisa melihat form C1 dan dapat turut mengawasi.

Proses transisi mendapatkan waktu lebih banyak dari pemerintahan sebelumnya ke pemerintahan yang baru. Segala sesuatu yang dipersiapkan matang pasti memberikan hasil lebih baik.

Fitnah tidak  berkelanjutan. Meskipun sudah sangat berbuka, sistem informasi dapat diperoleh kapan saja  tapi masyarakat belum sepenuhnya memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diterima dan masih juga banyak yang terbatas mengakses kemajuan tehnology sehingga menyebar bagaikan penyakit menular, edemi dan merusak sampai ke pemahaman anak-anak, menyebar virus saling benci antar anak bangsa. Apalagi pendukung fanatisme buta; "A "tetaplah "A" meskipun kenyataanya "Z". Mentutup telinga pada semua penjelasan. Sebaliknya menerima semua penjelasan yang 'memihak' jagoannya. Beberapa teman saya, yang masih tetap membenci. Saya sudah ingatkan bahwa itu terlalu berbahaya bagi kesehatannya sendiri. Saya sampaikan, meskipun saya kali ini tidak pilih jagoannya, tapi bila bertemu akan saya buru-buru minta foto bareng. Tidak pilih bukan berarti karena benci tapi karena tidak bisa memilih dua-duanya. Bukankah pilpres hanya untuk jabatan presiden? Tapi membangun negeri tidak perlu harus jadi presiden!

Biaya tidak terbuang sia-sia. Baik yang menggugat, tergugat, lembaga, aparat dan pihak-pihak yang terkait. Hitung sendiri berapa bbm, akomodasi, konsumsi, spanduk,  biaya, waktu dan energi terbuang percuma.

Tidak ada korban luka-luka, tidak ada demo, tidak ada pengguna jalan terganggu, taman tidak rusak, aktivitas kerja berlangsung lancar dan sekolah tidak dipulangkan cepat serta  aparat tidak harus terpisah berhari-hari karena menjaga ketertiban dan keamanan dari issue-issue meresahkan yang berkembang di masyarakat.

Rasa cinta tanah air dan pementingan terhadap kesatuan bangsa,  akan  semakin terlihat dari pihak yang tidak terpilih. Disamping itu, kenyataan tidak haus kekuasaan dan kewibawaan tetap terjaga.

Apa sih yang dilakukan Fauzi Bowo?

Simak videonya

Boleh dikata, proses quick count belum tuntas tapi beliau sudah atur press confrence.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun