Mohon tunggu...
Jeba
Jeba Mohon Tunggu... -

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok Ditolak Bukan Karena Agama

14 November 2016   15:43 Diperbarui: 14 November 2016   16:02 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ahok ditolak bukan karena dia Kristen. Tidak usah ambil contoh jauh ke luar negeri, Rudi di Solo tidak ada masalah. Padahal di Solo lebih kuat warna  agamanya. Lalu kenapa Ahok ditolak sedemikian kuat di Jakarta padahal sudah didukung oleh partai-partai besar. O, karena penistaan. Tidak juga. Buktinya banyak di media sosial dan youtube orang menghina agama tapi tidak ada tindakan hukum apalagi demo. Coba tanyakan para pendemo.  

Apakah sudah tonton lengkap....kenapa saat video beredar tidak ada masalah....nanti setelah ditambah redaksi hasutan baru kemudian dituduh penistaan. Simple saja sebenarnya, tidak perlu dari daerah lain, orang kepulauan seribu akan langsung hakimi dia kalau menistakan agama. Ironinya  mantan Presiden saja desak polisi proses Ahok......Orang tidak curiga lagi tapi langsung menuduh. Apakah karena anaknya  ikut serta bertarung di Pilgub? Walahualam.

Perasaaan benci akan membuat orang kehilangan obyektivitas. Tidak perduli lagi melihat konteks,  duduk perkara yang sebenarnya. Yang penting tangkap! Udah, gitu aja maunya.

Salah atau tidak itu urusan berikut. Sudah dieditatau tidak, tidak ngaruh. Ahok harus dihukum bahkan diteror di saat kampanye tetapi mereka sendiri tidak menghormati hukum. Sehingga meskipun proses hukum sedang berjalan, tetap saja ribut. Ketika Ahok dimaki, dikatain kafir, dst tidak ngaruh. Ketika dia mau membela diri...e dituduh menistakan.

Kenapa Ahok dibenci. Ah, itu karena dia Kristen....Tidak! Sama sekali bukan karena itu. Lihat paragraf di atas. Rudi Kristen tapi tetap aman di Solo. Ahok terlalu dalam memotong kemunafikan. Kata-katanya sangat pedas dan menyinggung ‘etika’yang selama ini dijunjung tinggi. Eufemisme kita terlalu mendominasi.  Rumah jelek, dibilang rumah sederhana, jelek banget dibilang rumah sangat sederhana. Kata babu diganti pembantu sekarang asisten rumah tangga. Bunting diganti hamil. Silahkan deretkan kata-kata ‘penghalusan’. Kita seringkali terjebak pada mengutamakan manisnya bahasa dibanding pahitnya kenyataan.

Seandainya Ahok di Manado, apakah dia bisa jadi Gubernur?

Manado kan banyak Kristennya. Ahok  dekati 100%  mendapatkan suara.  O, belum tentu. Kalau melihat gebrakan Ahok di Jakarta melawan DPRD, memecat PNS,  tidak punya massa dan partai, tidak akrab dengan ormas dan  kampanye tidak bagi-bagi uang serta tidak ada janji pembagian proyek....maka jangan harap bisa menang. Waduh, apakah saya menistakan Manado? Jangan ditiru ya.... Saya berharap tidak ada yang tersinggung makanya saya pakai kata seandainya. Tapi kalau ada yang tersinggung maka bagus untuk introspeksi. Saya hanya mau menggambarkan bahwa Agama Ahok itu tidak masalah. Makanya banyak tokoh agama Islam dan warga DKI yang Islamnya taat tetap pilih Ahok. Bukan karena agamanya tapi karena kemampuannya membangun daerah. Kalau karena agama, maka tidak ada satupun yang beragama Islam mau memilihnya.

Jadi Ahok tidak disukai bukan semata-mata Agamanya tapi karena sikapnya yang ‘terlalu lurus’. Tidak mau kompromi dan tidak royal dengan ‘sesama’pelaku politik. Jangankan bicarakan jatah, anak buah sendiri yang lalai, pecat langsung. Ahok bukan golongan pejabat yang pintar memilih kata-kata indah apalagi bahasa surga dan ini salah satu fenomena langkah buat sebagian orang tapi menyakitkan bagi sebagian orang. Pejabat dituntut harus punya bahasa indah dan santun.

Kemarin waktu video Pulau Seribu ini tersebar tidak ada masalah, lalu seorang nitizen memberikan kalimat provokatif dalam postingannya, kemudian disangkakan penistaan.  Lapor polisi tetapi masih tetap adem.

Namun begitu arah angin dukungan kelompok yang menjadi lawan dan kawan di pilkada, barulah terjadi penggorengan issu. Lembaga sertifikasi masuk ke ranah politik dan tempat ibadah dipakai sebagai tempat mendiskusikan video editan. Tiba-tiba diperbesar volumenya kemana-mana sampai puncaknya di ILC....lalu menyebar ke daerah-daerah lain. Maksud hati hanya untuk gorangen Pilkada, menjadi meluas ke Istana.

Mungkin melihat situasi serta dukungan ada, agenda lebih besar bisa diperoleh selain untuk membatalkan  Ahok jadi gubernur. Posisi Presidenpun di’goyang’. Jokowi disuruh tidak intervensi, tapi sekaligus disuruh perintahkan tangkap Ahok! Walah, jadi Jokowi pasti bingung atuh.  Tidak boleh internvensi, tapi minta perintahkan....Jebakan batman.

Untunglah aparat bisa menjaga dan membaca situasi. Untunglah masih lebih banyak orang yang menginginkan NKRI.

Semoga Tuhan menyertai Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun