Mohon tunggu...
Pendidikan

Desa Sendangmulyo, Satu Desa Beragam Budaya

15 November 2018   22:27 Diperbarui: 15 November 2018   22:55 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Desa Sendangmulyo merupakan suatu desa yang berlokasi di daerah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia, lebih tepatnya di kecamatan Minggir. Desa ini memiliki beberapa dusun yang terdiri atas dusun Banaran, Blimbingan, Kwayuhan, Jetis, Pakelan, mBero Kwarasan, Krompakan, nDiro, nDondongan, Prapag, Sumbuhan, Sumber, dan Klepu dengan balai desa atau administrasi desa yang terletak sekitar dudun nDondongan. 

Desa ini pula memiliki beberapa mata pencaharian seperti pertanian, kerajinan anyaman, peternakan belut, dan lain sebagainya. Desa ini juga terkenal akan belut gorengnya, maka karena itu sebagian dari penduduk di desa tersebut memiliki peternakan pribadi untuk belut.Desa Sendangmulyo saat ini dikenal sebagai Desa Budaya karena keanekaragaman budaya, ras, dan etnis yang dianut oleh penduduk desa tersebut. 

Mereka memiliki kekhasan budaya masing-masing dan agama serta ras yang beragam. Maka karena itu mereka memiliki tingkat toleransi budaya yang sangat tinggi sehingga mereka mengakui setiap budaya yang ada di dalam desa tersebut. Dari keanekaragaman tersebutlah desa ini tercipta dengan kekhasan budayanya sendiri. Hal ini dibuktikan dari kegiatan "Merti Desa" yang baru saja dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 Oktober 2018 kemarin.

Desa ini juga sangat dikenal karena memiliki tingkat kesejahteraan yang sangat tinggi. Penduduk yang bertempat tinggal di desa ini semuanya makmur dan sejahtera walaupun mata pencaharian sangat terbatas. Tidak ada yang namanya kemiskinan di dalam desa tersebut.Mengenai sejarah dan bagaimana terbentuknya desa ini dikatakan terjadi pasca kejadian G30SPKI, dan pada saat itu hanya berupa tanah luas yang kemudian ditempati oleh penduduk yang terpengaruh kejadian tersebut, atau bisa disebut sebagai tempat pengungsian. 

Penduduk yang mengungsi ke daerah tersebut memilih untuk menetap dan kemudian terbentuklah yang disebut Desa Sendangmulyo, dimana seluruh warganya berasal dari budaya, etnis, dan agama yang beranekaragam.

Pada hari Sabtu tanggal 20 Oktober 2018, para mahasiswa dari Unika Atma Jaya mengadakan kegiatan Live In di desa tersebut dimana para mahasiswa menetap di rumah para warga untuk sementara waktu dan ikut serta dalam kegiatan keseharian para warga di desa tersebut. Pada pukul 4 pagi WIB tepatnya para mahasiswa tiba di balai desa untuk kemudian diantarkan ke rumah warga masing-masing, dan setiap rumah ditempati oleh 2-3 mahasiswa/i selama 3 hari dan 2 malam.

Pada hari itu juga Desa Sendangmulyo mengadakan kegiatan budaya yang dikenal dengan nama "Merti Desa" dimana setiap warga di desa tersebut mengucap syukur kepada Tuhan YME atas segala berkat yang dilimpahkan pada desa mereka sehingga desa mereka makmur dan sejahtera. Kegiatan ini diawali dengan pawai budaya dengan mengelilingi wilayah desa tersebut dan membawa bentuk persembahan atau "Gunungan", tepatnya dimulai pada pukul 2 siang WIB sampai selesai. Dalam pawai tersebut juga para mahasiswa/i Unika Atma Jaya turut ikut serta memeriahkannya. 

Kegiatan "Merti Desa" berakhir pada hari Minggu, 21 Oktober 2018 tepatnya pukul 4 pagi WIB dengan pertunjukan wayangan sebagai puncak acaranya.Pada hari kedua kegiatan Live In, para mahasiswa Unika Atma Jaya mulai sibuk dalam membantu para warga yang tinggal bersama mereka. Sebagian besar membantu mereka dalam bertani dan membuat kerajinan, dan jika beruntung mereka juga sempat membantu dalam beternak belut dan ikan lele. Mereka juga aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan setiap dusun di desa tersebut. 

Para mahasiswa mengaku bahwa mereka juga mendapat upah dari hasil kerja keras mereka, salah satunya yang pasti adalah belut goreng yang terkenal di desa tersebut. Mereka juga berkata bahwa kegiatan dan aktivitas di desa tersebut sangat menyenangkan dan sangat berbeda dari biasanya, maka karena itu para mahasiswa sangat puas dengan kegiatan Live In mereka di Desa Sendangmulyo. 

Hari kedua mereka diakhiri dengan berkumpul bersama di setiap rumah kepala dusun dan saling berinteraksi dan refleksi tentang kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari itu.Hari Senin tanggal 21 Oktober 2018 adalah hari terakhir kegiatan Live In para mahasiswa Unika Atma Jaya. Pada pagi hari itu juga mereka telah berpamitan dengan para warga yang tinggal bersama mereka. Pada pukul 2 siang tepatnya, mereka berangkat pulang dari Desa Sendangmulyo. Mereka juga berjanji akan kembali ke Desa Sendangmulyo lagi di lain kesempatan.Kegiatan Live In Unika Atma Jaya dari pandangan penulis :"Saya sendiri merupakan salah satu mahasiswa yang ikut serta dalam kegiatan ini. 

Kita sampai di desa ini dalam keadaan capek dan lelah, tetapi kita sangat disambut oleh kepala desa disana beserta dengan para warga yang tinggal bersama kita. Para warga disana sangat ramah pada kita, dan hal tersebut memberi kita harapan tinggi untuk mendapat pengalaman yang sangat berharga selama kegiatan berlangsung. Saya tinggal bersama salah satu warga di Dusun Sumbuhan Lor (atau Sumbuhan Lima) dan dia langsung menyambut saya dengan ramah. Selama kegiatan Live In ini berlangsung, saya tidak pernah lepas interaksi dengannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun