Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guruku, Idolaku

11 Juni 2021   17:42 Diperbarui: 10 November 2021   13:39 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Gurulah pelita penerang dalam gulita, jasamu tiada tara" -- Lirik lagu "Jasamu Guru"

Pernahkah anda terjebak dalam gelapnya malam karena lampu tiba-tiba padam? Bagaimana reaksi anda saat sedang beraktivitas baik sedang bekerja, mandi, memasak, atau melaksanakan kegiatan lainnya? 

sumber : lingism.com
sumber : lingism.com
Respon dari sebagian orang akan menjadi jengkel dan marah karena aktivitas bekerja menjadi terhenti. Dan sebagian yang lain juga ketakutan karena dihantui oleh bayang-bayang kegelapan apalagi bagi mayoritas anak kecil. 

Termasuk saya saat masih anak-anak dulu merasakan ketakutan malam gelap dalam situasi sedang mati lampu. Kamar menjadi gelap gulita dan seolah bayang-bayang gelap menenggelamkan tubuh saya. Gelap dan hitam yang mengelilingi bagaikan hantu yang sedang menerkam. "Horee..." Begitu teriak saya kegeriangan saat kemudian gelapnya malam berubah kembali menjadi terang karena listrik menyala sehingga menerangi isi rumah.

Tidak jauh berbeda dengan situasi diatas, sebuah metafora akan keberadaan dan fungsi profesi seorang guru dianalogikan sebagai penerang dalam gelap gulita. Sebagai pelita yang memiliki api dan memancarkan terang yang menerobos hitam dan gelapnya keadaan. Hadir dengan api semangat dan mampu memberikan pencerahan terhadap kegelapan atas kebodohan dan ketidaktahuan.

Guru yang menurut KBBI adalah orang yang pekerjaannya (mata pencaharian/profesi) mengajar. Sejalan dengan itu menurut Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, pengertian guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mengajar, mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi para murid untuk kemudian dapat mengetahui dan memahami pengetahuan dari jurang ketidaktahuan dan kekeliruan. 

Secara formal di sebuah institusi pendidikan dari tingkat bawah sampai dengan perguruan tinggi para pengajar inilah dipanggil atau dilabel dengan sebutan guru, pendidik dan dosen. Memiliki kualifikasi akademik tertentu, bersertifikasi khusus, kompetensi yang memadai dan tujuan mulia untuk mengembangkan pendidikan adalah beberapa kualifikasi umum sebagai syarat untuk menjadi guru. Betapa gambaran dari profesi guru yang sejatinya adalah begitu sempurna dan layak menjadi pelita.

"Pengalaman adalah guru terbaik"

Pertanyaan yang kemudian muncul dengan pengertian dan kualifikasi bagi seorang guru diatas adalah "Hanya orang tertentu sajakah yang bisa menjadi guru?" Jawabannya tentu "Tidak" Kata "mengajar" dengan cakupan sangat luas tidak hanya terbatas pada dinding institusi pendidikan formal saja. 

Pendidikan atau pengajaran sejatinya adalah sebuah proses keteladanan dan hal ini terkait dengan pernah langsung "merasakan, mengecap, melihat" atas rentetan pengalaman yang pernah dijalani. Sehingga kemudian setiap pengalaman entah itu yang baik atau buruk menjadi bukti empiris yang secara ilmiah juga akan menjadi formula dari sebuah pemecahan masalah.

Menjadikannya sesuatu yang bisa menjadi nilai kehidupan yang dapat dibagikan dan diajarkan. Yang baik dapat ditiru oleh setiap murid dan terhindar masuk ke persoalan yang sama dari pengalaman buruk.

sumber : and-lc.com
sumber : and-lc.com
Fakta ini yang sering membuat dan membedakan bahwa mungkin saja secara formal dan persyaratan seseorang dapat menjadi pendidik tapi tidak untuk menjadi seorang "guru". Guru terbaik tentunya adalah pendidik atau pengajar yang telah makan asam garam kehidupan. Menjadi teladan karena setiap pengajaran dan perkataannya adalah sebuah hukum atau titah yang sepadanan dengan perbuatan dan mampu menjadi sesuatu kebenaran. 

Karisma dan keteladanan guru saat saya masih menjadi seorang murid di persekolahan atau perkuliahan memiliki rasa hormat dan keseganan tersendiri pula. Hormat atas keilmuan yang dimiliki juga keteladanan dari kehidupan pribadi mereka.

Lihat saja dalam kitab suci, nabi juga dipanggil "Guru" atau "Rabbi" bukan dipanggil dengan sebutan lain. Karena pengajaran berikut pula kehidupan bertutur kata serta bertindak tanduk yang selaras. Memiliki tanggung jawab dan kesabaran dan tidak pernah buntu berjumpa dengan siswa atau murid yang bodoh bahkan penghianat sekalipun. Tetap senantiasa menjadi panutan dan berkorban demi kemajuan derajat murid-muridnya. 

Mungkin inilah yang membuat setiap kita akan kembali mengingat seorang pribadi dari sekian banyak guru-guru yang pernah ada baik di sekolah formal atau juga non formal (di kantor, lingkungan, keluarga, dan komunitas lain) yang akan selalu menjadi pribadi yang abadi dikenang dan menjadi inspirasi. Menjadi idola yang akan kita selalu banggakan.

"Student today, leader tomorrow"

Hari-hari yang pernah terlewati sebagai seorang murid di lembaga persekolahan mungkin sebagian dari kita telah melewatinya. Namun menjadi murid kehidupan adalah akan abadi demikian layaknya juga melakoni sebagai guru di episode "school of life" dan berlaku bagi siapapun dan dimanapun.

Apapun dan siapapun kita adalah murid dan guru. Tanpa disadari selama masih hidup, tajuk ini akan abadi melekat di setiap orang. Episode demi episode dengan seluruh warna-warni hidup akan memberikan pembelajaran dan pengalaman bagi diri juga orang lain.

sumber : hayaandaworld.com
sumber : hayaandaworld.com
Setiap kita adalah terlahir dan memiliki orang tua. Layaknya anak pastilah pilihan menjadikan ayah atau ibu adalah sebagai guru idola yang tak tergantikan. Gambaran relasi ini di beberapa waktu terkini yang mulai rusak dengan banyaknya kasus yang jauh dari nilai-nilai kehidupan manusia sesungguhnya. 

Orang tua yang membunuh anak atau juga sebaliknya. Jauh dari gambaran yang ideal dimana orang tua yang bagi saya pribadi adalah guru sepanjang masa. Perwakilan pencipta yang menyuarakan cinta kasih, bimbingan, dan dekapan hangat di saat puncak masalah datang menghampiri.

Selaras dengan itu, di saat berinteraksi di tempat kita bekerja dimana hubungan erat antara murid dan guru juga seharusnya adalah sebagai hubungan antara bawahan dan atasan. Bawahan yang senantiasa menghormati atasan, dan atasan yang juga bertanggung jawab dan membela setiap bawahannya. 

Bawahan yang diwariskan legacy namun menyalahgunakannya, menjadi ancaman kepada si pemberi ilmu itu sendiri yang membuat hubungan dan kondisi organisasi yang rusak. Tidak ada lagi kepercayaan dan keharmonisan.

Bahkan oleh banyak faktor, label atasan hanya tertanam pada tiang yang jauh sehingga sulit untuk menciptakan pembelajaran. Karena hanya untuk menutupi kekurangannya, seorang atasan tidak layak untuk menjadi guru pula. Baik dari keilmuan apalagi pengalaman. 

Hal-hal inilah membuat dari kita kehilangan sosok guru idola dan terjebak pada hirarki struktur organisasi semata tanpa merasakan adanya keteladanan ataupun panutan yang dihormati dan disegani selama bekerja.

"Sudahkah anda dan saya menjadi penerang di tengah kegelapan kehidupan sekitar kita?"

"Pantaskah saya dan anda menjadi guru idola?"

Semoga...

Dari seorang murid dan guru "School of Life"

Medan, 11 Juni 2021

Jesayas Budiman Surbakti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun