Mohon tunggu...
Shanele Aurelie
Shanele Aurelie Mohon Tunggu... SEO & Digital Marketing Internasional
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

I'm working as SEO & Digital Marketing at Wedialab Sdn Bhd. Kuala lumpur, Malaysia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Kota Kretek Kudus

23 Februari 2025   11:13 Diperbarui: 6 Maret 2025   17:33 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kudus Kota Kretek ( Sumber: Freepik )

Warisan Kretek

Kretek adalah karya khas Indonesia. Tanah yang kaya dan subur, iklim tropis, serta pola hujan yang khas, menjadikan Indonesia penghasil tembakau terbaik di dunia. Diawali dari produksi skala kecil hingga kini menjadi produksi massal, perjalanan industri kretek merupakan cerminan sejarah Indonesia 

Sejarah Kretek

Kisah kretek dimulai dari kota Kudus yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia. Pada tahun 1880, seorang warga lokal bernama Haji Jamhari pertama kali menemukan rokok kretek, yakni perpaduan cengkih dan tembakau yang tumbuh di daerah ini. Dia meracik rokok kretek tersebut untuk meredakan rasa sakit di dadanya. 

Diriwayatkan bahwa Haji Jamhari mengidap penyakit asma dan kerap mengoleskan minyak cengkih pada dadanya untuk mengurangi rasa sesak. Dia pun bereksperimen dengan menambahkan cengkih pada rokoknya disertai harapan agar paru-parunya dapat membaik dengan menghirup asapnya.

Pada akhirnya, Haji Jamhari sembuh. Dengan semangat, dia memasarkan penemuannya yang dinamakan 'kretek' sebagai obat. Nama ini diambil dari bunyi gemeretak (kemeretek) yang dihasilkan oleh cengkih saat terbakar. Demikianlah kisah lahirnya kretek. 

Penemuan tidak disengaja ini ditindaklanjuti oleh Nitisemito, seorang warga Kudus yang melihat sebuah kesempatan. Dia kemudian memanfaatkannya untuk dipasarkan dan memulai produksi massal rokok baru yang unik tersebut. Dengan melakukan hal itu, maka lahirlah cikal bakal industri raksasa dengan cakupan mendunia.

Nitisemito memiliki peran penting dalam mentransformasi keberadaan kretek. Dikenal sebagai Bapak Industri Kretek, Nitisemito meluncurkan merek Bal Tiga disertai dengan kampanye pemasaran inovatif yang belum pernah dilihat oleh masyarakat Indonesia sebelumnya. Pada saat itu, kretek hanyalah produksi rumahan sederhana. Kretek dilinting dengan tangan menggunakan kulit jagung. 

Bal Tiga mengalami kebangkrutan pada tahun 1955 karena Perang Dunia Kedua. Meski demikian, praktik produksi yang dirintis oleh Nitisemito telah mengubah skala manufaktur kretek dari industri rumahan menjadi industri produksi modern secara permanen. 

Merujuk pada skala industri kretek saat ini, 95 persen produksi cengkih dunia digunakan untuk manufaktur kretek. Meskipun perusahaan Nitisemito yang bernama Bal Tiga telah lama punah, namanya diabadikan sebagai nama jalan di kota Kudus sebagai bukti peninggalannya. 

Hingga kini, Kudus tetap menjadi titik fokal industri kretek dengan mempertahankan tradisi manufaktur kretek. Dari sekitar 600 pabrikan kretek di Indonesia, sebagian besar berbasis di Kudustoto. Djarum sendiri mempekerjakan kurang lebih 60.000 warga Kudus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun